BERCERITA MELALUI FOTO; KETEP PASS DAN BOROBUDUR ~ Iseng membongkar  foto-foto lama di folder, ga sengaja malah nemuin banyak foto waktu visit Magelang dan Jogja tahun 2011 yang lalu.

Sayangnya, karena saat itu aku masih belum aktif menulis di blog, foto-foto itu pun hanya tinggal gambar belaka ;p . Jadi penasaran, sejauh apa sih yang aku inget tentang liburan lalu melalui foto-foto ini 😉

Kalau dilihat dari tanggal foto diambil, saat itu 29 Agustus 2011. Tepat 1 hari sebelum Idul Fitri, atau empat bulan setelah aku menikah. Dan ini kali pertama aku merayakan Lebaran di kampung halaman suami, Solo. 

Kami bertiga, aku, Raka dan sepupunya sepakat mau ke Borobudur dan Jogja sekedar ngabuburit menunggu buka puasa di hari terakhir Ramadhan ;p.

Kami berangkat lumayan pagi dari Solo. Karena menggunakan mobil pribadi, Raka sengaja melewati Sawangan sebelum nerusin ke Borobudur.  Aku yang memang belum pernah ke Borobudur, apalagi Sawangan, ngikut ajalah kemana dua cowo ini pergi ;p.

Jam 9an pagi kami sampai di Sawangan. Ada apa sih di sini? Ketep Pass. Tempat di mana  bisa melihat  beberapa gunung besar yang mengelilingi Jawa, salah satunya Merapi  yang saat itu baru meletus di bulan  October 2010.

Selain tempat untuk melihat gunung, di Ketep Pass juga bisa mengunjungi  KETEP VOLCANO THEATRE . Di sini pengunjung bisa menonton film dokumenter tentang saat-saat gunung berapi meletus, atau KETEP VOLCANO CENTRE yang komplit tentang hal apa pun mengenai  gunung berapi. Lengkap dengan miniatur Gunung Merapi atau contoh batu-batuan yang berasal dari letusan gunung.

Aku yang memang menyukai museum, bener-bener betah berada di dalam. Membayangkan  gunung besar dengan lahar panas di perutnya yang siap memuntahkan bukan cuma bara api, tapi sungai panas yang akan  menerjang apa pun yang dilewati, ga peduli makhluk hidup atau benda mati. Merinding rasanya…

Latar belakang Gunung Merapi 😉

 

Kadang-kadang ya,   kalau sedang  menghayal, kepikiran aja seandainya punya kekuatan super yang bisa tahan terhadap api dan bisa terbang, pengen deh  masuk ke kawah salah satu gunung yang  masih aktif, untuk melihat langsung aktivitas menggelegaknya  dari awal mula, sampai dia meletus. Sampai segitunya penasaranku 😀 

Keluar dari Ketep Pass, kami  lanjut menuju Candi Borobudur. Gila yaaa, umur segini baru sempet datangin Borobudur yang udah mendunia namanya… Kemane ajeee ;p  Ternyata, tempat wisata ini bisa dibilang jauh dari parkiran!!

Dan…….gersaaaang bokkk…  Bayangin yaa…saat itu hari terakhir Ramadhan, dan kami lagi puasa, trus harus jalan melewati jalan gersang dengan cuaca super panas ala Agustus, ditambah aku ga kuat kena sinar matahari…Oke siip, udah kayak mau pingsan ;p.

Akhirnya, payung andalan harus keluar… Sebelum memasuki Borobudur, kami diwajibkan  memakai sarung, even yang sudah memakai celana panjang dari awal pun tetep harus pakai. Ga masalah sih. Lagian sarungnya oke juga. Bisa dililit gitu ;p

Naik ke atas candi, di tengah terik matahari yang kayaknya emang sengaja mau bikin aku batal puasa, itu udah perjuangan sendiri.

Pfft… dasar  ga pernah olahraga, baru naik segini aja aku udah ngos-ngosan.  Jadi lebih banyak duduknya sambil poto-poto deh ;p . Indonesia bangettt… Padahal ya turis-turis bule yang datang pada kuat ih naik ampe ke atas.

Kalau ditanya, suka ga melihat candi Borobudur ini?  Ya sukalah… Candinya sendiri sih ga ada masalah.  Cakep dan megah begitu.

Tapi yang menyebalkan penjual-penjual souvenirs di sekitar candi! Sumpah ya, ga pernah aku lihat penjual keukeuh maksa beli sampai masuk ke taraf MENGGANGGU banget!!

Sekali saja kami kelihatan tertarik dengan barangnya, langsung deh dia ngintilin kemana pun kami pergi. Akhirnya aku  masuk aja ke dalam mobil. Raka deh yang ketiban sial terpaksa harus menghadapi  ‘penjual gila’ begini. Karena kasian aja dia masih mau beli 1 barang souvenir berupa replika Candi Borobudur. Kalau aku mah ogah. Ga napsu ngelayanin penjual ga sopan begitu.

Keluar dari candi, tujuan kami bertiga selanjutnya, Desa KinahRejo, di Yogyakarta, yang bakal aku tulis terpisah dari postingan ini ;).

Ternyata, dari foto-foto yang ada, lumayan juga yang masih bisa kuingat 😉