WISATA PAINAN: JEMBATAN AKAR BAYANG DAN BELI OLEH-OLEH RENDANG LOKAN ~ Painan….. Akhirnya sampai juga kami di sini 😍. Kota pesisir yang terletak di Sumatera Barat, dan diberkati dengan kecantikan pantai juga pulau-pulau yang katanya agak miriiiip dengan Raja Ampat Papua…
Ini alasan kenapa aku keukeuh harus lewat jalur barat saat road trip Sumatera, karena pengin bangettttt melewati Painan. Di kota ini kami hanya menginap 1 malam.. Tapi cukup kok, karena Painan sendiri kota kecil. Kecuali kalian niat main ke pulau-pulaunya, nah itu baru butuh waktu lebih lama.
Tempat wisata pertama yang kami datangi di Painan, namanya Jembatan Akar Bayang. Dinamakan Bayang karena terletak di kecamatan Bayang Utara, Kota Painan.
TIKET MASUK YANG SUPER DUPER MURAH MERIAH
Saking murahnya, cuma Rp5,000, kami pun ga tahu itu resmi atau ga, karena ga ada receipt yang dikasih samasekali. Apalagi yang meminta bayaran pun, kelihatannya hanya warga lokal biasa, pakai baju kaos. Ya sudahlaaah, anggab aja jatah preman, sekalian dia jagain mobil kami yang parkir pinggir jalan saking ga ada tempat parkir 😁.
MENURUNI TANGGA KE BAWAH
Sebelum turun ke bawah menuju jembatan legend, foto dulu dong di depan pintu masuknya 😁. Bukti kami beneran menginjakkan kaki ke tempat wisata unik ini.
gapura menuju jembatan akar bayang
Ga terlalu curam menuju ke bawah, apalagi tangganya dibuat rapi dan sedikit landai… Asyiknya, ga berasa panas samasekali, karena sepanjang jalan memang banyaaaak pohon-pohon besar yang menaungi jalan.
tangga menuju jembatan akar
SEJARAH JEMBATAN AKAR BAYANG
Jembatan di sini sebenarnya bukan 1-1 nya jembatan akar alami. Karena di Desa Adat Badui, Banten, juga ada jembatan yang terbuat dari jalinan akar pohon besar. Bedanya yang di Desa Badui panjang jembatan kurang lebih hanya 15 meter. Sementara Jembatan Akar Bayang Painan, mencapai 25 meter.
Pasti ga mudah menjalin akar pohon satu sama lain hingga membentuk jembatan penyebrangan. Yang pasti membutuhkan waktu sangaaaaaat lama, hingga akar benar-benar kokoh.
view sungai sekitar di jembatan akar
Iyeeeeees, jembatan akar Bayang ini sudah berusia 100 tahun lebih. Dari zaman penjajahan Belanda. Berawal dari petinggi desa yang ingin membantu warganya untuk mudah nyebrang ke desa di sebrang tanpa harus melewati sungai . Hanya saja mengingat keterbatasan biaya, apalagi saat itu masih masa penjajahan, pelan-pelan dijalinlah akar-akar pohon yang saling berhadapan, agar membentuk jembatan…
Waktu yang dibutuhkan? 26 tahun beib, sampai akar terjalin kuat dan memastikan bisa dilewati manusia. Bayangiiiin , 26 tahun hanya untuk membentuk jembatan 😎. Jembatan Akar Bayang-Painan akhirnya bisa dipakai pada tahun 1916.
MENITI JEMBATAN AKAR BAYANG MENUJU SEBRANG
Melihat bentuknya, jujur sempat kuatir, apa benar jembatan ini kuat… Tapi saat melihat akar-akar besar yang saling melilit, di bagian tengah ditaro papan supaya memudahkan orang lewat, lalu seorang anak kecil warga setempat dengan mudahnya berjalan cepat di atas jembatan, oke, masa aku kalah dengan anak kecil 😂. Kamipun memberanikan diri untuk menyebrangi jembatan menuju desa sebelah.
memberanikan diri setelah melihat warga lokal melintas
Saat berjalan di atasnya, tidak terasa goyangan yang kuat, stabil aja. Bagian bawah mengalir sungai jernih berbatu-batu yang pasti seruuuu sih buat berenang. Walau serem juga karena arusnya agak kuat.
2 pohon beringin raksasa saling berhadapan, dengan akar-akar yang kini terkait satu sama lain. Ratusan tahun yang lalu, mereka mungkin tidak menyangka kalau akarnya akan berguna membantu para manusia melewati sungai deras di bawah.
BAGIAN BAWAH JEMBATAN AKAR BAYANG
Sampai di desa sebrang, kami turun ke bawah, hanya untuk melihat jalinan akar bagian bawah supaya lebih jelas. Saat itu terlihat juga pengaman yang terbuat dari besi di bagian bawah akar, juga tali besar yang bantu menopang jembatan. Jadi insyallah amaaaaan 😁
bagian bawah jembatan akar bayang
Hanya saja, jembatan ini sudah tidak terlalu sering dipakai warga. Sebab sudah ada jembatan baru yang dibangun bersebelahan dengan jembatan akar.. Lebih kuat, lebih kokoh, dan terjamin keamanannya.. Namun, jembatan akar legend ratusan tahun, tetap ada, sebagai saksi bisu bagaimana suatu keterbatasan menghasilkan kreatifitas warga menciptakan sesuatu yang berguna.
jembatan baru yang sudah dibangun, keliatan kan dibelakang itu
DARI JEMBATAN AKAR, BERBURU KULINER RENDANG LOKAN PAINAN
Seperti yang aku tulis di atas, Painan adalah kota pesisir.. Yang artinya, banyak seafood di sini. Salah satu yang menjadi andalan mereka adalah lokan, sejenis kerang besar yang dagingnya tebal.
Lokan biasa hidup di pinggiran laut, atau lumpur pesisir. Juga ditemukan di sungai dan hutan mangrove. Mungkin saking banyak dan melimpah, akhirnya oleh warga di sana, diolah menjadi kuliner yang nikmat tapi tetap bercirikhas Sumatera Barat, apalagi kalau bukan RENDANG.
Rendang yang biasanya memakai daging sapi, kali ini dibuat dari lokan atau kerang.
RENDANG LOKANA VS RENDANG LOKAN EGA
Ada banyaaak sebenarnya penjual rendang lokan di Painan, tapi yang lumayan dikenal ya 2 ini, rendang lokana dan rendang lokan Ega.
Keduanya memasarkan produk dalam kemasan untuk dibawa pulang, jadi ga bisa dine in yaaa.
Dari jembatan akar bayang, kami menuju ke RENDANG LOKANA yang lebih dekat, kurang lebih 45 menit. Tempatnya kecil, tapi parkiran luas. Begitu masuk, deretan varian rendang, dari lokan, sapi, ayam, tuna, rendang jengkol sampai rendang daun pakis, berjejer rapi dengan warna berbeda. Rata-rata dijual dalam kemasan 250gr dengan harga Rp69,000
Rasa rendang Lokana ini lebih lekoh, daging kerangnya banyak dan besar. Bumbu rendang pekat, bahkan dimakan begitu saja dengan nasi, sudah sedap.. Jadi kebayang sisanya bisa untuk nasi goreng rendang.
rendang LOKANA, painan
aneka rendang yang sudah divacum untuk oleh-oleh
contact number rendang LOKANA untuk pemesanan
Lalu kami pindah ke RENDANG LOKAN EGA. Jaraknya kurang lebih 50 menit. Lebih jauh ternyata. Kalau mau pakai GMaps, namanya tertulis Rendang dan kue kering Ega.
Kali ini agak susah nemuin tempatnya, sebab mblusuuuuk banget. Pantas aja rendang lokana lebih dikenal orang setempat. Gmaps bilang kami udah sampe tujuan.. Tapi sejauh mata memandang, ga ada tuh keliatan kedai yang ada tulisan RENDANG EGA 😂. Terpaksa pake GPS kedua, Guna Penduduk Sekitar, alias nanyaaaa say …
Eh, kata orang yang kami tanya, Rendang Ega masih masuk lagi ke dalam. Disuruh masuk ke jalan kecil, jalan terus, lalu belok kanan . Rumahnya di ujung, untung ada tulisan RENDANG EGA kali ini.
masuk pertama melalui gang kecil ini
lalu melewati jalan yg ini
rumah tempat menjual rendang lokan ega
Dari segi harga, Rendang Ega lebih mahal, tapiiiiii pendapatku pribadi, rasanya lebih enaaaaak 😍. Bumbunya gurih pedas, trus ada tambahan daun pakis di dalam. Seperempat kilo dijual dengan harga Rp70,000. Beda seribuuu ama Lokana😃
Kalau disuruh pilih mana yang bakal aku repeat , aku prefer rendang Ega sih… Nih sekalian aku attach pricelist (tapi bisa aja berubah) dan contact number yang bisa dihubungi untuk pemesanan.
pricelist dan kontak yang bisa dihubungi untuk pemesanan rendang lokan ega
SUMMARY
Wisata ke Painan, kayaknya jangan skip mengunjungi Jembatan Akar Bayang yang sudah berusia ratusan tahun. Tiket masuk murah, tempatnya juga terawat. Walau ada tulisan disarankan untuk tidak melewati jembatan, tapi kami tetap mencoba karena warga lokalnya sendiri masih bolak balik melewati dan mereka bilang “Sebenarnya aman kak, cuma kadang ada pengunjung yang mungkin sok-sok an lari di jembatan , atau nekad melompat ke sungai. Itu yang ditakutkan kalau sampai ada yang terluka . Makanya ditulis jangan melewati jembatan. Asal kakak jalannya hati-hati, ga ada masalah”
Ya sudah, kami tetap lewat… Jadi balik lagi ke masing-masing aja yaa….
peringatan di atas jembatan akar bayang
warga lokal yang mengizinkan kami lewat
anak lanang ga berani jalan di atas jembatan, minta gendong -__-
Yang mencari oleh-oleh khas Painan, bisa banget membeli RENDANG LOKAN , either dari RENDANG LOKANA atau RENDANG LOKAN EGA.
Aku sendiri lebih suka Ega, tapi Lokana enak juga kok… Cuma mungkin kurang pedes. Kedua brand ini aman untuk dibawa bepergian lama tanpa masuk kulkas. Karena kemasannya divakum. Terbukti aku bawa sampai medan, trus balik Jakarta, tanpa kulkas, kurang lebih 2 minggu, dan kondisinya masih bagus banget. Sampai rumah ya langsung simpan di freezer kalau belum mau dimakan. Cukup dipanaskan nanti.
Minggu depan, aku bakal tulis tempat wisata lain di Painan yang katanya siiiiih, miriiip dikiit ama Raja Ampat, Papua 😉
Puan Hazel
Hebat dan mengagumkan hasil kerja jambatan akar tu Fanny ya. Gigih dan gagah orang dulu² menjalin akar utk dijadikan jambatan begitu. Kita patut berterimakasih dan mrnghargai jasa orang² tua kita dulu kan. Banyak sumbangan dan pengorbanan mereka curahkan.
Nampaknya guna GPS kedua lebih berkesan ya 😁
09 September 2025 ● 08:37Fanny Fristhika Nila
itulaaah kak… tak terbayang oleh saya akar2 ini dijalin saat masih muda dan lunak… lalu semakin membesar… sabaaar sangat menunggu sampai kuat kan
pastinyaaa, gps kedua selalu paling bisa diandalkan hahahahah
09 September 2025 ● 18:53Sha Mohamed
Pergh!! Betul-betul menarik melihat jalinan akar yang membentuk jambatan.. Kalau dekat, Sha pun nak pergi.. Betul-betul memikat melihatnya.. Bagus lah juga diletakkan amaran.. Kadang manusia ini suka buat perkara yang aneh-aneh.. Kalau warga tempatan kata boleh jalan, bolehlah jalan dengan elok.. Cuma jangan berbuat perkara yang aneh-anehlah.. Nanti bahaya dan menyusahkan..
09 September 2025 ● 08:49Fanny Fristhika Nila
sumatera barat ini tak jauh lah kak dari KL hahahahaha… bisalah nanti kalo ke padang, mampir kesini juga.. tak terlalu jauh 😉
betuuuul… saya selalu pastikan dari warga lokalnya dulu…kalau memang aman, saya tak masalah naik… tp kalo mereka bilang tak aman, pasti saya tak akan menyebrang
09 September 2025 ● 18:55Sha Mohamed
Sukanya tengok pelbagai jenis rendang.. Kalau Sha ini memang borong semua jenis.. Suka nak rasa.. kikiki..
09 September 2025 ● 08:50Fanny Fristhika Nila
sayapun rasa nak kalaaaap hahahahha… tp akhirnya beli rendang yg belum pernah saya coba saja… kalo yg dah biasa, tak usah 😀
09 September 2025 ● 18:55icha afriza
Senangnya liat kalau liburan bareng keluarga seperti ka fanny sekeluarga karena itu hal yang akan selalu diingat sampai kapanpun terutama anak.
09 September 2025 ● 09:31Akupun kalau ke Painan pasti gak akan afdol kalau gak ke Jembatan Akar Bayang itu meski hanya untuk menikmati pemandangan akar yang saling membelit karena takut juga kalau lewatin jembatan. cemen banget ya. wkwkwkwk. Tapi dibentuk sedemikian rupa sampai jadi jembatan, menurutku amazing sekali. Dan tak lupa emang harus beli oleh oleh kalau kesuatu tempat tuh, seperti ada yang kurang apalagi kalau oleh-oleh nya rendang. Pasti beli lah auto bungkus.
Fanny Fristhika Nila
ya kaaaan…. aku aja ngebyangin pas akarnya masih lentur, trus niat bangetttt dijalin2 begitu sampai akhirnya jadi kuat.. hebat sih kesabarannya 😀 . aku yg punya level sabar setipis tisu dibelah 7, kayaknya ga sanggub hahahahahaha
09 September 2025 ● 19:02Aphizha
MashaAllah.Cantiknya! Tempat wajib pergi ni kan Fanny. Dalam gambar pun dah nampak cantik, apatah lagi sampai sini tengok depan mata. Haruslah meniti jambatan untuk pengalaman walaupun ada notis. Rupanya selamat je untuk melaluinya ya. Kagum dengan kebesaran Allah dapat menjadikan jambatan tu sebegini rupa. Cantik terbentuk titiannya dah kukuh. 1 abad dah usianya dah ambil masa untuk benar-benar kukuh. Gambar-gambar yang diambil pun cantik.
Alang-alang ke sana, dapat juga merasa rendang yang dibuat orang lokal. Yang pasti kalau pedas pasti sedap kan. hihi…
09 September 2025 ● 11:36Fanny Fristhika Nila
memang baguuuus jembatannya kak… tak terbayang lah cara orang dulu membuat ini…. sabar sangaaaat pasti… dengan perlatan yg belum banyak pula… saluuut.. terbukti jembatannya kokoh hingga saat ini pula…
saya kalau rendang tak pedas, rasanya macam kureeeeeng sikit ;p… makanya saya pasti memilih yg pedas ;p
09 September 2025 ● 19:04Lala
Cakep banget sih jembatan akar bayang 🤩🤩🤩 beneran estetik dan alami. Ternyata di area bawah sudah proper sebenernya ya, ada besi-besi penumpang. Meski ada larangan, rupanya ini buat pencegahan misal ada wisatawan yang nakal. Ngeri juga misal lelarian di atas jembatan se-alami itu.
Buat foto-foto emang cakep sangat sih ini jembatan. Harga tiket masuknya pun bersahabat, hitung-hitung buat perawatan area sekitar ya.
Oalah ternyata ini rendang kerang yaaa. Ku pikir rendang daging, oke noted ada dua merk rendang lokan terbaik yang mesti di tandai. Happy nya ini tuh bisa dibawa pulang, dijadikan oleh-oleh bahkan stok buat di Jakarta pun sangat worth it sekali.
Packagingnya pun sudah kekinian, berkelas. Aku percaya kalau rasanya oke, packaging ciamik pasti ada banyak wisatawan yang rela mencari dan memborong. Apalagi cita rasa kerangnya pun oke banget. Kebayang di olah jadi rendang makin the best 🫰🤩
Semoga nanti ku ada waktu dan rezeki buat jelajah Painan juga 😇
09 September 2025 ● 16:47Fanny Fristhika Nila
beneer mba, estetik krn alami bangetttt… bagus juga sih dikasih tanda larangan, supaya memfilter wisatawan yg nakal kalo lihat tempat begini…
aku lupa ambil foto packaging rendang lokan ega, tapi sama bagus kok kayak yg lokana… dan 2-2nya divacum rapat jd memang aman untuk dibawa pergi jauh dalam jk waktu lama
aamiiin, semoga nanti bisa ke painan juga mba… orang2 selama ini tahunya padang bukittinggi .. padahal painan ga kalah cakep
09 September 2025 ● 18:41Rawiwa
Unik sekali jambatan akar tu.. bertahun² untuk jadikan satu jambatan yang kukuh. Mujur juga jambatan itu sudah dibubuh besi agar lebih terjamin keselamatannya. Cantik sangat view dari atas dan bawah jambatan.
09 September 2025 ● 20:02Anak lanangnya tak kepingin mandi ke?
Fanny Fristhika Nila
hahahahah saya larang kak… sebab kami masih mengejar waktu ke kota lain.. dan kalo dia main air, nanti repot ganti baju hahahaha
10 September 2025 ● 20:27Mazni
waaaahhh serious menarik sangat jambatan akar tu! tak pernah tahu ada jambatan macamni (noob). bila google, rupanya ada sesetengah negara ada jambatan akar gini. lama juga ya ambil masa 26 tahun untuk buat jambatan tu. teringin nak tengok depan mata
09 September 2025 ● 20:38Fanny Fristhika Nila
datanglah kak ke sumatera barat.. ada penerbangan langsung kalao tak salah dari KL ke Padang,.. ini dari padang udah tak jauh kok 😉
10 September 2025 ● 20:28Etuza
Wow! akar tu benar2 melingkar..teguh dan kuat..satu keajiban terlihat ..hebat sekali blog ini..,sangat menarik
09 September 2025 ● 21:31Fanny Fristhika Nila
tak terbayang yg membuatnya dulu.. sabaaaar sangat hingga bisa menjalin akar sampai segini kuatnya
10 September 2025 ● 20:30Etuza
Unik sekali kelihatan..Subahanallah
09 September 2025 ● 21:36Fanny Fristhika Nila
betuuul… unik dan tak banyak ditemukan.. kalau traveling ke sumatera barat, singgahlah kesini bang 😉
10 September 2025 ● 20:30ruggedmom
Bila kurang wang manusia biasanya akan jadi kreatif mencipta. Menarik juga keadaan jambatan akar tu, cantik kalau ootd.
Saya jarang makan makanan laut bercengkerang ketika melancong sebab makanan jenis ini mudah menyebabkan keracunan tapi yang dipaketkan tu sangat sesuai untuk dibawa pulang.
09 September 2025 ● 22:30Fanny Fristhika Nila
betuuuuuul.. terkadang memang begitu kan… di saat kita terbatasi oleh sesuatu, adaaaaa saja ide2 baru yg muncul untuk mengatasi. itulah yg buat manusia bisa menjadi lebih kuat di saat ditempa masalah ;D
agree…. suami saya pernah beberapa kali makan seafood , dan keracunan kerang. makanya kami lebih suka memilih seafood lain kalau makan di tempat kak.. untungnya yg rendang lokan ini aman
10 September 2025 ● 20:32Avi
Membayangkan proses menjalin akar selama 26 tahun, telaten banget dan Alhamdulillah jadi jembatan yang menguntungkan banyak orang. Alhamdulillah kalau ada besi dan tali pengaman. Malah sekarang jembatan jadi tempat wisata.
Terpesona dengan bening sungainya, bikin pengen celup kaki yaa.
Belum pernah makan rendang lokan nih, jadi penasaran. Kemasannya sudah divakum jadi aman yaa.
10 September 2025 ● 06:26Fanny Fristhika Nila
aku juga pas lihat sungainya langsung sukaaaaa banget mba.. soalnya ga banyaaaaaaak sungai bersih, jernih, air deras dan berbatu2 gini kalo di jawa.. palingan di mawasan jawa tengah masih banyak.. kalo jakarta, aku ragu masih ada hahahaha
hebaaat yg buat jembatan… kesabarannya memang luar biasa :D.. pasti ga mudah menjalin pelan2 akar2 pohon dari saat masih muda sampai akhirnya membesar dan kokoh
10 September 2025 ● 20:27NA
Besar betul pokok beringin, akar kejap menyimpul untuk kekukuhan jambatan. Pokok itupun hidup subur tidak mati.
10 September 2025 ● 06:50Lokan dibuat rendang. Kalau sayapun pilih Ega sebab pedas tapi ikut kedudukan susah untuk dicari tempatnya.
Fanny Fristhika Nila
tuhlaaah, agak seram kalau malam2 lewat sini hahahahaha.. pohon beringin ini banyak mitos kan ;p.. tapi saya takjub lihat jembatan yg dibuat.
betuuul kak, rendang ini lebih sedap kalo pedas 😀
10 September 2025 ● 20:23Asri
Jembatan Akar Bayang keren ya. Jadi kebayang desa-desa Elf di tengah hutan hehehe… Tapi kalau saya entah berani entah enggak lewat di sana.
Sungainya juga masih jernih. Enak buat main ir tipis-tipis. Tapi arusnya lumayan deras harus hati-hati.
Btw baru dengar hewan namanya Lokan. Apalagi rendang lokan. Nggak kebayang sih sejenis kerang dibikin rendang. Tapi justru bikin penasaran saya yang penyuka rendang. Coba cek marketplace ah. Siapa tahu ada yang jual. Bisa kayanya dikirim kalau kuat perjalanan lama ya…
10 September 2025 ● 09:33Fanny Fristhika Nila
yg lokana ada kalau ga salah di market place… tp yg ega, aku ga tahu.. cuma kalau mau pesan dari WA mereka bisa kok mba.. yg ini insyallah terpercaya..
sungainya aku sukaaaa banget.. jarang2 kan nemu sungai bersih berbatu gini kalo di jkt … ciliwung doang yg diliat hihihihihi
10 September 2025 ● 20:22Mz
Tema wisata ni back to the nature sangat!! All the packed food tu sedap tak?
10 September 2025 ● 10:15Fanny Fristhika Nila
hahahahah krn jalan2 yg kami lewati memang kebanyakan masih alami :D.. tidak ada tol..
krn banyak varian, ada yg sedaaap, ada yg biasa saja… memang harus di coba sendiri 😀
10 September 2025 ● 20:21Djangkaru Bumi
Wisata yang alami banget
10 September 2025 ● 10:57Harga tiketnya super murah
Unik sekali ya jembatannya, dan usianya juga sudah tergolong tua
Sambil mancing, kayaknya tambah seru ya hehehe
Harga rendangnya juga super murah tu
Fanny Fristhika Nila
hahahahhah ntahlah ada ikan atau ga sungainya mas ;p. uniiik memang jembatan akar nya, apalagi mengingat bikinnya aja lamaaaaaa 😀
10 September 2025 ● 20:19Nik Sukacita
Aku tuh jadi mikir loh, betapa alam begitu perduli sama manusia. dalam keterbatasan tetap diberi jalan untuk bisa saling terhubung. 2 Pohon beringin saksi diam, bagaimana mereka memberi kemudahan akses.
Aku tuh baru tahu kalau rendang dari seafood. Belum kebayang rasanya, hanya bumbunya pekat gitu langsung kepikiran juga tadi kalau jadi nasi goreng mantap jiwa sih itu Fan.
Lagi ya, ada barang ada rasa ada harga hihihi. Aku sendiri golongan orang yang rela bayar lebih kalau rasa lebih memuaskan. Gimanapun itu jauh lebih memuaskan he he he. Anw aku gagal fokus sama langitnya. Biru banget wuaaaa, lihat di foto aja happy gimana aselinya tuh.
Ga sabar nunggu tulisan tentang tempat yang mirip Raja Ampat. Aaah racun banget ini mah.
10 September 2025 ● 14:40Fanny Fristhika Nila
alam memberi , manusia yg mengolah yaaa 😉 ,, untungnya warga di sini masih sangat menjaga apa yg ditinggalkan oleh leluhurnya. so, kita2 ini beruntung bisa melihat langsung jembatan akar yg legend.
rendang bisa pakai lauk apapun mba, bahkan sayur daun pakis… dan tetap sedaaap.. biasanya aku memang ngejadiin bumbu rendang yg masih sisa, untuk nasi goreng. kan sayaaaang masih banyak hahahahah
di sini tuh langitnya sumpaaaah masih biru memang.. aku ga banyak edit foto, krn sudah secakep itu aslinya
10 September 2025 ● 20:36April Hamsa
Wah iya mbak, jemnbatan akar identik dengan yang ada di suku Baduy ternyata ada juga di Sumatera yaa, bahkan lebih panjang jembatannya. Luar biasa udah dipakai penduduk lokal selama ratusan tahun, walaupun alhamdulillah di era modern pada akhirnya ada jembatan beneran yang dibangun di sana untuk memudahkan mobilisasi warga, jadi jembatan akarnya bisa dipakai untuk wisata aja kyknya ya.
Aku baru denger ini ada sejenis kerang namanya lokan dan bisa direndang. Kyknya bisa dibeli online juga ya kalau tokonya ada IG-nya gitu.
BTW aku kepoh, mbak udah ke satu toko awal kenapa kok kemudian pindah ke toko yang lain lagi, sampai dibelain nyariin gitu, meski tempatnya agak ke dalem2? xixixi
Apa karena di tempat kedua ada dijual kue2? Atau emang sengaja pengen bandingin aja krn keduanya paling heits di kalangan penjual oleh2 di sana? 😀
Untungnya berhasil ketemu dan nemuin yang rasanya lebih enak ya, meskipun agak mihil dikiitt 😀
jadi penasaran sama rasa rendang dari kerang lokan ini 😀
10 September 2025 ● 17:07Fanny Fristhika Nila
syukurnya masih dijaga ya mba… jd memang bisa sebagai asset wisata lokal… kan warga sekitar juga yang diuntungkan jika ada spot wisata unik begini..
kenapa aku bela2in datang ke dua toko, karenaaaaa toko yang direkomendasikan temenku itu yg Ega mba … bukan yg lokana… dan biasanya dengan temenku ini aku 1 selera hahahahah.. makanya aku niat banget cari yg ega juga.. jd bisa compare. ternyata memang menurutku sih ega lebih enak 😀
10 September 2025 ● 20:18nurul rahma
Ngga ada Gofood di sana ya mbaaa?😂 kan kalo ada, tinggal pencet2 , gosah blusukan nyari rendang 😆 tapi dgn packaging serapi itu , kayaknya bisa dikirim luar kota/pulau kali, yhaaa
aku jadi penisirin..apalagi yg EGA, secara demen pedesss
btw, yg bikinn jembatan tu pahala jariyahnya ngaliiirr bertahun² yha
11 September 2025 ● 17:01masih dipakai ampe era sekarang🔥
BarokAllah utk mereka yg menganyam akar jadi jembatan sarat faedah
Fanny Fristhika Nila
ga ada mbaaaa hahahahah .. yg di painan ini ga nemu dan liat gojek sih ;p… ga tahu yaa kalau di padang… painan ini lebih keciiiil…
yg ega serius memang enaaaak… apalagi yg daun pakis, itu sedeeeep sih… baru tahu daun pakis pun bisa direndang ama mereka
saluuut yaa ama yg buat jembatan… dan bener, amal jariyah banget
12 September 2025 ● 09:32Bambang Irwanto
Masya Allah. Jembatan akar yang sudah ratusan tahun dan terjalin membutuhkan waktu 26 tahun. Sungguh kearifan lokal ini dan harus terus dijaga dsn dirawat. Apalagi dulunya sangat membantu warga ya Mbak. Makanya pengunjung juga jangan sok lari-larian saat di atas jembatan akar. Kalau membahayakan diri sendiri nanti salahkan jembatannya hehehe. Rendangnya itu cocok sekali buat oleh-oleh bahan bekal diperjalanan ya Mbak. Terus Rendang Ega harusnya buka outlet di pinggir jalan yang mudah dijangkau pembeli.
11 September 2025 ● 19:09Fanny Fristhika Nila
tuh diaaaa…. wajar kalau tetep ada peringatan… untuk pendatang yg kadang suka ugal2an
12 September 2025 ● 09:34Istiana Sutanti
Bener siih dikasih peringatan gitu ya, biar nanya lagi ke warga lokal dan jadinya ada yang mengawasi kalaupun kita lewat. Betul, bahayanya kan kalau ada yang lari apalagi sampai melompat ke sungai ya, huhuhu.
Tapi seru banget sih, keren banget alam tuh ya, segala apa bisa dimanfaatkan untuk ngasih manfaat ke manusia sebetulnya. Plus manusianya yang dulu lebih menjaga alam, dengan hati-hati menjalin akar gini sampai 26 tahun kan membutuhkan kesabaran banget.
Terus berarti ke rendang Ega tetep harus pakai GPS kedua yaa, ahaha. Soalnya tempatnya emang blusuk dan gak kelihatan sih. Eh dia ada online-nya gitu juga gak sih mbak? Jadi penasaran juga.
11 September 2025 ● 04:33Duh, kalau baca cerita road trip Sumatra gini jadi pengen juga rencanain road trip ke Sumatra. Lewat jalur Barat tuh terhitung aman ya berarti?
Fanny Fristhika Nila
aku lebih percaya ama warlok yg memang menggunakan jembatan kan.. kalau mereka bilang ga aman, baru deh aku ga bakal lewat.
onlinenya aku ga tahu mba, mereka cuma kasih no wa… yg ada di foto itu.. bisa jadi ada yaaa, atau mentok2 pesan dari wa nya, nanti mereka kirim 😀 trusted kok yg ini
kalao road trip sumatera, yg paliiiing enak memang lewat barat… cantik soalnya view… kalau timur ampuuun mba… jalannya jelek, lawannya truk dan bus. lebih lamaaaa dan bosenin
12 September 2025 ● 08:56Dinda
Hahahah.. Aku kok lihat jembatan dan akar pohon beringinnya yang bersulur-sulur jadi kepikiran sama novel harry potter yak. 😀
11 September 2025 ● 09:16Terus itu sungai kok seger banget, udah lebar dan enak banget buat main air. Hehehe..
Tapi kalau wisata gitu, apalagi di seperti di jembatan akar bayang ini, kebanyakan dikelola sama warga mbak. Aku ingat di daerah Malang Selatan juga ada lokasi pantai dan masih dikelola warga setempat jadi kadang nggak ada karcis atau semacamnya. Kalau tarifnya wajar, biasanya aku ok-ok aja, beda lagi kalau nanti ada penarikan macam-macam dan harganya udah nggak normal, biasanya aku ganti destinasi. 🙁
Fanny Fristhika Nila
oh gituuuu… iya juga ya mba… kalau diurus ama warga wajar sih.. aku juga ga masalahin, toh selama harga tiket masih masuk akal, okelaaah… lagian parkirannya ga ada, jd kan kalao markir pinggir jalan bisa sekalian mereka jagain.
aku pun salfok ama sungai… gilaaa sih jarang2 liat yg bersih begini , airnya ngalir berbatu2 pula, di jakarta mana adaaa hahahahah
12 September 2025 ● 08:57Eni Rahayu
Masyaallah seru banget ceritanya mbak Fanny. Ini udah baca tulisan dilarang melewati jembatan tapi masih juga nyebrang, kalau saya langsung mundur mbak heheh. Auto ngeces baca lezatnya rendang ^_^ Byw, jembatannya unik dan keren banget ya itu sampai puluhan tahun bikinnya, masyaallah.
11 September 2025 ● 16:54Fanny Fristhika Nila
krn warlok nya sendiri masih pakai jembatan ini dan masih menyebrang mba.. makanya aku masih percaya jembatan ini aman… yg penting jangan lari2 di jembatan, apalagi melompat ke sungai
12 September 2025 ● 09:30Tukang Jalan Jajan
Tempatnya ciamik banget, natural dengan akar kayunya yang menjuntai kesana kemari dan bahkan membentuk jembatan. semacam estetik dan IG able banget. Ditambah dengan alam hijau, suasana dan cuaca yang cerah dibarengi gemericik air bersih. Paling penting jangan lupa…. rendang lokannya dipinang buat dinikmati dengan nasi anget!
11 September 2025 ● 17:18Fanny Fristhika Nila
betuuuul hahahahha… ga lengkap kalau sampe ga makan rendang khas nya kaaan 😀
12 September 2025 ● 09:33Amie
Unik betul Jembatan Akar itu. Pasti jadi satu pengalaman yang sangat menarik.
13 September 2025 ● 18:11Rendang lokan itu terasa-rasa enaknya. Bagi saya kalau makan nasi dengan rendang, cukuplah satu lauk itu saja. Enak sungguh menikmati nasi digaul dengan kuah rendang.
Fanny Fristhika Nila
betuuuul kak…. kadang kalau bumbu rendang masih ada, selain buat nasi goreng, makan begitu saja gaul ke nasi pun sedap.. tinggal goreng telur kan 😀
14 September 2025 ● 10:29Fenni Bungsu
Suka daku dengan tetap dilestarikannya jembatan akar. Nggak yang dihancurkan gitu, karena walau bagaimana pun punya sejarah luar biasa ya, terlebih pada masa penjajahan Belanda pula. Sehingga bisa jadi wisata sejarah dan menarik perhatian siapa aja. Soalnya daku belum pernah ke sana, dan baru dengar wisata Painan tentang jembatan ini. Pernahnya dengar tentang pantainya.
11 September 2025 ● 19:03Fanny Fristhika Nila
betuuuul…. ga banyak loh daerah yg punya jembatan akar begini, apalagi bikinnya ga mudah, butuh waktu lamaaaaa… makanya syukur deh warga di sana paham kalau jembatan legendaris begini harus dijaga. walau sudah ada jembatan barunya
12 September 2025 ● 09:34heni hikmayani fauzia
Pohon yang akarnya sudah seperti itu kayaknya sudah ribuan tahun yaa kaak usianya. Pohon bersejarah banget yaaa. Btw, saya jadi pengen rendang nih Kak Fanny hehehe….kalau lihat kemasannya sepertinya bisa dipesan via online atau dipaketin deh ya kaak.
11 September 2025 ● 20:23Fanny Fristhika Nila
kalau pohonnya iya, sudah pasti lebih tua mba… tapi kalo jembatannya aja baru ratusan tahun..
kalau ke painan atau ke sumatera barat sih intinya, rendang jangan dilupakan yaaa hahahaha… otentik dan enaaak memang .
bisa banget dipesan mba…. itu wa nya yg ada di foto bisa dihubungi
12 September 2025 ● 08:50mamatisya
unik ye jambatan akar tu…cantik view sungai
11 September 2025 ● 20:40Fanny Fristhika Nila
itulaah, sampai butuh 26 tahun untuk membuatnya, krn menunggu jalinan akar menjadi kuat juga
12 September 2025 ● 08:49ainun
Jembatan akar yang berusia 100 tahunan, wowww lama juga ya. Akar dua pohon saling bertautan hingga membentuk jembatan, dan waktu itu pastinya berguna banget buat warga lokal. Ngeliat akarnya sekilas memang udah kokoh gitu ya dan harus ditambah kayu diatasnya ya, soalnya bagian akarnya pasti nggak bisa ketutup sempurna, takut kalau ada pejalan yang lewat, kakinya nyeblos ke sela-sela akarnya. Ngeri juga kalau pas debit air sungainya gede
biasanya kuliner yang lokasinya nyempil dan mbulusuk terlalu jauh, kadang lebih enak ya mbak. Kadang aku mikir, kok ya orang-orang bisa nemuin dan malah ada yang rela meskipun berjalan atau naik kendaraan yang agak jauh demi kuliner, karena memang penasaran, dan terbukti memang lebih enak ya.
Jadi penasaran sama rendang Painan, selama ini kalau makan rendang, ya rendang buatan orang-orang Jawa di kotaku sini aja 😀
11 September 2025 ● 21:21Fanny Fristhika Nila
rendang jawa, tapi yg bikin orang jawa atau orang padang nih mba ;p? kalo yg bikin orang padang masih otentik lah hahahaha
kereeeen yaaaa, bisa kepikir aja gitu menjalin akar sampai tumbuh kuat dan bisa jadi jembatan… nah iya, ditutup papan juga, supaya ga berlubang2 .. lebih mudah buat jalan.
betuuul mba… mkanan kalau udah enak mba, mau dia nyempil mblusuk, tetep dicari orang… aku taunya yg ega itu dari temenku , yg pas ke painan beli juga… dia sendiri dikasih tahu ama guide lokal yg dia pakai.
12 September 2025 ● 08:45Dyah Kusuma
Waaahhh aku pengen borong itu varian rendangnya, banyak banget ya variannya. Secara akupun suka rendang, ternyata di Painan apa aja dimasak rendang dan bisa seawet itu ya.
11 September 2025 ● 23:47Btw salut dengan masyarakat lokalnya walaupun dengan segala keterbatasan tetap membangun jembatan menggunakan sumber daya alam yang ada, akar beringin
Fanny Fristhika Nila
awet krn pas dibungkus, itu divacum mba… jd memang bisa banget untuk oleh2 walau jauh sekalipun.
itu diaaa, aku juga saluuut ama warga yg begini… bangun sesuatu dengan sumber daya terbatas.. tapi awet sampai ratusan tahun..
12 September 2025 ● 08:42Rivai Hidayat
Aku masih salah fokus dengan penampakan air sungai yang ada di bawah jembatan akar. Bening banget dan warnanya bagus. Jadi bisa membayangkan betapa bersihnya lingkungan desa tersebut.
Belum ada gambaran tentang rendang lokana dan lokan ega. Semoga aja nanti ada foto pas disajikan sehingga bisa lihat rendangnya seperti apa.
Kalau penjual rendangnya seperti itu berasa seperti hidden gem. Ga muda dicari, tapi ga nyesel ketika tahu rasanya enak banget..hehehee
12 September 2025 ● 00:31Fanny Fristhika Nila
iyaaaa, bersiiiiih sungainya, berarti memang warga sekitar juga pembersih nih, ga sembarangan buang sampah di sungai… aku liat juga selama di bukittinggi, sungai2 yg kami nampak itu bersih semua mas..
rendangnya sama aja sih ama rendang yg biasa… cuma beda di lauk nya… bayangin kerang aja mas hahahahha. makanya kemarin aku ga foto isi dalamnya…
iyaaa kaaan, kalau penjualnya memang udahlah jauuuuh, tapi masih dicari orang, berarti memang sedap…. aku tau yg ega itu dari temenku yg udah cobain.. temenku diksih tahu ama guide lokal pas dia ke painan
12 September 2025 ● 08:41Dian
Ya ampun, cakep banget ya mbak. Wisata alam yang menyuguhkan keindahan alam asri seperti ini memang sangat menyenangkan untuk dikunjungi ya.
12 September 2025 ● 04:54Berkunjung ke sini tak hanya bisa menikmati keindahan alam, tetapi juga bisa buat olahraga dan menghirup udara segar ya. Mana HTM nya murah meriah pula. Pasti hepi berkunjung ke sini
Fanny Fristhika Nila
betuuuul… aku lebih suka wisata alam yg masih asri begini mba… ini kalau kami ga dikejar waktu, udah main di sungai kali ;p… kan jarang2 liat sungai bersih jernih berbatu2 ^o^
12 September 2025 ● 08:38Heni Hikmayani Fauzia
Itu pohonnya pasti udah ribuan tahun sampai akarnya jadi jembatan gitu. Jadi pengen nyobain juga deh menyebranginya. Ini wisata alam yang benar-benar klasik. Rendangnya pasti enak ya Kak fanny, apalagi produk tuan rumah . Kalau dilihat dari kemasannya sepertinya bisa pesan buat dikirim yaa, saya jadi kepengen mencoba nih kaak
12 September 2025 ● 05:30Fanny Fristhika Nila
memang bisa dikirim jauh kok mba, aku aja bawa selama di jalan 2 minggu masih baguuuus banget pas balik jkt.
krn divacum rapi ama mereka.
12 September 2025 ● 08:37Hikmah Khaerunnisa
Wah asik sekali mba, semoga bisa berkunjung ke Painan suatu saat dan bisa coba ke jembatan akar. Bawa anak-anak aman kan ya mba?
12 September 2025 ● 05:57Fanny Fristhika Nila
aku kan bawa anak kesana mba..,
kalo masih kecil banget, bisa digendong kok.. sebenernya aman aja, asal jangan lari2 di jembatam.
12 September 2025 ● 08:36Dedew
Pemandangannya asri banget yaa jadi ingat waktu tinggal di Papua suasananya seperti ini menghijau sana-sini, jembatan akarnya menakjubkan dan rendangnya juga enak serta tahan lama.. akk.. mupeng ke sana..
12 September 2025 ● 06:58Fanny Fristhika Nila
naah papua juga cakep ya mba… duuuh aku belum pernah kesanaaaa.. pengen sih mba, cuma tiketnya ga nyanteeee, mahal banget wkwkwkwkwk
12 September 2025 ● 08:35lendyagassi
Aku penasaran sama rendang lokan, ka Fan..
Rendang memang semakin diangetin, semakin lezatoozzz yaa.. nagih banget bumbunya. Apalagi yang asli bikinan sumatra. Dijamin kudu beli banyak rasa sih yaa..
Cuma perkiraan expired date-nya, rasanya jadi pingin bawain untuk keluarga juga.
Jembatan akarnya mashaAllaa..
12 September 2025 ● 08:30Kebayang kalau malem, hihi.. tapi pemandangannya cantiikk alamii.. rasanya gak ada warlok yang berlalu lalang yaa, ka Fan??
Fanny Fristhika Nila
Iyaaa ih, rendang itu makin diangetin makin enaaak hahahahah… ini lamaaa mba expirednya.. asal sampe rumah di freezer yaa kalo ga mau makan. aku juga beli banyak buat keluarga dan tetangga ;p.
kalau malam mungkin warlok ga banyak, tapi bisa aja mereka berani hahahaha…. pas kami dtg rame yg lewat, cuma aku ga foto kalau ada warlok nya.
soalnya mereka masih pakai jembatan ini, walau udah ada jembatan baru.. soalnya yg baru kan hrs jalan agak jauh
12 September 2025 ● 08:34Faizal R
Teringin nak mencuba rendang lokan tu, soronok juga mencari tarikan2 lokal seperti jambatan akar tu. Mungkin ada juga di mana-mana di tempat lain. Yang ni nampak betul-betul tua dan ada tempatnya siap berpemegang. Hebat arkitek orang terdahulu.
12 September 2025 ● 09:36Fanny Fristhika Nila
yg rendang lokan memang jangan skip kalau ke Painan ini bang… itu kuliner khas nya . saya pun paliiing suka datang ke tempat2 yg wisata alam begini.. apalagi ygsudah berusia tua tapi masih tetap kuat
12 September 2025 ● 09:49anies
kalau dekat nak juga saya beli rendang tu. dah siap pek macam ni memang sesuai sangat kalau bawa travel… pilihan pun banyak…
16 September 2025 ● 09:08Fanny Fristhika Nila
betuuuul.. apalagi tahan lama sangaaaaat.. memang cocok untuk traveling jauh
17 September 2025 ● 10:31Ujie Othman
MasyaAllah…kagum akak lihat jambatan akarnya. Unik!
Aliran jeram di bawahnya juga sangat menarik. Keindahan alam semula jadi yang mempesona.
Kalau penduduk lokal sudah membenarkan lalu di jambatan akar tersebut, memang rugi kita tak mencuba.
Rendang lokan…menarik untuk dicuba.
12 September 2025 ● 13:58Fanny Fristhika Nila
dan saya suka krn tak ramai yg datang, jd kami benar2 bisa puas berfoto di jembatan… trus sungainya pula bersiiiih sangat kak
14 September 2025 ● 11:58Tot
Masya-Allah, kuat akar pokok tu, ya, sampai boleh dijalin buat jambatan. Akak kalau pokok-pokok besar ni, akak suka ambil gambar dan duduk bawah pokok lama-lama. 😀
12 September 2025 ● 14:01Wah, ada rendang lokan, dan pelbagai jenis, boleh buat bekal travelling.
Fanny Fristhika Nila
tapi kalau malam,nampaknya seram kak hahahahahah
14 September 2025 ● 11:59khanif
amaze banget sama jembatanya, unik, sebenernya ini bisa jadi daya tatik tersendiri buat wisatawan, yang pingin ngerasain nyebrang pake jembatan akar 😀
terlihat kokoh dari fotonya kok mbak
12 September 2025 ● 19:46Fanny Fristhika Nila
iya kaaaan… memang bisa banget dijadikan objek wisata.. krn ga banyak loh tempat di indonesia yg ada ini
14 September 2025 ● 11:59carneyz
Unik betul jambatan dibuat dari akar pokok! Pertama kali tau kewujudan jambatan macam ni dan rasanya tak pernah lagi nampak di mana-mana dalam Malaysia jambatan akar bayang ni.
Rendang lokan entah macamana rasanya tu. Mesti sedap. Sama tak rasa rendang di Indonesia dan rendang di Malaysia Fanny?
12 September 2025 ● 21:36Fanny Fristhika Nila
memang tak banyak, mungkin krn pembuatan yg makan waktu bertahun2 kan, sebab menunggu akarnya juga kuat dan saat dibuat masih lemas untuk dijalin.
sebenarnya saya baru makan rendang di malaysia itu bebarapa kali saja.. so far rasanya tak jauh beda lah… cuma di sumatera barat sendiri rendang nya itu pekat, sampai hitam dimasak… so bisa bertahan lama memang,krn waktu dulu pembuatannya, memang ditujukan untuk orang2 yg akan pergi haji, krn dulu masih pakai kapal laut kan… mereka buatlah makanan yg bisa bertahan lama. krn itu rendang di sini hitam krn hasil proses yg lama.
tapi di malaysia saya belum pernah lihat yg hitam… rata2 kecoklatan.. dan masih basah…
personally, saya suka yg basah… mungkin krn saya tak terlalu suka makan yg kering… kalau di indonesia, rendang yg masih basah itu disebut KALIO, belum masuk fase rendang yang seperti orang Sumatera Barat 😀
14 September 2025 ● 12:04Ezna
Unik sangat la jambatannya. Bagaikan dalam filem dongeng inggeris fairy tale. Akarnya dijalin ya….nampak kukuh juga jambatannya cumanya kalau kakak memang seram nak menyeberang. Tambahan kayu itu jarang-jarang. Boleh nampak sungai di bawah ya….
Rendang lokan? Unik juga ni. Kalau rendang kerang ya pernah rasa.
12 September 2025 ● 23:39Fanny Fristhika Nila
lokan itu kerang kak.. tapi memang saiz dia lebih besar dari kerang biasa
memang uniiiik jembatan ini… tak terbayang lah cara buatnya dulu.. sampai menunggu bertahun2
14 September 2025 ● 11:39CCL
Jambatan akar ni memang lain dari yang lain 😍. Biasanya jambatan kita bayang mesti konkrit, besi, kayu… tapi yang ni pakai akar pokok hidup terus! Lagi lama, lagi kuat sebab akar tu makin besar dan bersatu.
Rasa macam tengah lalu kat jambatan “ajaib” dalam cerita fantasi 🌿✨. Bestnya, orang dulu boleh fikir kreatif macam tu tanpa teknologi moden, tapi hasilnya masih kukuh sampai sekarang
13 September 2025 ● 10:21Fanny Fristhika Nila
betul kak…. dengan perlengkapanterbatas, bisa mereka membuat jembatan ini, dan sabaaaaaar sangat krn butuh waktu bertahun2… saluuut lah saya
14 September 2025 ● 11:38linda
Memang warisan zaman Jambatan Akar nie..pokok nya pun nampak maih teguh lagi, memang udah nampak ratusan tahun..salah satu keajaiban alam, Allahuakbar.
Dekat Malaysia pun ada rendang kerang, lokan takpernah jumpa..tapi, kalau nak, boleh je buat
13 September 2025 ● 21:03Fanny Fristhika Nila
lokan ini kerang juga kak.. tp daging dia besar.. saya makan 2-3 ekor masih oke.. lebih dari itu macam eneg pula hihihihihi
14 September 2025 ● 10:26Miss Mirror
Unik jambatannya. Masya Allah.
13 September 2025 ● 21:4126 tahun baru jadi kukuh?. Ni kalau kita nak buat, tunggu bercicit baru dapat merasa. 😀
Fanny Fristhika Nila
Memang ini tak sesuai untuk kita yg kesabarannya bagai tisu dibelah 7 kak hahahahaahah
14 September 2025 ● 10:25~uncle gedek!
Wow! Tertama kali lihat jambatan macam ni…
14 September 2025 ● 13:58Ini kalau produksi filem holiwood tahu tentang jambatan ini… pasti jadi lokasi filem adventrue ni! Paling tidak cerita hantu!
Fanny Fristhika Nila
wkwkwkwwkwkwkwkwkkw, ya allah uncle, gelak saya bacanyaaaaa ;p
memang pas film horror yaa… pohon beringin ini ntah kenapa vibe nya memang seraaaam hahahahah
16 September 2025 ● 07:21rezkypratama
keren juga bisa jembatannya
14 September 2025 ● 21:37seru juga itu jembatannya seperti pohon hidup hehe
Fanny Fristhika Nila
memang hidup mas ;p.. selagi pohonnya ada, akarnya tetap tumbuh
16 September 2025 ● 07:22Zana
Jambatan dari akar pokok.
15 September 2025 ● 08:32Hebat orang-orang dulu membinanya…
Kukuh ya bila berjalan atasnya…
Fanny Fristhika Nila
kuat kok kak… itulah hebatnya orang2 zaman dulu.. sanggub mereka membuat jembatan begini
16 September 2025 ● 07:23anies
huisshhh lain drpd yg lain ni… kukuh betul akarnya
15 September 2025 ● 09:21Fanny Fristhika Nila
kuat sangat… apalagi dah ratusan tahun nih 😀
16 September 2025 ● 07:23Ummi Aish
uniknya jembatan akar tu.
thank you share fanny. cantik pemandangan
15 September 2025 ● 10:11Fanny Fristhika Nila
sama2 kak LM ;)… kalau datang lagi ke sumatera barat, bisa mampir sini.. tak jauh dari padang
16 September 2025 ● 07:24anies
tengok air sungai tu terasa nak mandiiiii… best nya dpt mandi time panas2
15 September 2025 ● 11:49Fanny Fristhika Nila
betuuuul.. kalau saja kami ga terikat waktu, bisa main di sana 😀
16 September 2025 ● 07:24anies
tiba2 teringat peribahasa: tak ada rotan akar pun jadi” walaupun maksudnya lain daripada cerita jambatan ni😀
15 September 2025 ● 12:11Fanny Fristhika Nila
hahahahaha, itu benar2 gambaran dari jembatan ini ya kak;p
16 September 2025 ● 07:25Nona Sani
Lamanyaaa 26 tahun baru siap jambatan tu… yela..dulu kurang peralatan Dan teknologi kan..Kalau saya pun memula takut nak lalu tapi tengok orang situ lalu lalang dengan akarnya yang berselirat banyak macamtu, of course yakin aje nak melintasi jambatan tu..hehe..
22 September 2025 ● 05:00Fanny Fristhika Nila
itulah, saya pun kalau orang lokal bilang tak aman, saya tak akan lalu kak… tapi krn mereka bilang oke, jadi saya berani 😉
22 September 2025 ● 10:30mrhanafi
kalau saya memang tidak berani….nanti jatuh
15 September 2025 ● 20:39Fanny Fristhika Nila
aiiiih, tak laah bang.. di tengahnya pun dikasih papan… orang lokal masih banyak yg lalu di jembatan ini
16 September 2025 ● 07:25anies
dekat melaka ada 1 tempat ni juga terkenal dengan lokan. tapi saya rasa dari segi saiz lokan di painan mungkin lebih besar. sebab tu boleh jadi bahan dagangan…
16 September 2025 ● 12:09Fanny Fristhika Nila
tapi kaaan, saya lebih suka rendang daging, ayam, atau gulai pakis dibanding lokan ini…. kalau lokan ini sebab dagingnya besar, jadi macam muak pula kalau kebanyakan kak.. 1-2 potong dah cukup buat saya
17 September 2025 ● 10:35anies
dah boleh jadi kawasan warisan negara ni sebab dah wujud sejak zaman belanda lg… kalau dipelihara betul2 boleh jd tatapan generasi akan datang…
16 September 2025 ● 08:40Fanny Fristhika Nila
semoga warga lokal di sana benar2 merawat tempat ini yaa 🙂
17 September 2025 ● 10:30Nadia
menariknya jambatan akar tu, sungguh unik, harus dipelihara. dekat Malaysia macam tiada jambatan sebegitu. Air sungainya pun lawa, jernihhh
Wah jauh ke dalam ye nak cari rendang. kepayahan berbaloi dengan rasanya ya? haha.
17 September 2025 ● 08:30Fanny Fristhika Nila
krn memang butuh masa lama, dan pohon beringin yang kuat berhadapan :D.. di kota2 indonesia saja kami baru tahu 2 kota, painan dan desa badui yg punya jembatan akar begini
untungnya worth it dengan rasa hahahahha
17 September 2025 ● 10:19Mulan
Cantik sangat view sungai dan paling cantik di Jembatan Akar itu sendiri. Wahh sudah lebih 100 tahun.
Unik kan dua pokok beringin yang besar, akarnya boleh bercantum membantu penduduk melewati sungai. Walaupun sudah ada jembatan baru namun jembatan akar masih kekal unik dan cantik.
Rendang lokana, rendang ega, keduanya buat kami terliur mau juga rasa.
Thanks for sharing trip ini ya Fanny. Seronok membacanya.
17 September 2025 ● 08:47Fanny Fristhika Nila
padahal ini tak jauh sangat dari bukittinggi kak… kemarin sempatlah kakak main kesini :D… dekat sini ada juga wisata pulaunya
nanti kalau ke bukittinggi lagi, bisa mmapir ke painan dan beli rendang lokan 😀
17 September 2025 ● 10:18Bidasari Bahashim
Uniknya Jambatan Akar Bayang yang dianyam selama 26 tahun supaya bisa orang menyeberang dan masih bertahan kukuh sehingga hari ini. Kalau KSarie itu entah berani atau tidak hendak melalui jambatan akar pokok itu. KSarie ini penakutnya tidak bisa dibawa berbincang. Seafood fresh kadang-kadang tidak perlu kronik kulinernya kan. Kuliner simple aja udah bisa hasilkan rasa sedap
21 September 2025 ● 12:36Fanny Fristhika Nila
amaaan kok kak… saat saya jalan di atas nya, terasa kok jembatan ini kokoh, krn tidak bergoyang 😉
betuuuul… seafood fresh kadang direbus sajapun dah sedap , atau bakar pakai garam… krn masih fresh dagingnya
21 September 2025 ● 22:28warisan petani
Sangat unik jambatan akar
22 September 2025 ● 20:46Fanny Fristhika Nila
ya wak…. apalagi butuh waktu lama untuk membuatnya
24 September 2025 ● 09:12MZ
unik sungguh jembatan akar bayang tu! love it so much! it looks nice in pic too
22 September 2025 ● 20:52Fanny Fristhika Nila
unik dan memang tak banyak juga di indonesia kak… makanya salah satu objek wisata yg wajib lah didatangin
24 September 2025 ● 09:13Snapbackpacker
memang cantik dan aesthetic sekali akar dan banir pokok tersebut. Sukar nak temui di mana-mana.
patutnya ada dalam folder unesco ni. tengok sungainya terasa ingin camping terus.
apalagi lokan, di Malaysia juga di panggil lokan dibakar dan cecah dengan sos buatan sendiri, asyikkkkkkkk
23 September 2025 ● 15:36Fanny Fristhika Nila
di indonesia sendiri pun tak banyak jembatan dari akar begini… krn memang susah nak buat dan butuh waktu lama sangat
24 September 2025 ● 09:24Agus+warteg
Agak ngeri juga melintas jembatan dari akar ya mbak, cuma untungnya stabil tidak goyang-goyang. Ngga nyangka usianya sudah ratusan tahun. Bayarnya murah lagi cuma 5.000.😄
24 September 2025 ● 19:00Fanny Fristhika Nila
itulaah, kalo ke tempat2 begini, yg asyiknya itu masih muraaah mas… dan bener2 warga lokalnya ngerawat banget itu jemnbatan
25 September 2025 ● 16:12Jurnal Semanggi
Dulu sepertinya aku pernah deh, baca legenda jembatan akar gini di buku dongeng. Tapi lupa gimana ceritanya. Hebat sih, kalau masih bertahan sampai sekarang. Alam tuh kalau dijaga pasti akan menjaga balik kita. bisa dilihat dari airnya yang bersih dan jernih. Ini tuh, bisa jadi informasi penting buat kita biar menjaga alam dan kehidupan karena nantinya akan kembali pada kita sendiri. Selain itu, salfok sama rendanya sih… kebetulan kemarin dapet kiriman rendang sama calom mamah mertua eh… 🤣
28 September 2025 ● 22:55Fanny Fristhika Nila
naah iyaaa mba…. bersyukur orang2 di painan ini kayaknya memang pembersiiih banget.. karena kotanya beneran bersih, bahkan sampai ke desanya gini… saluuuut… sussssah nemuin sungai berair deras dan jernih gini… seneng memang bisa main ke sini mba . waaah puas ntr makan rendang kalo dapat mertua orang sana 😀
30 September 2025 ● 05:56malaysiagoflash
keren banget ini ka
29 September 2025 ● 18:34Fuzy Rahamah Hamid
wahhhh unik banget jambatan tu Fann yang nampak sangat kukuh dan cantik. Rasa mcm nak segera ke sana.
Rendang pun nampak enakkk dan akak memang peminat rendang
01 Oktober 2025 ● 19:09Fanny Fristhika Nila
yakaaaaan… memang unik lah kak… dan saya kagumnya juga krn masih kuat dan kokoh.. berarti memang dirawat juga dengan warga setempat
03 Oktober 2025 ● 06:39Ciknur
Unik
17 Oktober 2025 ● 07:12Masih terpelihara blh generasi baru tgk
Fanny Fristhika Nila
bersyukur memang, warga lokal masih menjaga jembatan akar ini
18 Oktober 2025 ● 22:05Nina
Kalau di kampung, pasti anak-anak sudah mandi, lompat dari jambatan ke sungai. Walaupun ngeri.
Di Painan tidak ada orang berkelah atau mandi manda ke Fan? Nampak aman dan tenang tanpa orang ramai, seronok betul
Itu Rendang kalau dekat, kakak sudah kirim sama Fan. mau coba, nampak dari packaging nampak sedap, boleh bawa travel.
Disini juga boleh camping ya.. wahhhhh menarik, nanti nak google lah panorama Painan
24 Oktober 2025 ● 13:17administrator
kita ngeri krn tak biasa… mereka mungkin dah dari bayi main di sungai hahahahaha…
mungkin krn saat kami kesana masih pagi kak ;p.. jd blm ada yg main2 ;p … bisa jadi kalo datang lebih sore mungkin ramai 😀
memang praktis sangta rendang ini…. krn tahan lama, sebab packagingnya memang aman
24 Oktober 2025 ● 18:46