SORKAM, DESA CANTIK YANG GA PERNAH BANGKIT…
Perjalanan dari Sibolga ke desa Sorkam memakan waktu sekitar 1.5 jam dengan mobil. Sebenarnya bisa lebih cepat, seandainya jalan tidak jelek dan berlubang-lubang. Nantinya sepanjang perjalanan, mata akan dimanjakan oleh pemandangan laut yang memperlihatkan pulau Poncan dan Setungkus. Dan semakin naik, hutan dan lembah bergantian menyejukkan mata yang lelah.
Bayangan pulau kecil berbentuk segitiga, itulah Pulau Setungkus |
Pulau Poncan |
Kalau jeli memperhatikan, orang-orang di sini lumayan kreatif mengekspresikan grafiti-grafiti mereka tentang Tapanuli Tengah. Hampir sepanjang jalan yang bertebing, dihiasi tulisan warna-warni seperti ini.
Grafiti sepanjang tebing menuju Sorkam |
Sepanjang perjalanan menuju Sorkam, grafiti seperti ini banyak terlihat |
Oke, tujuan kami jalan ke Sorkam , ingin mengunjungi Pantai Binasi. Ada yang bilang pantai ini bagus banget dan sepi. Kenyataan saat kesana, itu pantai sudah seperti pasar pagi dengan sampah yang astaghfirullah banyaknya :(.
Kalau menurut saudara yang kebetulan asli sana, pantai Binasi sehari-harinya memang sepi. Kali ini pengecualian karena hari pertama lebaran. Wajarlah semua orang keluar berekreasi bareng keluarga. Tapi tetap, sampah yang menimbun gitu, apa jadi pengecualian juga? Mentang-mentang lebaran, jadi bisa seenaknya buang sampah sembarangan?!
Pantai Binasi |
Pulau yang di tengah adalah pulau Poncan, dan di belakangnya Pulau Mursala |
Lepas dari pantainya yang kotor, tempat wisata ini lumayan asik. Ada banyak sekali pondokan yang bisa ditempati sambil melihat pemandangan laut. Gratis pula. Juga banyak penjual makanan, mulai dari ikan bakar, jagung, dan minuman ringan serta snack.
Menakjubkan lagi, dari pinggir pantai, pengunjung bisa melihat 2 pulau indah, yang salah satunya sering dijadikan tempat piknik membakar ikan (Pulau Poncan), dan pulau satu, Pulau Mursala malah sudah 2x digunakan shooting film Kingkong 1 dan Mursala, yang dibintangi Titi Sjuman dan Rio Dewanto (Pulau Mursala).
Pulau Poncan bisa ditempuh sekitar 1 jam perjalanan menggunakan boat. Tapi Pulau Mursala masih lebih jauh, sekitar 3-4 jam. Dari tepi pantai Binasi, kami bisa melihat samar-samar air terjun di Pulau Mursala yang mengalir langsung ke laut. Aku benar-benar penasaran, sebesar apa air terjunnya sampai bisa terlihat dari tepi pantai yang berjarak 3-4 jam.
|
Buletan merah itu, adalah air terjun Mursala yang masih terlihat dari pantai Binasi |
Foto air terjun Mursala sedikit lebih dekat. Foto diambil dari Koleksi Detik Travel |
Penampakan Air terjun Mursala dari dekat. Foto diambil dari Antaranews.com |
Ga lengkap rasanya hanya duduk di pinggir pantai tanpa menikmati ikan bakar. Kami pun memesan dari salah satu warung, 1 kg ikan bakar lengkap dengan nasi panas, dan sambal. Minumnya, apalagi kalo bukan kelapa muda yang cocok untuk di pantai 😉
Ikan Bakarnya sumpahh enakkk bangeetttt!!! |
Marii makannnn ^o^ |
Begitu ikan mateng, whoooaaaa… Seakan ga sabar untuk menyantap semua ^o^. Ikan yang masih hidup baru akan dimasak setelah ada pesanan, rasanya benar-benar beda. Ikan ini dibakar tanpa ada bumbu apapun kecuali garam.
Suapan pertama, ampuuun deh, manis, lembut, enaak daging ikannya ^o^ !! Ga amis, seger, dan sambalnya yaaaa, yahuuudddd… Perpaduan rasa asam segar, manis dan pedas. Dituang langsung ke nasi, walau ikan sudah habis, tetap enakkk. Pengeenn lagiii 🙁
Sambelnya, JUARAAAA!!! ^O^ |
Keluar dari pantai Binasi , jalan yang kami lalui lumayan jelek. Desa Sorkam sepertinya luput dari perhatian pemerintah. Even saat aku masih kecil dulu, tiap kali berkunjung ke Sorkam jalanannya pun sangat jelek. Ga ada perubahan sampai saat ini :(.
Untungnya, pemandangan yang dilewati, sangat khas pedesaan. Ada sawah, gunung, rumah gubug, hutan dan sungai. Adeeem banget.
Pemandangan sehari-hari di Sorkam.Di belakangnya pegunungan Bukit Barisan |
Jalanan di desa ini masih jelek, dari dulu 🙁 |
Kehidupan masyarakatnya masih jauh dari kata ‘mapan’ |
Lembahnya hijau membentang |
Alun-alun desa Sorkam |
Dan kemarin itu, aku jadi tau salah satu objek wisata lain yang ada di desa Sorkam ;p. Pas lagi duduk-duduk di teras rumah Uci (Panggilan yang berarti ‘NENEK’), sebuah mobil Avanza mendekati kami dan bertanya yang mana rumah tempat Akbar Tanjung dibesarkan ;p
Hahahaha, sampe ada orang luar daerah yang mau melihat-lihat rumah bapak Akbar segala. Dan kebetulan, karena rumah beliau, persis ada di depan, agak nyerong dikit dari rumah Uci, jadi tinggal kami tunjuk saja. Orangnya sampe foto-foto segala ;p
Rumah Pak Akbar Tanjung dari depan rumah nenek |
Objek wisata sejarah lain yang ada di desa Sorkam, bagi yang tertarik bisa mengunjungi makam pahlawan nasional Dr Ferdinand Lumbantobing, berada di desa Kolang, sekitar 15 menit dari Sorkam.
Jujur saja, aku ga pernah kenal nama ini sebelumnya, boro-boro tahu dia pahlawan nasional. Jadi tahu setelah namanya banyak banget dipakai sebagai nama rumah sakit, dan bandara :).
Dr Ferdinand Lumban Tobing sangat dihormati, karena dia juga dokter pertama dari desa Kolang. Empat kali menjabat sebagai menteri, antara lain, menteri kesehatan, penerangan, urusan daerah, dan terakhir menteri negara transmigrasi. Juga pernah menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara (1948 – 1951). Kuburannya besar, dan megah. Disandingkan berdua dengan istri tercinta. Ada tulisan di atas atap yang menaungi kuburan mereka, Tjinta Jang Ta’ Terbatas. So sweet ga sih 😉
Pintu gerbang menuju makam |
Makam Dr Ferdinand dan Istri |
Bagi yang suka bermain sungai, coba deh ke sungai Aek Sibundong, yang memisahkan antara Sorkam Kiri dan Sorkam Kanan. Air sungai ini masih banyak dimanfaatkan warga untuk mencuci pakaian, atau pun mandi. Buat orang Sorkam yang merantau, saat mudik ke kampung, ga sah rasanya kalo belum merasakan air kecoklatan yang dingin dan deras ;p. Sayang aku ga sempet merendam anakku di sungai ini, karena keterbatasan waktu..
Jembatan yang menghubungkan Sorkam kiri dan Sorkam kanan |
Sungai Aek Sibundong yang membelah desa Sorkam |
waah mbak Fanny, terima kasih ya atas tulisannya.tulisan mbak dapat mengobati rindu sy akan kampung halaman tercinta. Ngga jauh dari rumah Akbar Tandjung, ada rumah uci saya loh mbak. Btw, ikan bakar yang mbak santap itu dikenal dengan ikan sombom. Emaang bner loh mbak ikan sombom itu lomak bana (enak sekali).hmm..saya nulis sambil menelan air liur nih (membayangkan rasanya yang menggugah selera makan)hehehe. Salam kenal ya mbak Fanny: Yetti Tanjung
Hi mbaaa…kamu org sana jg ya 😉 … Bisa dibilang kmrn itu aku balik k sorkam setelah lbh dr 10 thn ga balik :p trnyata ga banyak brubah ya.. .jgn2 uci mba kenal ama uciku :p org sana kan sling kenal smua kyknya
waah mbak Fanny, terima kasih ya atas tulisannya.tulisan mbak dapat mengobati rindu sy akan kampung halaman tercinta. Ngga jauh dari rumah Akbar Tandjung, ada rumah uci saya loh mbak. Btw, ikan bakar yang mbak santap itu dikenal dengan ikan sombom. Emaang bner loh mbak ikan sombom itu lomak bana (enak sekali).hmm..saya nulis sambil menelan air liur nih (membayangkan rasanya yang menggugah selera makan)hehehe. Salam kenal ya mbak Fanny: Yetti Tanjung
jadi teringat kampong.ga ada perubahan di kampong asli.insyaallah tahun depan pulang.rindu mandi ditapian aek sibundong dan mkn ikan sombom ditapian.
Aiiih, satu kampung kita :D. Jgn2pun sling kenal orang tua kita mas.. Di sanakan kampung kecil. Semua org biasanya kenal 1 sama lain 🙂
Saya sebagai petugas makam pahlawan Dr.Ferdinand Lumbantobing mengucapkan terimakasih banyak kepada Mbak karna sudah mempromosikan makam tersebut walaupun sudah lama tahunnya😁
Terimakasih ya mbak,,salam kenal saya dari kolang nauli
Waaah thank you dah mampir kesini mas :). dah lama juga saya ga mudik ke sorkam