Salah satu ga enaknya kalo jalan pakai tur travel, segala sesuatu udah ditentuin, termasuk makanannya. Dan mereka seperti sengaja memilih rstoran-restoran yang menjual menu yang umum, sehingga semua peserta tur bisa menikmati. Dan karena kali ini tujuannya ke Bukittinggi- Padang, restoran yang didatangi apalagi kalo bukan, restoran Minang. Walopun ga seperti di kota-kota lain, restoran Padang di kota Padang jelas ga mencantumkan kata-kata ‘PADANG’ di plangnya. Hanya nama restoran itu sendiri, seperti yang kita datangi kali itu, Rumah Makan Pak Datuk.
Tempatnya lumayan gedelah.. Meja untuk kita semua udah direserved dari awal. Seperti khasnya makanan Padang, semua lauk yang tersaji bisa kita pilih sesuai selera. Ayam gulai, balado, sayur, sambel cabe ijo dan merah, rendang, dan masih banyak lagi. Bedanya kali ini, semua makanan itu bisa kita habiskan tanpa harus mikirin harganya, karena udah dibayar dari awal ;p. Jujurnya sih, aku ga gitu doyan makanan Padang yang biasa aku coba di Jakarta. Rasanya kok rada asin ya. Terus juga ga pedes. Tapi ternyata, merasakan santapan Minang di kota asalnya sendiri, itu bedaaa ^o^. At least semua menu yang aku coba di rumah makan Pak Datuk ini, uueennaakkk ;). Rasa pas, ga terlalu asin, dan sambelnya pedes. Gulai dan baladonya pun terasa spicy. Dan semua lauk yang tersaji, ludes ga bersisa diganyang oleh kita semua. 😉
Kalo exterior ruangan sih biasa aja. Yang jelas bersih dan rame pastinya. Seems that all tourist buses choose this restaurant for their passengers ;p Wastafel untuk cuci tangan bersih, dan airnya duuiinggiinnn. Toilet juga oke, walo ga tersedia wc untuk buang air. Hanya untuk pipis ;p.
Restoran kedua yang sempet kita datangin besoknya, Rumah Makan Lamun Ombak. Lagi-lagi menyajikan masakan Padang. Bedanya, semua menu yang tersaji, rata-rata ikan. Dibakar, digoreng, ato digulai. Hanya sedikit menu yang bukan ikan ada di sini. Waktu dicicip, mmm… ga seenak rumah makan Pak Datuk kemarin. Kecewa…Mana lauk yang disajikan untuk kita kali ini lebih sedikit lagi.
Oke tempatnya sih, emag lebih bagus daripada Pak Datuk. Lebih gede, dengan fasilitas lebih lengkap. Toilet juga banyakan. Di sini kita malah dapat ruangan vip untuk meja yang direserved. Tapi semua itu ga penting kalo makanan yang disajikan cuma so-so kan?? Yang pasti sih, keluar dari restoran ini, aku ngerasa tetep belum nampol ama makanan-makanannya ;p.
Satu-satunya makanan yang sempet aku coba di luar restoran yang ditentukan pihak tour travel, cuma kue BIKA. Kue tradisional khas Sumatra Barat yang terbuat dari campuran kelapa, gula merah dan pisang, ato gula putih biasa. Dibakar di atas api, dan enak dimakan panas-panas. Harganya cuma Rp 3,000 per potong. Akupun membeli 3 buah (2 yang merah ato yang terbuat dari gula merah dan pisang, dan 1 yang putih). Kalo dicoba sih, enakan yang merah. Rasa pisangnya terasa banget, dan gurih. Lokasi tempat menjual si kue Bika ini juga asik. Nama warungnya sendiri, BIKA TELAGO. Itu karena terletak persis di samping telaga, dengan latar belakang perbukitan yang sedikit berkabut. Seru deh makan di sana. Dingin, sedikit gerimis, sambil makan kue bika panas-panas. 🙂
 |
Pembuatannya dibakar di atas bara api |
 |
Bika Talago |
 |
Bika Putih & Bika Merah |
 |
Telaga yang terletak di belakang warungnya |
Tapi, tetep rugiiiiii banget kesini tanpa nyobain itik lada hijaunya yang terkenal itu. Hiks…dan nyicipin makanan cemilan pinggir jalan. Semua karena waktu yang terbatas dan tempat-tempat yang udah ditentuin ini. Next time, beneran harus balik lagi kesana dan ngerasain semua kulinernya yang terkenal 😉
 |
Makanan Pinggir jalan. Manggis muda yang berwarna putih. Rasanya kayak Jambu |
Astagaaaa postingan ini sangat menyiksaaaaaa
Padahal ini blm ada apa2nya mba… kulinernya yg jauh lebih enak masih blm aku coba… nasib pake tur travel…
Yg paling bener itu makan di Pauh Piaman klo ke Padang.
Btw welcome my kampong halaman, hihihi
Oh..kamu orang Padang ya…Beneran Padang itu menggoda…makanan dan brg2nya murahhh ^o^..
Postingan ini membuat perut berbunyi…
tp yang juara2nya di sana. blm sempet aku cobaaa 🙁 beneran kurang 2D1N kalo kesana