D'Cat Queen

Because Travelling is not just a passion, it is a life need!

MENU

Apr 2013

19

MENGENANG KEKEJAMAN KHMER ROUGE, CAMBODIA

Pagi ini, kita merencanakan tur ke 5 tempat 😉 . Pheak udah datang dari jam 8 pagi. Selesai sarapan di hotel, kitapun berangkat naik tuktuknya 😉 . Lokasi pertama, dia menunjukkan, INDEPENDENCE MONUMENT yang terletak di tengah kota. Monumen ini dibangun tahun 1958 oleh arsitektur Vann Molyvann. Kita hanya berhenti sebentar untuk mengambil foto, lalu melanjutkan perjalanan lagi ke ROYAL PALACE. Tapi jujur aja aku ga tertarik ama tempat-tempat begini. Apa bedanya dengan melihat-lihat istana presiden di Jakarta dan Bogor? Jadi kita putusin hanya melihat bagian depannya saja, tanpa harus membeli tiket masuk. Barulah kemudian kita melanjutkan ke tujuan berikutnya, yang juga udah aku nanti-nantiin banget ^o^.
Independence Monument

TUOL SLENG (S21) dan KILLING FIELD, dua tempat yang udah lama banget aku pengen datangin. Karena 2 tempat inilah yang menjadi alasan utamaku datang ke Phnom Penh. Tempat yang punya banyak history, yang membuatku rela rutin menabung supaya bisa melihat langsung.
Tuol Sleng
Sisi Lain Dari Gedung Tuol Sleng
Kawat Berduri, Supaya Tahanan Tidak Lari
Tuol Sleng

Tuol Sleng.
Tiket masuk kesini USD 3 per orang. Tempatnya dulu bekas bangunan sekolah yang diubah fungsi menjadi penjara sekaligus tempat penyiksaan orang-orang Kamboja yang dianggab melawan Polpot. Dibagi menjadi 4 gedung, A, B, C dan D. Korbannya diperkirakan jutaan orang, walopun di brosur-brosur hanya ditulis 20rb orang. 14 korban terakhir  ditemukan di penjara ini oleh team UFNSK (The United Front for the National Salvation of Kampuchea) pada tanggal 7 January 1979. Korban-korban ini tidak bisa dikenali lagi karena kondisi yang membusuk. Tapi 1 orang berhasil diidentifikasi  adalah wanita. Sebagai rasa penghormatan, mereka dikubur di depan gedung A, Tuol Sleng.
14 Kuburan Korban Terakhir Tuol Sleng

1 demi 1 kelas aku masukin. Di dalamnya ada dipan besi tanpa kasur, yang mulai berkarat. Di atasnya terdapat 1 kotak kecil terbuat dari besi yang katanya sebagai tempat buang air si tahanan dan semacam linggis. Hanya Tuhan yang tau kegunaannya. Aku cuma berharap itu bukan alat untuk menyiksa  🙁 . Di beberapa ruangan, ada sebuah foto yang buram, menggambarkan posisi korban saat ditemukan. Menyedihkan 🙁 Lantai 2 dan 3 ga banyak berubah. Gedung A ini memang digunakan untuk tahanan high officer.
Gedung A
Kamar Penyiksaan
Foto Korban Yang Ada di Salah Satu Dinding

Di gedung B, ada semacam display yang memajang foto-foto korban. Jumlahnya ratusan, ribuan, ntahlah 🙁 .Yang pasti ngerasa miris banget melihat wajah-wajah mereka yang ntah tau ato ga, akan meninggal setelahnya. Dewasa, orang tua, wanita, anak-anak….Pasukan Khmer Rouge ga pandang bulu menghabisi korbannya. Kenapa anak-anak? Salahnya di mana? Karena sesuai prinsip mereka, take out the grass till the root.. Secara ga ada untungnya juga memelihara anak-anak itu, dan untuk menghindari balas dendam yang mungkin akan mereka lakukan setelah dewasa nanti…Insane 🙁
Sebagian Kecil Foto-Foto Korban
Para Korban

Gedung selanjutnya, masih dipamerkan beberapa lukisan cara pembantaian yang dilakukan oleh pasukan kejam ini. Kuku si korban dicabut,lalu dituang cairan asam. Mata mereka ditutup sementara kaki dan tangannya diikat, lalu tenggorokan mereka disayat. Ada juga lukisan yang menggambarkan korban digantung naik turun hingga hilang kesadaran, lalu dimasukkan ke dalam air kotor dan bau supaya sadar kembali. Tapi yang lebih sadis, lukisan bayi yang kedua kakinya dipegang, sementara si eksekutor menghantamkan kepalanya ke batang pohon besar. Itu bener-bener d.i.l.u.a.r.b.a.t.a.s.k.e.m.a.n.u.s.i.a.a.n.
Lukisan Yang Menggambarkan Bagaimana Mereka Membunuh Bayi
Cara Mereka Memotong Tenggorokan Korban
The Gallows
The Gallows, Alat Olahraga Para Siswa Yang Diubah Menjadi Tiang Untuk Menyiksa

Gedung selanjutnya berisi alat-alat yang dipakai untuk menyiksa. Kapak,linggis,pisau,golok dan benda-benda tajam lain. Mereka ga mau menggunakan pistol, karena peluru mahal harganya. Karena itu senjata-senjata yang murah, mudah didapat tapi mematikan, yang dipakai untuk menyiksa si korban. Ada juga kotak-kotak kaca yang berisi tengkorak, ato baju-baju bekas tahanan. Dan kalo kita liat tengkoraknya, ada banyak yang terlihat garis retakan ato bekas pukulan kampak di kepalanya… Seram, sadis.. 🙁
Alat-Alat Yang Dipakai Membunuh
Ruangan Untuk Mendoakan Para Korban

Aku juga masuk ke dalam gedung yang berfungsi sebagai penjara, dengan ukuran yang jauh lebih sempit. Dalam 1 ruangan itu, dibangun sekat-sekat yang berukuran kurang lebih 1m * 1.5m. Tidak ada bantal, apalagi tempat tidur. Tahanan hanya bisa duduk di lantai yang keras, sementara kakinya dirantai supaya tidak bisa melarikan diri. Menurut pengakuan salah satu eksekutor , segala macam benda-benda yang dianggab bisa dipakai untuk bunuh diri, tidak boleh diberikan kepada tahanan. Seperti pulpen yang bisa dipakai untuk menusuk urat nadi, even baju dianggab bisa dipakai untuk menggantung diri. Karena itu hampir semua tahanan tidak memakai baju.
Bilik Penjara Yang Sempit

Di lantai atas, aku sempet membaca beberapa pengakuan eksekutor atau orang-orang yang direkrut oleh Polpot untuk menyiksa tahanan. Sebagian besar dari mereka saat itu masih berusia 13-25 tahun. Amat sangat muda untuk mulai menyiksa dan membunuh sesama manusia 🙁 . Mereka mengaku dipaksa, ato mereka yang akan mati. Tidak ada pilihan samasekali. Membunuh, ato dibunuh….
Merekalah Bekas Para Eksekutor
Mereka Juga Dipaksa Bekerja Untuk Polpot

Yang menarik saat menonton film dokumenternya. Dari peristiwa pembantaian massal ini, hanya ada 7 korban yang selamat. Dan sekarang usia mereka udah lumayan tua. Tapi beberapa masih bisa memberikan kesaksian tentang kejadian mengerikan yang mereka alami. Di film ini, terlihat 2 korban yang selamat menangis, melihat bekas gedung sekolah tempat mereka disiksa. Saat dipertemukan dengan beberapa eksekutor, korban bertanya dengan sedikit emosi, kenapa mereka mau menuruti semua perintah regime Khmer Rouge. Kenapa mau membunuh bayi, anak-anak dan sekaligus memperkosa wanitanya. Kenapa segitu gampangnya pasukan Khmer mencuci otak mereka.

Dan jawaban beberapa eks eksekutor ini, seperti yang telah aku tulis di atas. Pilihannya hanya dibunuh ato membunuh. Pasukan Khmer mengatakan tahanan itu adalah musuh Angkor. Jadi istri dan anak-anaknya otomatis juga pengkhianat Angkor. Itu bukan kesalahan membunuh ato memperkosa pengkhianat. Begitu cara pasukan Khmer mencuci otak para eksekutor ini. Si korban yang juga seorang pelukis samasekali ga puas dengan jawaban itu. Tapi akhirnya dia terlihat pasrah. Semuanya toh udah terjadi. Dan lukisan-lukisan yang banyak aku lihat di dalam gedung barusan, ternyata sebagian besar hasil coretan tangan beliau. Pantes aja dia bisa menggambarkan secara detil tentang peristiwa genocide ini.

Para eksekutor juga menjelaskan secara rinci bagaimana mereka mengawasi para tahanan, menyiksa, memperkosa yang wanita, dan memaksa tahanan ini untuk mengakui sesuatu yang sebenernya mereka tidak tau samasekali. Tapi hampir semua tahanan mau dipaksa mengaku hanya supaya mereka tidak disiksa lebih lama. Padahal, mengaku ato tidak, mereka toh akan dibunuh pada akhirnya 🙁

Yang lebih sedih, saat mereka menceritakan bagaimana para tahanan ini dipindahkan dari Tuol Sleng ke Choeung Ek untuk dihabisi. Mereka ditutup matanya, dipisahkan antara wanita, pria dan anak-anak. Eksekutor membohongi para korban dengan mengatakan kalo mereka semua akan  dibawa ke rumah baru. Tetapi sampai di sana para korban disuruh berjongkok, lalu dari belakang dipukul dengan keras punggung dan kepalanya, tenggorokannya dipotong, dengan tujuan agar tidak berteriak, lalu dilempar ke tanah yang telah digali. Tapi sebelumnya baju-baju tahanan yang tidak terkena darah akan dilepas, ntah untuk tujuan apa. Selanjutnya untuk memastikan para korban telah mati, mereka akan menaburkan semacam bahan kimia yang berfungsi menghilangkan bau-bau menyengat dari mayat korban, dan memastikan korban akan benar-benar meninggal. Dan tanah yang telah digali itulah yang menjadi kuburan massal mereka.

Selesai menonton film dokumenter, kita turun ke bawah, dan berdoa sebentar di depan kuburan 14 korban terakhir Tuol Sleng, lalu berkenalan dengan 2 orang korban hidup yang ada di film tadi. Mr Chum Manh dan Mr Bou Meng. May God bless them. Beda rasanya mendengar sejarah diucapkan langsung oleh mereka yang pernah merasakan.
Chum Manh, Salah Satu Korban Yang Selamat
Bou Meng, 1 of 7 Survivors
KILLING FIELD – CHOEUNG EK
Keluar dari Tuol Sleng, kita mengarah ke ladang pembantaian Choeung Ek, yang terletak di pinggiran kota. Jalan kesana sangat berdebu, memakan waktu sekitar 30 menit kurang. Tiket masuknya USD 3 per orang.
Khusus untuk Killing Field, aku prefer menceritakannya lewat foto-foto yang kuambil.
Killing Field-Choeung Ek

 Ini bagian depan dari Killing Field. Luas tempat ini sekitar 2 hektar. Begitu masuk ke dalam, kita langsung membayar tiketnya, dan akan mendapat 1 set audio penjelasan tentang tempat ini. Bisa memilih bahasa yang diinginkan. Inggris, Melayu, Perancis, Jepang dll. Sayangnya bahasa Indonesia ga ada ..
 
Bekas Kuburan China

Sebelum menjadi tempat pembunuhan massal, tempat ini dulunya pernah menjadi komplek perkuburan China. Beberapa bekas kuburannya masih terlihat di beberapa area.
Truk Pembawa Tahanan, Stop Di Sini

 

Tempat ini dulunya pemberhentian truk yang membawa para tahanan untuk dieksekusi di Choeung Ek.

Tempat Para Tahanan Ditahan Sebelum Akhirnya Dibunuh
Tempat Penyimpanan Bahan-Bahan Kimia

Masih inget bahan-bahan kimia yang dipakai untuk mengurangi bau mayat dan memastikan tahanan bener-bener meninggal? Di sinilah bahan-bahan itu disimpan.

Mass Grave

Kuburan ini berisi 450 mayat. Kuburan massal terbesar yang ditemukan di Choeung Ek.

Foto Yang Diambil Saat Pembongkaran Kuburan Massal Tahun 1980an
Dan Ini Mass Grave Tempat Di Mana Mayat-Mayat Tanpa Kepala Dikubur
Kuburan Massal Wanita & Anak-anak.Kebanyakan Mereka Naked 🙁
Tumpukan Baju-Baju Korban
Lubang-Lubang Ini Juga Kuburan Para Tahanan, Dalam Bentuk Yang Lebih Kecil
Inilah Pohon Yang Digunakan Untuk Membunuh Bayi & Anak-anak
Magic Tree

Pohon ini besar. Di pohon ini, pernah tergantung loudspeaker yang dinyalakan dengan volume maximum. Tujuannya? Supaya teriakan para tahanan yang sedang disiksa dan dibunuh, tidak terdengar keluar dari Killing Field. Merinding saat mendengar suara nyanyian wanita melengking yang dipasang di pohon ini. Orang luar yang mendengar akan mengira ada acara di Choeung Ek.
Gigi Para Korban Yang Ditemukan
Piece of Bones
Monumen Penghormatan Untuk Korban
Tengkorak Wanita Berumur 60an Tahun

Di dalam monumen penghormatan ini, kita bisa melihat banyak sekali tengkorak yang dipisahkan berdasarkan kelamin dan umur. Seperti foto di atas, ada tengkorak wanita berumur 60an tahun keatas, ada juga pria berumur 20-40 tahun. Sedih melihatnya… 🙁 Aku juga sempet melihat barang-barang seperti anting emas kecil kepunyaan seorang anak yang juga menjadi korban…
Tempat Mendoakan Para Korban
Polpot

Dan inilah wajah orang nomor 1 yang bertanggung jawab terhadap semua kebiadapan di Phonm Penh (1975-1979). Polpot yang dulunya pernah menjadi seorang guru, meninggal dalam pengasingan, dan kuburannya terlihat tidak terurus.

  Keluar dari Killing Field, aku seperti masih terbayang semua gambar, foto, cerita dan lagu-lagu sedih yang diputar.
=====================================================================

Tujuan selanjutnya, WAT PHNOM. Komplek kuil yang ga begitu besar, dan pengunjungnya saat itu juga ga rame samasekali. Tiket masuk hanya USD 1 per orang. Lumayan murah banget. Jujurnya sih, karena aku kurang suka ngeliatin kuil, jadinya ga begitu lama mampir di tempat ini. Cuma melihat bagian depannya, lalu masuk kedalam di mana ada patung Budha dengan ukuran sedang, lalu selesai ;p
Wat Phnom

Lunch time, kita mampir di Hotel and Bar Cafe, yang menyediakan roasted chicken and french fries. Dari gambarnya sih menggoda banget. Ayamnya Gueedee lagi. Harga per porsi USD 3.9  gratis Coca Cola. Kita beli 3 porsi untuk Pheak juga tentunya. Tapi begitu dicicip, rasanya…… hambar sodara-sodara….hufftt. Aku ga doyan samasekali nih. Sambel botolannya juga ga ada pedes-pedesnya. Ngabisin kentangnya doang deh 🙁
Ayam Pangang + Kentang

Dan selesailah tur kita sesiangan ini. Biaya yang dikeluarkan untuk Pheak hari ini USD 25, mungkin sedikit mahal, tapi at least 2 tempat yang aku idam-idamkan dari dulu, Tuol Sleng dan Choeung Ek, udah kesampaian diliat. Tempat-tempat lainnya aku anggab bonus. Siang itu, kita kembali ke hotel, istirahat, sebelum keluar lagi malamnya untuk dinner ^o^

Ga kerasa saking capeknya keliling tadi siang, aku ketiduran ampe jam 8 malam.Untungnya ga begitu jauh jalan kaki nyari-nyari tempat makan halal, kita ketemu tenda yang ngejual seafood ^o^, dan orang-orang yang makan rameeee bangettt. Tapi diperhatiin sih, lokal semua. Ga ada bule-bule ato turis gitu. Kita duduk, dilayanin dengan amat sangat ramah, dan dikasih menu yang berbahasa Inggris. Kita pesen, kerang rebus, udang rebus, ikan pari bakar, dan ikan sabak panggang spesial. Plus 2 nasi, 2 coca cola dan sambel pedas yang boleh nambah sepuasnya ^o^

Note: aku ga tau ikan Sabak itu apa, yang pasti nih ikan ukurannya lumayan gede, dagingnya tebal dan manis, trus durinya udah dicabutin. Jadi kita bener-bener enak banget makannya ;p

Gosh, ini makanan paling enak yang aku coba selama di Kamboja. Sambelnya pedes, ikan Parinya lumayan gede, begitu juga ikan Sabaknya. Porsi udang rebus dan kerang rebusnya juga cukup banget untuk 2 orang, dan biaya semuanya itu, hanyaaaaa USD 14 !!!! Makan ikan Pari di Jakarta mah, itu aja udah ratusan ribu sendiri.  Sayangnya kita lupa membawa HP ato kamera saat itu. Karena mikirnya mau makan malam cepet-cepet trus langsung balik ke hotel lagi. Jadi foto-foto makanannya ga ada.

Puass…puas…dan kenyanggg ^o^  So unlucky aja baru nemuin ni tenda seafood  di malam terakhir kita di Phnom Penh.

So overall, lepas dari cuacanya yang panas membakar dan kering, serta bikin pusing bagi yang ga kuat, Kamboja negara yang penuh dengan sejarah, indah dan murah. Penduduknya bisa dibilang amat sangat ramah. Samasekali ga terlihat kalo negri ini suatu masa dulu pernah sangat brutal menghabisi sodaranya sesama Kambodian. Bahasa Inggris adalah bahasa yang banyak dipakai di sini. Even anak-anak banyak yang mengerti, walopun aksen mereka ga begitu jelas ;p.

Mata uang Kamboja adalah Riel, tapi sehari-hari, USD adalah currency yang paling sering dipake (USD1 = Riel 4000). Biarpun begitu, harga barang dan makanan di sana terbilang masih murah. USD yang kubawapun masih banyak tersisa sepulang dari sana.

1 hal yang bikin bingung, sebelum ke Kamboja ini, aku sempet membaca dari salah satu blog (sayangnya lupa link), kalo di Kamboja kita harus membayar Airportax seperti di Indonesia. Jumlahnya untuk penerbangan International USD 25. Tapi kenapa sampai di bandara Phnom Penh International kemarin, kita samasekali ga diminta untuk bayar apapun ya? Bagus juga sih kalo aturan itu udah dihapus ;p

Masih tertarik datang ke Kamboja? 😉 Aku sendiri masih pengen banget visit kota-kota lainnya di Kamboja. Next time, I will 😉

Tips:
Karena datang di saat musim kemarau yang kering dan berdebu, aku sempet sakit, karena ga kuat ama terik mataharinya. Jadi jangan lupa membawa obat sakit kepala, demam, batuk, dan radang tenggorokan. Minum banyak air putih is a must!! Bisa kena dehidrasi kalo ampe kurang minum.

10 tanggapan untuk “MENGENANG KEKEJAMAN KHMER ROUGE, CAMBODIA”

  1. cumilebay.com berkata:

    Dibunuh atau membunuh ???? pilihan yang sulit 🙁

  2. Hera Fawistianaes berkata:

    yaALLAH.. smoga arwah para korban diterima sama tuhan asli makin ga mau k museum itu mbaa.. hahha bnyak bgt kpedihannya.. pantes warga kambojanya sendiri ga mau k situ,,,

  3. Noe berkata:

    Waktu di Phnom Penh, aku emoh ke Tuol Sleg & Killing Field. Tidaaak… Cukup tau dr cerita blogger lain aja, ngga mau liat lgsu g ke tkp. Gk tega 🙁

    Royal palace aja yg indah dan menyenangkan 😉

    Eh, nyobain makan seafood ngga di central market. Enaak loohh

    • Fanny Fristhika Nila berkata:

      Justru yg ada sejarah kelamnya, apalagi sampe berdarah2, yg bikin aku pgn ksana mba :D.. Targetku slanjtnya pengen ke museum pembantaian Hitler nih.. justru museum2 yg biasa, yg hanya cerita sejarah, aku rada ngantuk kalo kesananya 😀

      g nyobain..kita cm blnja aja di sana ;p. telat bgt tau tempat2 makan enaknya…krn niat awal emg cm mw k museum s21 dan killing field 🙂

  4. dewi berkata:

    Ngeriii mak!

    • Fanny Fristhika Nila berkata:

      tp justru museum2 yg punya bnyk cerita berdarah di masa lalu yg slalu pgn aku dtgin… kalo cuma museum yg isinya ttg sejarah batik misalnya, waduh, aku ngantuk mba… 😀

  5. Keke Naima berkata:

    Kalau Khmer Merah kayaknya saya inget jaman masih kecil. Cerita ini cukup kuat diceritakan dimana-mana. Memang kejam banget, ya

    • Fanny Fristhika Nila berkata:

      Aku malah tau ttg ini stlh baca buku trinity mba… itu yg bikin lgs kepengen dtg kesana ;)..akhirnya kesampaian ^o^

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

About Me

Fanny Fristhika Nila

Email: fannyfristhika@gmail.com

My Twitter: @f4nf4n

Lihat profil lengkapku

Follow Me

Subscribe Tulisanku


Delivered by FeedBurner

Archives

«

About Me

Fanny Fristhika Nila

Email: fannyfristhika@gmail.com

My Twitter: @f4nf4n

Lihat profil lengkapku

Follow Me

Subscribe Tulisanku


Delivered by FeedBurner

Archives

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.