Juni 2002:
“Papa ga mau tahu, kamu harus pindah ke Penang, kuliah di sana! Lupain kuliah yang di Banda Aceh ini. Kamu ga bakal rugi keluar dari sana!”
Kata-kata itu terucap 15 tahun lalu, dan sempet membuat hubungan ku dengan papa, memanas. Bahkan, sebagai tanda protes, aku melakukan aksi ‘ga pernah mau balik ke rumah’ tiap kali liburan kuliah. Padahal, sejauh apa sih Penang – Medan itu? Hanya 30 menit ditempuh dengan pesawat.
Siapa yang ga marah, dipaksa mengulang kuliah dari awal, padahal kuliah sebelumnya sudah berjalan 3 semester. Harus adaptasi lagi di negara orang, berkenalan lagi dengan mahasiswa-mahasiswa asing lain. Bukan hal yang gampang untuk seorang introvert sepertiku.
Tapi… Kejadian 26 Desember 2004 yang lalu, jadi penentu yang mengakhiri perang dingin di antara kami berdua .
Pagi sekitar pukul 9 waktu Malaysia, aku juga merasakan sedikit guncangan gempa, ga keras tapi terasa dan bikin pusing. Jadwal kuliah yang masih sore hari, membuatku ga terlalu mengacuhkan gempa kecil barusan, dan melanjutkan beres-beres kamar.
Barulah siangnya, sesampai di kampus, semua orang heboh dengan berita-berita di TV dan semua media Malaysia, tsunami besar menyapu habis Aceh dan beberapa negara tetangga.
Panik, pasti. Keluargaku masih di sana. Walau pun bukan di Banda Aceh. Dan bersyukur karena Lhokseumawe, ternyata aman dan tidak terkena dampak. Tapi salah seorang teman mengabarkan, rumah yang aku tinggali saat kuliah di Banda Aceh dulu, hancur dan mayoritas penduduknya, hilang bahkan meninggal 🙁 . Kebayang, seandainya 2 tahun lalu aku menolak untuk pindah ke Penang, melawan kata-kata papa, apa aku bakal ikut menjadi korban?
15 tahun kemudian…
Agustus 2017, lama setelah tsunami menyapu Aceh, di sinilah aku. Melihat wajah Banda Aceh yang baru. Terus terang, semuanya beda dengan yang trakhir aku ingat dulu. Jauh lebih bagus, lebih rapi, tapi tetep dengan cuaca yang super duper panas 🙂 . Pembangunan di mana-mana, orang-orangnya masih seramah dulu. Staff hotel yang kutanya tentang tsunami, masih menangis saat bercerita tentang mamanya yang hilang sampai sekarang.
“1 tahun setelahnya Kak, Banda Aceh masih bau. Saya hanya menunggu sampai 2 bulan untuk menemukan Mama saya. Setelahnya saya menyerah. Saya sudah ikhlas”
Museum Tsunami, BANDA ACEH
Museum yang berdiri dengan Ridwan Kamil sebagai arsiteknya, berdiri megah di jln Sultan Iskandar Muda no 3, Banda Aceh, dekat dengan mesjid Raya Baiturrahman.
Berbentuk seperti dome 4 tingkat, seluas 2.5 hektar dan membuat siapa pun yang melihat sedikit merinding. Ntahlah, aku masih teringat teman-teman yang harus meninggal dan hilang saat kejadian dulu.
Tiket masuknya gratis, walau pun semua orang tetap dikasih tiket berupa kertas yang nanti diberikan ke penjaga pintu di depan. Sebuah helicopter polisi yang rusak diterjang banjir, jadi pajangan pertama yang kami lihat sebelum masuk ke dalam museum.
Gedung museum tsunami
Helicopter polisi yang diterjang banjir
Lorong masuk yang gelap, sempet membuatku tersandung. Suara air mengalir dari kiri kanan dinding dan sebagian menetes dari atas, memberi kesan lembab, gelap, dan seolah balik ke masa saat tsunami terjadi, suram.
Kami memasuki sebuah ruangan luas yang berisi meja-meja dengan layar monitor yang menampilkan foto-foto saat kejadian. Bukan gambar-gambar yang menyenangkan pastinya.
Orang-orang menyelamatkan diri, anak kecil yang hanyut, para keluarga mencari kerabatnya di antara mayat-mayat, muka kosong yang jelas-jelas shock, bangunan hancur, atau foto before dan after Aceh sebelum Tsunami . Airmata gampang mengalir di sini, melihat semua hasil jepretan kamera .
Beberapa Alquran yang rusak terkena air
Sumur Doa Di Dalam Museum Tsunami Aceh
Bagian lain dari museum, di mana sebuah ruangan bulat yang dindingnya dari bawah hingga atas diukir dengan nama-nama para korban. Ingin mencari beberapa nama teman yang aku kenal dan meninggal saat kejadian, tapi ga berhasil.
Terlalu banyak nama-nama yang tertulis. Di bagian atap ruangan, terpampang asma Allah. Sebagai reminder untuk semua, bahwa apapun yang terjadi, ini sudah atas kehendaknya.
Sumur doa dengan nama-nama para korban tertulis di dindingnya
Asma Allah di bagian atas, merinding 🙁
Ruangan Lain di Museum Tsunami
Memasuki ruangan pamer lain, masih memajang diorama-diorama saat tsunami, kondisi kota yang rusak parah, video para saksi, juga ada penjelasan tentang tsunami dan apa yang harus dilakukan, kalau suatu saat ini terjadi lagi.
Diorama yang menggambarkan saat tsunami terjadi
Bendera para negara yang membantu, ikut dipajang di sini
Film Dokumenter Tentang Tsunami Aceh
Dan bagian yang tersedih, sukses membuatku merinding dan susah payah menahan airmata, saat menonton film dokumenter dari kumpulan video yang sempat diambil oleh para amatir, dan media TV yang meliput.
Cerita dari saat air setinggi pohon kelapa, menerjang kota dan membuat runtuh banyak bangunan, arusnya yang terlihat kuat, hitam dan deras , dengan gampangnya bisa menghanyutkan mobil, dan bahkan 2 kapal besar sampai terdampar di atas rumah penduduk, sumpah.. perasaan takut, gemetar dan airmatapun ga bisa kutahan..
Kapal nelayan yang terdampar di atap rumah penduduk
Feeling orangtua selalu kuat. Pelajaran yang bisa aku ambil saat itu, ga pernah ada ruginya mengikuti apa yang diminta orangtua. Mungkin, awal-awal dipaksa pindah ke Penang, aku merasa papa egois, Tuhan ga adil, dan segala judgement yang asal aku tumpahin. Tapi 2 tahun setelahnya, jawaban “KENAPA” tadipun, akhirnya terjawab.
Tsunami ini mungkin mimpi buruk bagi beberapa orang, trutama yang merasakan langsung, atau yang keluarganya menjadi korban. Terlepas dari itu, sisi baik dari tsunami tetep ada. Aceh, terutama Banda Aceh yang aku lihat, jadi jauuh lebih cantik, dengan jalanan mulus yang mengalahkan ibukota malah.
Pemberontakan GAM yang banyak memakan korban jiwa, berakhir dan akhirnya menemukan titik win-win solution dengan pemerintah. Kadang Tuhan menegur atau memberi ujian kepada umatnya dengan cara-cara yang mungkin menyakitkan. Tapi toh, dengan kebaikan di akhirnya…
indiRa
Haiii Kak Fanny…ceritanya nostalgia yaa hehehe.. Sedih kali kalo ke Museum Tsunami, bawaannya kangen nangis terus..hiks.
27 Agustus 2017 ● 23:24Fanny Fristhika Nila
banget…. akupun akhirnya nangis apalagi kalo inget temen2 yg jd korban
03 September 2017 ● 14:15Babang Travengler
Babang liat foto sumur doa jadi merinding, membayangkan semua nama yang tertulis disana sudah mengadap illahi semua
13 Oktober 2017 ● 18:50Fanny Fristhika Nila
aku juga merinding pas masuk kesana mas :(. inget bahwa semuanya udah meninggal pas tsunami :(.. sedih banget aura dalamnya
15 Oktober 2017 ● 13:05sulis
Ada hikmah ya mba..pindah kuliah. Untung pindah..klo nggak..
Iya mba..ngeri bnget pas gmpa/tsunami itu.. Dan 2006nya Jogja yang kena. Rumah ortuku 80% ambruk. Kmi ketakutan juga krn sempat ada isu tsunami…
Untung semua udah berlalu mba..
27 Agustus 2017 ● 23:46Fanny Fristhika Nila
oh iyaa, 2006nya jogja yaaa yg kena.. itu masa2 paling sedih memang mba…
03 September 2017 ● 14:14Hastira
membayangkan orang yang mengalaminya ya
28 Agustus 2017 ● 02:24Fanny Fristhika Nila
kalo dr cerita temen2 yg survive pas kejadian, ihhhh nangislah mba.. ga kebayang soalnya… aku bersyukur ga hrs ngerasain itu
03 September 2017 ● 14:13Turis Cantik
aku juga pernah ke sini mbak. Entah kenapa pas masuk kyk goa menuju nama korban aku juga agak merinding. Apa mungkin krn ada suara audio dan gemiricik airnya ya.
28 Agustus 2017 ● 07:37Fanny Fristhika Nila
trs remang2 lagi ya mba. apalagi di atasnya tulisan nama Allah.. jd makin merinding
03 September 2017 ● 14:12Nita kodok buntals blog
Alhamdulilah ternyata ada satu makna di balik kata2 papa ya mb, duh aku pas jmn kpn itu ya waktu tsunami, kayaknya smp deh
28 Agustus 2017 ● 15:10Salah satu destinasi wajib ke aceh ni buat ngenang fenomena terdasyat sepanjang 2004
Fanny Fristhika Nila
harus nit.. harus banget ksanalah kalo ke aceh nanti
03 September 2017 ● 14:10jalan jalan
museum yang menarik walau mungkin menyimpan banyak kenangan perih namun semua pasti ada hikmahnya
29 Agustus 2017 ● 02:43Fanny Fristhika Nila
yaaa..walo kadang hikmahnya itu dtg lama sesudah kejadian :(…
03 September 2017 ● 14:10Rudi Chandra
Selalu merinding kalo udah cerita tentang tsunami itu.
29 Agustus 2017 ● 07:00Syukur banget ya mbak saat itu mbak gak di Banda.
Kalo di sana bahaya banget tuh.
Fanny Fristhika Nila
bersyukuuuur banget mas… apalagi stlh ngeliat rumah yg dulu aku tempati hancur rata ama tanah. ga kebayang samasekali 🙁
03 September 2017 ● 14:09Lia Lathifa
sambil baca aku menahan nafas mbak, apalagi lihat sumur doanya, beberapa teman dan kakak kelas aku juga ad yg wafat saat kejadian, semoga mereka semua husnul khotimah. Firasat orangtua memang luar biasa ya
30 Agustus 2017 ● 08:31Fanny Fristhika Nila
sangat mba… luar biasa bgt firasat ortu itu… jd jgn disepelein…
03 September 2017 ● 14:06SuikaLova
waktu berita tsunami ramai di tv mamaku selalu nangis, beliau bilang manusia bener-bener kecil. aku suka wisata museum, semoga ada kesempatan mampir ke museum tsunami aceh, amiin
30 Agustus 2017 ● 09:16Fanny Fristhika Nila
iya mba… manusia itu ga ada apa2nya kalo hrs melawan air yang marah, bumi yg marah, ato ciptaan Tuhan lainnya. keciiil banget kita ini… kadang kita baru bersyukur setelah ada musibah yg luar biasa seperti ini
03 September 2017 ● 14:06Akbar S. Yoga
Alhamdulillah ya, karena pindah Mbak Fanny dan sekeluarga selamat. 🙂
Jadi inget surah Al-Baqarah, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Nggak kepikiran sebelumnya kalau bencana tersebut bisa dikenang menjadi museum. Kerenlah yang mencetus idenya. 😀 Pak Ridwan Kamil juga keren jadi arsiteknya. Ehe.
30 Agustus 2017 ● 11:25Fanny Fristhika Nila
bener banget yog.. kadang kita ga tau apa sbnrnya yg terbaik utk kita yaa… awalnya kliatan buruk, ga sesuai, tp hikmahnya baru kliatan kdg lama sesudahnya… di situ baru manusianya bersyukur 🙁
03 September 2017 ● 14:04Nikmal Abdul
Aku waktu kemarin ke Aceh sempat juga ke Museum Tsunami, memang pas nonton film dokumenternya buat merinding 🙁
30 Agustus 2017 ● 13:20Fanny Fristhika Nila
iya kaaaan… susah utk ga nangis pas liat filmnya mas 🙁
03 September 2017 ● 14:02Sandra Nova
Duh Fan.. Papamu kok feeling so good ya, alhamdulillah meskipun gimana2 Fanny nurut, aku aja merinding baca ini dan ngga kebayang kalau kejadian tsunami Aceh menimpa keluarga aku langsung 🙁
30 Agustus 2017 ● 14:49Semoga semua orang belajar dari kejadian ini, memang ini musibah & bencana alam, tapi bisa juga peringatan dari Allah bagi umatnya 🙂
Fanny Fristhika Nila
itu dia san… kok ya feeling papa bisa pas gitu.. sampe skr aku msh merinding kalo bayangin seandainya wkt itu ga nurut 🙁
03 September 2017 ● 14:01Enny
Merinding mba baca pembukaannya, alhamdulillah Mba masih dilindungi Allah.
30 Agustus 2017 ● 14:55makasih juga foto-fotonya serasa jalan-jalan kesana, semoga one day ada kesempatan langsung ke Aceh ^^
Fanny Fristhika Nila
aamiin…. suatu hari nanti harus kesana mba… aceh udah cakep banget skr… 🙂 brubahlah sjk tsunami
03 September 2017 ● 14:00Wian
Ajaib ya mba. Omongan orang tua tuh pasti ada benernya. Dan aku udah mengalami itu bbrp kali.
Aku merindiiingg mba bacanya. Gimana klo aku lgsg liat disana. Dijamin mewek aku, la wong cengeng kaya gini.
30 Agustus 2017 ● 18:06Fanny Fristhika Nila
pas nonton film dokumenternya, itu udah pasti nangis mba 🙁
03 September 2017 ● 13:57Hanni Handayani
wah asyiknya bisa ke museum, dulu saya juga pernah liat di youtube tentang museum ini
30 Agustus 2017 ● 22:37Fanny Fristhika Nila
krn aku liat di youtube dan penasaran banget liat lgs, makanya akhirnya niatin hrs bisa kesana mba.. alhamdulilah udah kesampaian
03 September 2017 ● 13:56Dila Augusty
Saya mulai tertarik pengen ke Aceh itu setelah tinggal di Medan ini, Mb. Apalagi dengar tentang keindahan Sabang. Aduuuuh tambah kepengen kesana
31 Agustus 2017 ● 06:28Museum Tsunami dan Masjid Raya bakal jadi list klo liburan kesana. Sama satu lagi, cari tas Aceh *kapan ya kesana *
Fanny Fristhika Nila
jalan darat aja mba… kmarin aku jalan darat dr medan ke aceh :). pegi pagi, malam udah sampe kok.. worth it bangetlah didatangin
03 September 2017 ● 13:55Johanes Anggoro
Masih saja merinding tiap kali membaca artikel ttg museum tsunami ini. Semoga bisa berkesempatan kesana
31 Agustus 2017 ● 11:34Fanny Fristhika Nila
aamiin… aceh bener2 udah berubah total mas… haruslah dtg kesana… apalagi kulinernya mantap2 😀
03 September 2017 ● 13:54Winny Widyawati
Ya Allah saya ingat lagi peristiwa tsunami ini. Beberapa bulan menguasai kesadaran saya pada betapa lemahnya manusia. Tapi dari musibah memang banyak hikmahnya ya mbak, semoga semua korban mendapat ampunan dan rahmatNYA aamiin
31 Agustus 2017 ● 12:18Fanny Fristhika Nila
bener mba… aku kayak ngerasa blank pas napak tilas ke tempat2 yg aku pernah tinggalin di banda aceh… berasa ga nyangka, semua tempat itu rata ama tanah… 🙁
03 September 2017 ● 13:53Nathalia DP
Bacanya aja merinding, gmn kalau liat lgsg ke sana…
31 Agustus 2017 ● 13:39Fanny Fristhika Nila
apalagi kalo ada sodara dan temenny yg jd korban mba… sediiih banget
03 September 2017 ● 13:52Nathalia DP
Pasti nyeseuk bgt 🙁
04 September 2017 ● 13:07Fanny Fristhika Nila
sangat mba :(.. masih berasa nyesel kok dulu aku sempet marah ama papa hanya krn disuruh pindah ini. pdahal, semua itu ternyata demi kebaikanku juga
08 September 2017 ● 21:37herva yulyanti
Mules bacanya mb part papa mba maksain kuliah di Penang lalu 2004 tjd tsunami mmg ortu sll kasih pilihan yg terbaik bwt kita y mb untuhgnya mba Fanny nurut hehehe wlw perang dingin 😁.
01 September 2017 ● 08:59Museumnya keren bgt Kang Emil juara arsiteknya dan aku masi inget th 2004 saat berita ttg tsunami meski g pny sodara disana tp aku sll nangis mba liat kondisinya yg parah bgt. liat foto2 ini jg aku sedih lagi rasanya ga percaya Kota serambi mekah sampe dikasi cobaan yg hebat bgt 😢 doain y mb smg aku bisa ke ACeh hehehe aamiin bisa liat museum ini n mesjid baiturrahman 😁
Fanny Fristhika Nila
iyaaa, bangunanya unik walopun blm semua lantai dipergunakan mba… masih ada lantai yg dlm tahap renov ato pembangunan,yang paling atas trutama… tp keseluruhan museum ini bagus dan semoga bakal tetep bagus. secara ga ada tiket masuk… berarti maintenancenya dr pemda kan… hmmm…..
03 September 2017 ● 13:51Andi Nugraha
Hai, Teh Fanny. Baca ini aku jadi tahu dan gak penasaran lagi. Udah lama pengen banget bisa lihat langsung dalamnya museum tsunami. Alhamdulilah jadi tahu, cuma tetap masih pengen kesana, pengen lihat langsung sekalian ngabadiin foto..hehe
Semoga bisa kesana langsung. Sekarang sudah terlihat berbeda banget ya, Teh, udah banyak tertata dan lebih bagus 🙂
01 September 2017 ● 14:06Fanny Fristhika Nila
jauuuuh lbh bgs drpd dulu…akupun sampe ga ngenalin banda aceh 🙂
03 September 2017 ● 13:49Andi Nugraha
Makin penasaran aku pengen kesana langsung..
07 Oktober 2017 ● 12:15Apalagi aku, Teh, belum pernah ke Aceh..he
Fanny Fristhika Nila
harus pokoknya ke museum ini kalo ke aceh ;)… tempat wajib banget mas
08 Oktober 2017 ● 00:27Dita Indrihapsari
Mba Faaan, aku merinding baca ceritamu ini.. Ternyata dirimu sempet kuliah di Banda Aceh ya mba.. Aku masih inget banget dulu pas kejadian liat di tv, Ya Allah liat di tv aja rasanya sesek apalagi yang ngalamin.. 🙁 Kakakku sempat dikirim ke Aceh juga 4 tahun ikut pembangunan di sana pasca tsunami.. Bagus ya museumnya mba, yang sumur doa itu iya bikin merinding juga liat fotonya..
03 September 2017 ● 00:42Fanny Fristhika Nila
Bersyukur banget banget aku ga ngalamin krn sempet pindah dari sana mba.. tp sedih aja krn temen2 banyak yg jd korban
03 September 2017 ● 13:48Nurul Sufitri
Mbak Fanny, aku beneran merinding baca tulisan ini. Sedih banget ya. Temenku juga ada yang sanak saudaranya meninggal dunia semua, tinggal sisa beberapa orang aja. Alhamdulillaah ya mbak Fanny dengerin kata papanya. Kalau ga, hmm…. Nasehat orangtua itu sepertinya sebuah feeling ya. Bisa dipetik jadi pelajaran nih.
03 September 2017 ● 14:20Fanny Fristhika Nila
iya mba.. jangan pernah lah ngelawan kata orang tua… semua itu demi kebaikan kita.. kdg, kita ga bisa ngeliat apa hikmahnya sekarang… bisa aja hikmahnya baru ketahuan setelah bertahun2 🙁
08 September 2017 ● 21:38Nella (emaknya Benjamin)
Orangtua memang punya firasat kali ya mba, kdg kita nih sbg anak bandel aja hehe. Keliatannya museumnya megah dan bagus banget. Serem melihat diorama saat2 terjadinya Tsunami 🙁 .
03 September 2017 ● 16:23Fanny Fristhika Nila
iyaaa.. biasalah ya mba… ank itu memang sukanya melawan :(.. dan aku nyesel dulu pernah ngelawan papa..
keren kok bangunannya ini.. walopun dalamnya menurutku blm maksimal… masih bnyk ruangan yg harusnya bisa digunain utk display yg lain…
08 September 2017 ● 21:41fika anaira
mba aku merinding ngerasain firasat papa mba, orang tua memang selalu ingin yang terbaik buat anak-anaknya ya… kalo udah punya anak baru terasa, dulu juga sering debat sama ayah
03 September 2017 ● 20:55Fanny Fristhika Nila
bener mba… akupun berharap anak2ku nanti ga ada yg ngelawan kyk aku :(.. firasat orangtua selalu bener kok… jgn pernah diremehin
08 September 2017 ● 21:42Revi Okta
Duh, merinding sekaligus sedih. Aku pengen banget mba dateng ke museum tsunami, pengen tau lebih banyak tentang kejadian saat itu. semoga nanti bisa kesampean.
03 September 2017 ● 21:25Fanny Fristhika Nila
aamiin… semoga suatu saat nanti bisa kesana mba.. aceh indah dan makanannya enak2 banget 🙂
08 September 2017 ● 21:43Nasirullah Sitam
Museum tsunami ini mengingatkan sebuat tragedi besar, namun semua bisa bangkit. Entah melihat foto nama-nama mereka yang meninggal itu merinding rasanya.
04 September 2017 ● 10:37Fanny Fristhika Nila
yaaa, bersyukur aceh bisa bangkit dan jd jauuuh lbh bagus mas 🙁 Tapi memang, masuk ke museum ini merinding rasanya
08 September 2017 ● 21:45Jalan-Jalan KeNai
Semerinding apa ya kalau suatu saat saya bisa ke museum itu. Saya hanya melihat kejadiannya di tv aja rasanya masih terbayang-bayang sampai sekarang. Ikut merasakan gimana sedihnya. apalagi yang menjadi saksi mata langsung, ya.
04 September 2017 ● 12:53Fanny Fristhika Nila
orang2 yg survive aja masih berkaca2 kalo cerita ttg tsunami mba 🙁
08 September 2017 ● 21:44Haryadi Yansyah | Omnduut
Ya ampun, ternyata mbak dulu tinggal di Banda Aceh ya. Bener-bener ada hikmahnya ya mbak.
Aku penasaran sama sumur doa itu. Bagian paling bagus kayaknya dari museum ini. Merinding banget ya kalau berada di sana.
04 September 2017 ● 13:01Fanny Fristhika Nila
aku 18 thn di aceh utara lhokseumawe mas.. trs 1.5 thn di banda aceh 🙂
kalo aku yg paling bikin nangis sebenernya pas nonton film dokumenter.. tp memang yg paling magis suasananya itu sumur doa
08 September 2017 ● 21:44Mugniar
Ya Allah, melihat foto-fotoya saja saya merinding, Mbak Fan. Kalau melihat langsung pasti lebih lagi.
Kisah pertengkaran dengan bapak itu …. akhirnya jadi kenangan tersendiri ya Mbak. Speechless saya membacanya.
04 September 2017 ● 15:01Fanny Fristhika Nila
iya mba… alhamdulillah hubungan ama papa sekarang mah udah baik… krn aku lgs nyesel sejadi2nya pas tsunami itu… seandainya aku ngelawan, ga kebayang seperti apa yg harus aku hadapin di banda aceh
08 September 2017 ● 21:36monda
merinding baca ini, Allah Maha Besar, Maha Perencana Maha Pengatur atas semua kejadian ini
04 September 2017 ● 19:18Fanny Fristhika Nila
iya mba…. ini pengingat kalo manusia itu keciiil banget dihadapan Dia.. ga akan bisa ngelawan ama semua kehendak Nya 🙁
08 September 2017 ● 21:34Ery Udya
Aku merinding bacanya, Mbak.. Dan orang tua selalu memberi arahan yg terbaik. Sungguh sangat beruntung dan bersyukur ya, Mbak, mau pindah ke Penang.
05 September 2017 ● 07:07Fanny Fristhika Nila
bener mba…. aku nyeseeel banget sempet marah ama pap, walopun aku ikutin perintahnya… 🙁 . bersyukur aku udah pindah dari banda pas tsunami
08 September 2017 ● 21:33Ria
waktu tsunami terasa sampai ke Belawan; saat itu aku lg liburan ke sana. Gak kepikiran ada tsunami krn tanteku blg sering gempa di Belawan. Ealah pas pasang tv sdh terdata 5000 orang korban dan angka bertambah terus. Museum ini bisa dibilang utk mereka yang terenggut dan tak kembali lagi ya mbak…
05 September 2017 ● 14:18Merinding jg mikir kl mbak tetap membantah papanya …
Fanny Fristhika Nila
iya mba… ini untuk mengenang para korban tsunami dan sebagai penghormatan juga… bisa juga utk pengingat dan pembelajaran buat semua gimana langkah yg harus kita ambil saat ada tanda2 tsunami 🙁
08 September 2017 ● 21:32Anis Hidayah
Kali ini setuju mbak saya, mengikuti perintah yang diberikan oleh orang tua. Wah aku bacanya juga ikutan merinding mbak. Akhirnya mama nya sampean ketemu nggak mbak? berarti sebelum ke Solo disini ya mbak rumah Mbak Fanny sebelumnya? 🙂
05 September 2017 ● 15:40Fanny Fristhika Nila
mas, mamaku mah ga ilang…. yg ilang itu mama nya petugas hotel yg kita inapin… yg di solo mah itu mertuaku… bukan aku 🙂
08 September 2017 ● 21:30Amanda
Waktu ke Aceh, museum ini nggak buka mba, aku gemes padahal tujuuan ke Aceh pengen banget tau isi museum ini, eh malah tutup.. T_T isi blognya kurang mba, aku nggak puas bacanya, kayaknya masih banyak sudut-sudut yg belum diulas tuh :p
05 September 2017 ● 18:45Fanny Fristhika Nila
iya sih, banyak sudut2 yg ga terlalu aku tulis krn sbnrnya blm terlalu komplit mba :).. masih banyak kyk ruang kosong… tp okelah, udah bisa bikin orang yang melihat jadi nangis
08 September 2017 ● 20:54hendi
masuk ke museum ini, mungkin saya bisa menangis, mengenang bencana alam yang super dahsyat, teriring doa untuk para korban
06 September 2017 ● 07:12Fanny Fristhika Nila
aku sih nangis mas 🙁 .. apalagi kalo inget temen2ku yg jadi korban 🙁
08 September 2017 ● 20:48Nita Lana Faera
Dirimu dulunya memang tinggal di Aceh ya, Mba. Alhamdulillah rezeki Papa bisa menguliahkan anak sampai ke negeri tetangga. Saya baru tau ada museum tsunami ini. Banyak banget ya nama2 yg tertulis. Jadi pengingat kita juga kalau takdir bisa terjadi kapan aja, kalau memang kehendak Allah.
06 September 2017 ● 08:33Fanny Fristhika Nila
papaku kan kerja di Perusahaan gas alam cair di aceh mba :)… makanya dulu aku lama di sana… korbannya 28rb lebih mba… ga heran nama2nya sebanyak itu
08 September 2017 ● 20:43nur rochma
Nggak sanggup deh membayangkan tsunami aceh dulu. Lihat videonya amatir dulu, rasanya merinding, mewek deh. Alhamdulillah sudah lebih baik ya Aceh.
06 September 2017 ● 11:49Fanny Fristhika Nila
banget mba… aku aja sampe ga ngenalin jalan2nya lagi 🙂
08 September 2017 ● 20:28mila
dulu waktu aku ke aceh belum ada museum ini. tapi pingin sih balik lagi kesana, sekalian mau jalan2 ke sabang
06 September 2017 ● 16:01Fanny Fristhika Nila
akupun kalo balik lagi nanti, hrs bisa sambung ke sabang mba ;).. kmrn ga bisa krn waktu terbatas
08 September 2017 ● 20:27Ucig
Mba fan.. masya Allah mbaa. Peluk.
06 September 2017 ● 17:08Ya Allah aku baca postingan ini sedih. Sahabat aku orang Aceh. Sekolah dia hancur. Saat itu dia Ada di Jkt. Denger critanya aja aku sedih bgt.
Bener mbaaa, nggak ada ruginya mengikuti apa kata ortu selama masih baik. Barakallah mba dirimu masih dilindungi Allah 🙂
Fanny Fristhika Nila
iya mba.. sejak itu, aku ga kepikir lagi untuk ngelawan apa yg dibilang orang tua 🙁
08 September 2017 ● 20:23Roma Pakpahan
Boleh nih berkunjung ke Museum Tsunami kalo maen ke Aceh.
07 September 2017 ● 14:44Fanny Fristhika Nila
harus mba :D.. tempatnya keren, dan aceh memang sudah bagus bgt sekarang
08 September 2017 ● 20:22Latifika Sumanti
aku merinding mba bacanya. Haru, sedih campur aduk
08 September 2017 ● 04:02Fanny Fristhika Nila
ga kebayang para survivor ya mba… trauma mungkin kalo aku 🙁
08 September 2017 ● 20:17Mira Kaizen
Aku pengen banget ke sini mbk….belum kesampean. hiksss
08 September 2017 ● 06:20Fanny Fristhika Nila
pasti nanti bisa mba :D.. bikin planning dr sekarang ;)..
08 September 2017 ● 20:12jefferson
keren abis deh kisahnya. Sampe perang dingin dengan ayah sendiri sih ya. Tapi kalau disuruh kuliah di Malaysia saya juga nggak nolak sih, tapi mungkin akan berpikir berkali2 kalau udah 3 semester di Indoneesia. Sudah takdir mungkin ya disuruh kuliah di penang, kalau inget rumah yang di banda dulu hancur lebur sih merinding juga tuh mbak fanny… burrrr
08 September 2017 ● 11:03Fanny Fristhika Nila
banget jev… aku merinding pas sampe banda aceh… dan kaya mau nangis liat kondisi rumah yg skr msh ga berpenghuni… rusak.. :(.. ga tau aku bakal gimana seandainya ga pindah ke penang
08 September 2017 ● 20:10Larasati Neisia
Udah lama banget aku baca-baca info tentang museum tsunami ini mbak. Pengen banget kesini kalo ada kesempatan ke Aceh. Baca postingan Mbak Fanny ini aja aku merinding sambil nahan air mata. Apalagi pas bagian sumur doa, itu pernah di post sama Pak Wali di ig nya :’)
Tahun 2004 lalu aku masih SMP masih belum ngeuh banget bencananya maha dahsyat. Keluargaku di Medan juga ikut rasain gempanya waktu itu.
Allah Maha Baik Mbak, everything happens for a reason 🙂
09 September 2017 ● 10:20Fanny Fristhika Nila
Bener Nes… semua ada alasan dan hikmah… kadang manusianya aja yg telanjur marah2 duluan menganggab Tuhan ga adil.. padahal pas tau hikmahnya kemudian, baru deh bersyukur kemudian… Aku banget itu 🙁
kalo ke aceh, kamu harus kesini… aku lgs nangis pas liat foto2nya ,, mungkin krn aku prnh tinggal di sana, temen2 kuliahku banyak yg meninggal.. jd sedihnya lebih berasa banget
09 September 2017 ● 12:23Mei Wulandari
Ya Allah mba FAnny.. aku ikutan sedih, nangis, dab merinding baca ini. Aceh memang telah tsunami tapi selalu ada cerita baik setelahnya ya. Moga2 almarhum mendapat tempat di sisi Allah ya mb. Memang museum itu bisa menandakan betapa kita manusia hanyalah kecil.
Itu yg sumur doa bikin nangis hiks hiks
Oh ya, ternyata ada hikmah dibalik papa km nyuruh pindah ke Penang ya mb. Alhamdulillah ternyata Allah kasih peringatan lewat papa
09 September 2017 ● 19:12Fanny Fristhika Nila
iya mei, aku aja lgs sediiih banget pas masuk ke museum ini. keinget ama semua temen2 yang jd korban, keluarga kos ku dulu… nangislah kalo liat videonya mei 🙁
09 September 2017 ● 22:28Ira Duniabiza
Semoga yang hilang dalam Tsunami belasan tahun lalu ditempatkan ditempat terbaik disisiNya. Semoga Aceh semakin aman dan konflik yang pernah terjadi tidak lagi terulang…
10 September 2017 ● 11:02Fanny Fristhika Nila
Aamiin mba. Iyaa, semoga konflik yg dulu di aceh ga pernah terulang lagi. Sereeem mba.. Aku ngerasain pas tentara lg tembak2an ama gam di belakang rumah. Sampe ada peluru kena kaca jendela. Trauma akunya.. 🙁
18 September 2017 ● 22:40Liswanti Pertiwi
Selalu ada hikmak ya mba, memang benar kita jadi anak jangan suka membantah orang tua, karena pasti untuk kebaikan.
11 September 2017 ● 23:17Baca tulisan ini jadi ingat cerita teman-teman yang jadi relawan disana. Belum lagi denger cerita-cerita dari masyarakat sekitar yang kehilangan keluarga.
Fanny Fristhika Nila
Bener mba.. Jgn pernah deh ngelawan kata ortu.. Nyesel ujung2nya 🙁 .. Aku bersyukur aku tetep mau pindah walopun marah banget ke papa 🙁
18 September 2017 ● 22:49Kuma Seo
Blognya unik sekali, baru pertama kali berkunjung, slam silaturahmi ya kak.
12 September 2017 ● 06:17Fanny Fristhika Nila
Makasih 🙂
18 September 2017 ● 22:49lianny hendrawati
Duh nggak kebayang ya Fan kalo dirimu masih di sana waktu itu, untunglah sudah pindah duluan. Hikmah yang bisa diambil, kita harus nurut deh sama orang tua, karena tiap orang tua pasti ingin memberikan yg terbaik buat anaknya ya.
14 September 2017 ● 10:08Fanny Fristhika Nila
Itulah mba.. Ga kebayang kalo aku ngelawan dulu 🙁 sereeem bayangin tsunaminya. Inget tetangga dan temen2ku yg meninggal
18 September 2017 ● 22:27Nia K. Haryanto
Pengen deh bisa mengunjungi museum itu. Walopun pasti sedih lihatnya. Gak kebayang kalo salah satu anggota keluarga jadi korban tsunami. Lihat sodara2 Kita di sana aja, hati rasanya remuk redam. 🙁
15 September 2017 ● 04:56Fanny Fristhika Nila
Sedih banget mba. Apalagi banyak temen2ku yg jd korban di sana.. Mayatnya jg ga ketemu.. Ada 1 temen, yg ikutan meninggal, dan ditemuin dia sedang meluk 2 anak kembarnya. Pas denger beritanya aja, aku sampe nangis
18 September 2017 ● 22:29Khairul fuad
Tsunami masih menyimpan luka untuk warga Aceh sampai sekarang, sempat waktu ke Aceh nanya” sama abang bemor yang sekeluarganya meninggal sampai dia nangis ngeceritainnya
Jadi rindu ke Aceh lagi:(
16 September 2017 ● 11:37Fanny Fristhika Nila
Kalo aku sih pasti bakal selalu kangen ama aceh. Walo bukan org aceh, tp aku besar di sana 18 thn. Kota ini punya sejarah buatku 🙂
18 September 2017 ● 22:33Indah Nuria
Semua ada hikmahnya yaaaa… aku belum pernah ke sini Fanny.. pengen dan semoga kesampaian suatu saat
16 September 2017 ● 16:59Fanny Fristhika Nila
Kalo mudik ke indonesia, lamaan mba, biar bisa kliling dari aceh sampe timur :D.
18 September 2017 ● 22:34liknana
Yang nggak ngalamin aja rasanya ikut bergetar….mbayangin perahu kok bisa sampai atap rumah, kota rata dengan tanah ….Allahuakbar
17 September 2017 ● 10:20Fanny Fristhika Nila
Itulah mba.. Aku aja ga bisa bayangin sampe skr, gmn ceritanya kapal bisa naik k atap rumah, dan itu jauuuh dr pelabuhan loh 🙁 . Kuasa allah ya mba
18 September 2017 ● 22:21Lia Harahap
Alhamdulillah mbak sehat selalu ya.
Aku kayaknya kalau ke museum ini bakalan nangis bombay deh. Tapi pengen banget liat.
17 September 2017 ● 17:04Fanny Fristhika Nila
Syukurnya aku bisa lolos dari tsunami krn keburu pindah mba lia :). Ga kebayang kalo msh di sana 🙁
18 September 2017 ● 22:20iKurniawan
waktu ke Aceh kemarin, museum ini ada di ujung jalan dari tempat saya menginap. 1km palingan..
tapi kok ya mau jalan mager banget. gak ada transport pula.
sekarang nyesel gak main kesitu. cm sempet liat bangunannya aja. keren.
19 September 2017 ● 20:35🙁
Fanny Fristhika Nila
yaaa, berarti hrs balik lg mas kesana :D.. rugi ke aceh kalo ga ke museumnya 🙂 ..
24 September 2017 ● 09:21Ika Hardiyan Aksari
Baca cerita petugas hotel itu kok aku merinding. Setahun masih bau? Allahuakbar…
Semoga mereka yang menjadi korban diberi tempat terindah di sisi Allah.
21 September 2017 ● 11:35Fanny Fristhika Nila
aku jg ga kebayang mba :(.. pas kejadia sampe bberapa thn kemudian cuma liat beritanya di tv dan koran… aku ksana kmrn sih semua udah bagus dan bersih …
24 September 2017 ● 09:06Triani Retno A
Seperti pakdeku yang beberapa bulan sebelumnya memulangkan semua anaknya ke keluarga besar di Solo, dengan alasan biar belajar di sana. Pakde sendiri tetap di Aceh dan hilang dalam kejadian itu.
22 September 2017 ● 07:09Fanny Fristhika Nila
untungnya semua keluargaku ga ada yg di banda aceh pas kejadian mba. jd kita semua selamat..
24 September 2017 ● 09:03Rudi MedanWisata
Pernah sekali ke Aceh,, cuma saat itu lagi renovasi museum nya,, jadi lum sempat masuk.
hiks,, semoga bisa kesana lagi deh.
23 September 2017 ● 14:57Fanny Fristhika Nila
wajib bangetlah kalo ke aceh mampir di sana mas 🙂
24 September 2017 ● 08:58Yessi Greena
ga kebayang kalau nggak jadi pindah kuliah ke Penang ya, mba…
27 September 2017 ● 10:52itulah kenapa kita harus mendengarkan omongan orangtua ya
aku masih di Medan waktu gempa tsunami itu, gempanya kerasa banget dan lama 🙁
Fanny Fristhika Nila
bener mba… 🙁 .. kalo di penang ga gitu terasa… jd aku ga terlalu pusingin pas ngerasain gempanya
28 September 2017 ● 22:34anesa nisa
merinding euuy liat-liat fotonya.
27 September 2017 ● 22:49aceh, kota tujuan aku buat next destinasi. konon pantainya bagus bagusssss banget.
mudah-mudahn smday bisa ke sini, termasuk museum tsunami.
Fanny Fristhika Nila
Kalo pantainya aku ga datangin, krn ga terlalu suka pantai mba. :D. Panasnya ga kuat hahahaha..
28 September 2017 ● 23:10Titik Asa
Tentang Tsunami ini memang sangat sangat memilukan. Haru biru saya mendengar cerita teman kerja yang keluarganya ada yang menjadi korbannya.
Saya baru tahu ada museum Tsunami di Aceh. Ingin sekali saya berkunjung kesana.
Salam dari saya di Sukabumi,
27 September 2017 ● 23:48Fanny Fristhika Nila
kalo ke aceh, pokoknya jgn lupain museum tsunami ini
28 September 2017 ● 22:28zakky
bagus buat mengenang tsunami sekaligus agar lebih waspada kedepannya. semoga hal seperti ini tidak terjadi lagi di Indonesia:)
30 September 2017 ● 02:34Fanny Fristhika Nila
amiiiin… moga2 ya ga kejadian lg tsunami seperti ini 🙁
08 Oktober 2017 ● 00:43deddyhuang.com
masih belum tuntas rasa penasaranku sama Aceh. pengen bisa ke aceh sekaligus sabang.. museum tsunami ini sering kali aku baca dan bikin merinding.
03 Oktober 2017 ● 16:18Fanny Fristhika Nila
akupun kalo sabang blm pernah mas.. ntr lah, kalo ke aceh lg hrs mampir jg k sabang 😉
08 Oktober 2017 ● 00:36lagu dangdut
semoga ratusan ribu orang yang meninggal diampuni dosa dosanya. dan musium ini sekaligus menjadi pengingat agar kita selalu waspada 🙂
04 Oktober 2017 ● 01:18Fanny Fristhika Nila
Aamiin 🙂
08 Oktober 2017 ● 00:50Pritahw
aku ikut merinding nih bacanya dan lihat foto2nya, bayangin kl ada disana beneran. Semoga ini bisa diambil ibrahnya ya mbak 🙂
05 Oktober 2017 ● 12:38Fanny Fristhika Nila
sama mba.. aku pas di sana juga merinding luar biasa. ngebayangin kuatnya air yg masuk ke kota dan ngeruntuhin bangunan2.. sereeem 🙁
08 Oktober 2017 ● 00:33Ranny
Feeling orangtua nggak salah ya Fan. NGgak elok juga kita menyalahkan mereka, ternyata ada rencana baik olehNya untuk kita.
05 Oktober 2017 ● 14:02Aku baca ini jadi ingat kilasan tsunami 2004, sedih banget lihatnya. Senang dibangun museum ini, jadi pertanda bagi kita akan Maha Besar kuasaNya.
Fanny Fristhika Nila
bener ran… semua yg dibilang ortu jgn dilawan deh :).. feeling mereka memang jauuh lbh kuat kadang.. museum ini sumpah keren.. seolah kita ikut ngerasain pas kejadiannya dulu 🙁
08 Oktober 2017 ● 00:31Daeng Ipul
Ini salah satu museum yang pengen banget saya datangi, Insya Allah suatu hari nanti
melihat gambar2 di atas saja rasanya merinding saya,
06 Oktober 2017 ● 19:01gak tahu kalau lihat langsung ke sana
Fanny Fristhika Nila
harus datang ke museum ini kalo ke aceh mas :).. lgs nyeseeek banget liat foto2 dan videonya
08 Oktober 2017 ● 00:28Rhoshandhayani KT
wuaaaaah salam kenal kak fanni
sepertinya ini pertama kali kunjunganku ke sini, hehehe
takjub sama sapaan di beranda
kece ih
salah satu museum yang pengen aku kunjungi itu ya ini, museum tsunami aceh
duh gimana yaaa menjelaskan perasaan-perasaan itu
menyamakan frekuensi dengan warga aceh yang ditinggalkan oleh orang tercintanya, tanpa tau jasadnya dimana
iya kak
09 Oktober 2017 ● 10:14aku juga punya pengalaman yang sama seperti kak fanni yang harus bersedia pindah ke penang, menuruti kata orang tua
saat kuliah semester 5, aku tuh dapat kesempatan untuk ke taiwan, gratis. acaranya konferensi.
tapi saat ijin ke Ibu, Ibu nggak ngebolehin, soalnya nggak ada temannya sama sekali
ya aku nurut lah yaaa.. sambil berharap suatu hari akan ada rejeki yang lebih baik
eh ndilalah, lah kok saat hari konferensi, lokasi konferensi tersebut kena badai besar
Ya Salaaaam… memang benar ya kata orang tua
kita kudu nurut
ridho Allah ada pada ridho orang tua
Fanny Fristhika Nila
alhamdulillah selamat juga ya mba.. makanya tiap ortu keberatan, aku usahain utk slalu nurut.. udah ngerasain sendiri kalo kata2 ortu itu pasti baik untuk kita :)..
11 Oktober 2017 ● 22:15Doni Nurdiansyah
semoga suatu saat bisa pergi kesana…salam dari bandung, semoga aceh selalu dalam lindungan Allah swt
09 Oktober 2017 ● 11:51Fanny Fristhika Nila
amin… semoga aceh ga mengalami tsunami begini lagi ya mas
11 Oktober 2017 ● 22:06Alid Abdul
Aku merinding lihat foto yang Sumur Doa itu 🙁
10 Oktober 2017 ● 09:36Museum ini sudah masuk list kunjungan sejak lama. Tapi belum kesampaian ke Aceh. Dan aku baru tahu klo Mbak Fanny asli Lhokseumawe
Fanny Fristhika Nila
kalo asli mah aku sibolga mas ;p… cuma aku 18 thn di lhokseumawe krn papa kerja di sana ;p
11 Oktober 2017 ● 22:00Dian Restu Agustina
Alhamdulillah mendengarkan kata orang tua..:)
Saya ke Banda sekitar setahun lebih pasca tsunami..Masih berantakan dan terus dirapikan..
11 Oktober 2017 ● 21:02Museum belum jadi..Kapan hari pengin ke sini lagi
Fanny Fristhika Nila
iya mbaaa.. aku bersyukuuuuur banget dulu nurut kata papa, walo awalnya marah2 gitu 🙁 .. banda udah cantiiik banget sekarang mba.. harus datang lagi lah kesana 🙂
11 Oktober 2017 ● 21:49Tian Lustiana
Betul , feeling orangtua pasti selalu benar, semata – mata yang terbaik untuk anaknya
12 Oktober 2017 ● 08:48Fanny Fristhika Nila
bener mba tian :(.. jadi memang lbh bgs jgn pernah melawan orang tua
15 Oktober 2017 ● 13:07ericka
Lihat foto-foto dan ceritanya aku udah merinding dan rada mewek mbak 🙁 jadi pingin juga kesana. Memang mengikuti nasehat orang tua itu yang paling selamat, meski kadang kita benci
16 Oktober 2017 ● 18:35ericka
Lihat foto-foto dan ceritanya aku udah merinding dan rada mewek mbak 🙁 jadi pingin juga kesana. Memang mengikuti nasehat orang tua itu yang paling selamat, meski kadang kita benci, tapi orang tua adalah restu Tuhan, sukses terus ya mbak dengan keluarga
16 Oktober 2017 ● 18:37Fanny Fristhika Nila
Iya mba. Kapok lah pokoknya kalo ga nurut ama ortu. Aku udh ngerasain sendiri feeling ortu slalu kuat buat anaknya
22 Oktober 2017 ● 23:08gheasafferina
Mbak faan jangankan kesana, baca doang aja udah berkaca-kaca. Sedih inget dulu masih kecil waktu di TV berkali-kali nyiarin tentang tsunami, apalagi korban-korban yang begitu banyak di jejer-jejer huhu. Feeling papanya mbak kuat banget ya, ternyata emang selalu ada hikmah yah mbak..
17 Oktober 2017 ● 08:32Fanny Fristhika Nila
Feeling ortu ga bisa dianggab remeh ya mba 🙁 . Nyesel aku sempet marah2 dan ngambek lama ama papa
22 Oktober 2017 ● 23:07Anisa Ae
Jadi sedih. Waktu kejadian tsunami, aku masih sekolah.
17 Oktober 2017 ● 17:42Fanny Fristhika Nila
Iyaa, sampe skr kalo inget tsunami aku jg msh sedih mba
22 Oktober 2017 ● 23:42Pipit Widya
Wiw, komennya banyak amat. Saya belum pernah ke Aceh. Tiap baca/denger ttg tsunami, langsung merinding. Sebab dulu teman kuliahku orang Aceh. Dia cerita tentang keluarganya yg terkena tsunami.
20 Oktober 2017 ● 09:14Fanny Fristhika Nila
Banyak yg keluarganya sampe skr ga ketemu mba. Bbrp temenku jg ada yg ga ketemu jasadnya. Udah pada ikhlas sih keluarga biasanya
22 Oktober 2017 ● 23:01Veri Maolana
Firasat seorang ayah mungkin.
20 Oktober 2017 ● 19:26Kita sebagai anak harus menuruti kata2 ayah. Ini salah satu contohnya
Zizy Damanik
Membaca ini membuatku kembali ke kilas saat itu.
21 Oktober 2017 ● 11:03Berkesan juga, karena malam sebelumnya itu aku sedang demam tinggi, kemudian pergi untuk makan Indomie di warkop harapan (biar panasnya keluar semua gitu mksdnya). Gempa terasa keras sampai Medan.
Senin pagi di kantor, gak kuat dan pergi ke RS ditemani sahabatku orang Aceh. Di sana baru tahu kalau ternyata aku kena cacar. Dan kami juga baru dapat kabar soal Tsunami Aceh.
Saudara sahabatku itu ada yang hilang dan belum ketemu sampai terakhir kabar yang aku dengar.
Tsunami Aceh memang memberi luka banyak, terutama buat mereka yang merasakan, dan bertetangga. Bagaimana anak-anak Aceh yang kehilangan orang tua, keluarga yang kehilangan rumah, harus turun ke Medan supaya bisa hidup. Ya Tuhan, sesak rasanya kalau diingat.
Fanny Fristhika Nila
Ngeri ya mba kalo diinget.. Akupun masih sedih kalo inget temen2 yg jd korban. Untungnya g ada sodara yg kena sih.. Kbanyakan memang temen2 kuliah. 🙁 . Di medan keras ya gempanya.. Di penang ga terlalu terasa
22 Oktober 2017 ● 22:51Chaycya Oktiberto
Melihat lorong di museum itu merinding ya.. seolah napak tilas kejadian tsunami itu.. Hiks..
Itulah mengapa dikatakan everything happen for a reason ya mbak. Andai dulu tetap stayed di Banda, apa yang tak terpikirkan pasti terjadi.. Syukurlah mba sehat2 dan akhirnya bisa menuliskan kisah ini.. Appreciated it.
Salam kenal mba.
21 Oktober 2017 ● 18:09Fanny Fristhika Nila
Iya mas.. Kdg hikmah dr suatu peristiwa itu ga lgs dikasih tunjuk ama yg di Atas. Manusianya aja yg suka suuzhon duluan, ngerasa Tuhan ga adil dsb 🙁
22 Oktober 2017 ● 22:46Adie Riyanto
Main ke sini tahun 2012. Masih merinding pas lihat foto-foto kejadian di sana, apalagi pas bagian Sumur Doa itu :'(
23 Oktober 2017 ● 09:28Fanny Fristhika Nila
iya, sedih banget yaaa… ngeliat nama2 korbannya…:(
30 Oktober 2017 ● 13:42Vindy Putri
Aku merinding bacanya, Mbak… Sepertinya aura kesedihan masih pekat sekali ya kalau masuk di museum itu. Ikut merasakan betapa terpukulnya kita sebagai saudara harus kehilangan mereka di musibah yang nggak bisa terelak lagi… :'(
Di saat itu aku di rumah sama kakak, adik, dan nenek. Soalnya orang tua lagi Haji. Dan aku takutnya bukan main tahu ada Tsunami Aceh. Agak trauma juga. Berita terus menerus diputar. Sampai aku ikut merasa trauma ketika saat ini pun dengar lagu pembuka siaran berita di Metro Tv.
Ini menjadi trauma banyak orang.. termasuk aku di Tanah Jawa.
24 Oktober 2017 ● 21:17Fanny Fristhika Nila
eh lagu pembuka siaran berita di metro gimana ya? hahahah aku jrg nonton tivi :D…
iya mba, sampe skr kalo inget tsunami aceh, masih sedih aja rasanya.. inget temen2 yg ilang dan meninggal… untungnya sodaraku ga ada di sana
30 Oktober 2017 ● 13:38IRZAN ZULMI
wah baru tau ada museumnya …
25 Oktober 2017 ● 08:33Fanny Fristhika Nila
adaaaa ;).. dan bgs kok dalamnya… lumayan komplit dan bikin nyesek juga 🙁
30 Oktober 2017 ● 13:36Noni Rosliyani
Untung banget pindah yaa.. Huhuhu.. Bisa kebayang gimana syoknya pas denger tsunami Aceh. Kalo aku berkesempatan main ke sana, kayaknya bakal terbawa emosi juga. :'( Jogja yg 2 tahun setelahnya gempa besar aja gini rasanya, apalagi setelah gempa masih dikasih tsunami.
25 Oktober 2017 ● 09:30Fanny Fristhika Nila
iya mba… sampe skr kdg kebayang, gimana kalo aku dulu ga pindah dr banda aceh :(. ga kebayang seremnya harus ngerasain sendiri…
30 Oktober 2017 ● 13:35Dieng culture festival
Entah sudah berapa kali saya mampir ke blog kakak. Berkesan bagi saya, waktu itu ada kesempatan untuk mengunjungi negeri Serambi Mekah ini. Tidak lupa juga saya mampir ke museum tsunami. Luar biasa, melewati lorong yang seakan menjadi gambaran tsunami saat itu. Rasanya sangat mencekam, saya gak kebayang gimana rasanya teman teman yang saat itu merasakan langsung.
main juga kak ke blog saya
25 Oktober 2017 ● 11:01Azril
sangat ini masuk ke museum tsunami terutama ke sumur doa untuk mendoakan sahabat saya disana
27 Oktober 2017 ● 16:52muslimin11
Selalu sedih jika mendengar kejadian yang telah berlalu ini, tapi disetiap kejadian pasti ada Hikmah yang bisa kita petik
31 Oktober 2017 ● 11:43Fanny Fristhika Nila
akupun masih selalu sedih kalo inget ini 🙁
06 November 2017 ● 19:18Relinda Puspita
Semua Ada hikmahnya, yaaa.
02 November 2017 ● 20:47Fanny Fristhika Nila
bener mbaa :).. apapun yg terjadi, pasti ada hikmah kok
06 November 2017 ● 18:59Firda Winandini
waktu kejadian tsunami Aceh ini aku masih SD kayanya, tapi sampe sekarang masih inget banget berita – berita di TV pas kejadian. Dan kalo skg denger ceritanya juga masih suka merinding
03 November 2017 ● 12:51Fanny Fristhika Nila
bener mba… susah untuk ga inget seremnya pas tsunami dulu 🙁
06 November 2017 ● 18:56Momtraveler
Kampung halaman nan kurindukan. Banyak banget sodaraku meninggal paa tsunami mbak sebagian besar ga ditemukan jenazahnya makanya tiap kali main ke museum bercucuran air mata deh
03 November 2017 ● 21:38Fanny Fristhika Nila
oh iyaa, mba dr aceh yaaa… pasti lbh berasa sedihnya deh… aku aja yg cuma numpang tinggal di sana berasa banget seseknya kalo balik ke aceh 🙁
06 November 2017 ● 18:52Tuxlin
Sedih kalau keinget bencana besar itu… Saya dulu masih SMA pas terjadi Tsunami aceh 🙁 Btw pengen juga mengunjungi museum tsunami, tapi jauh banget dari ruma saya hehehe… semoga nanti ada kesempatan ke sana 😀
05 November 2017 ● 13:13Fanny Fristhika Nila
rumahmu di mana mas?
06 November 2017 ● 18:43Yasinta Astuti
Baca ini berasa terlempar dengan berita – berita yang aku saksikan di layar kaca saat itu. Selalu ada hikmah dari setiap kejadian, sedih banget liat nama – nama di sumur doanya ya mbak huhuhu.
07 November 2017 ● 15:45Yang terlibat langsung udah kebayang pasti berurai air mata kalau ke sini
Fanny Fristhika Nila
pastinya mba… aku kebayang temen2ku soalnya yg jd korban… jd udah pasti nangis kalo ksana
12 November 2017 ● 17:48Bara Anggara
Asliii,, merinding bacanya,, apalagi mbak yaa yg mengalaminya langsung, bagaimana kalau seandainy enggak pindah kuliah..
Aku pernah keliling Aceh 2011 melihat sisa2 tsunami,, emang serem bgt pdhl itu udh bertahun2 yg lalu kejadiannya.. Duh merinding lagi euy keinget dahsyatnya tsunami di Aceh..
Salam
07 November 2017 ● 16:01-Traveler Paruh Waktu
Fanny Fristhika Nila
ngalamin lgs sih gak mas ;p… kebetulan aku sdg tidak di aceh pas kejadian.. aku ga kebayang kalo hrs ngalamin lgs, trauma sampe skr mungkin.. iya kalo selamat 🙁
12 November 2017 ● 17:46Helena
Mbaaak, aku nangis baca ini. Selalu ngeri melihat dokumentasi tsunami di Aceh. Maut begitu dekat.
09 November 2017 ● 00:36Fanny Fristhika Nila
bener mba.. kalo udah kesana, sediiiih banget kalo inget tsunaminya 🙁
12 November 2017 ● 17:36anis lotus
Itulah takdir ya mb, cara Allah buat menyelamatkan mbFanny. Ngeri banget meski cuma membayangkan kejadian stunami aceh… :'( . Semoga jadi pelajaran buat semuanya atas kejadian ini…
13 November 2017 ● 16:57Fanny Fristhika Nila
Iya mba.. Kalo skr aku sadar, itu cara allah nyelamatin aku. Tp pas dulu awal2, masih inget gmn marahnya aku.. Jd nyesel banget inget itu
21 November 2017 ● 12:39Ammar dental
Sunguh sejarah yang tak bisa di lupakan
15 November 2017 ● 15:28Fanny Fristhika Nila
Bener mas.. Mau sampe kpn jg ga bisa lupa gmn seremnya tsunami aceh 🙁
21 November 2017 ● 12:30dekcrayon tata
Duh semoga bencana besar itu tak pernah terjadi lagi ya mbak. Ngeri. Meski hanya melihat dari layar TV
21 November 2017 ● 12:21Fanny Fristhika Nila
Aamiin.. Semoga jangan ya mba.. Ga kebayang seremnya 🙁
21 November 2017 ● 12:40Beby
Kak Fan, kalok inget tsunami emang sedih ya. Sampek sekarang. Sodaraku jugak banyak yg ilang. Gak tau ke mana, gak tau uda meninggal apa masih hidup. 🙁
Mudah-mudahan kita semua dilindungi Allah SWT dari bahaya dan musibah ya. Aamiin.
26 November 2017 ● 14:37Fanny Fristhika Nila
Iya beb.. Slalu sedih kalo inget tsunami. Inget temen2 yg dulu, ada 1 temen ku yg meninggal, dan pas ditemuin dia sdg meluk anak kembarnya. Semuanya meninggal jg 🙁
28 November 2017 ● 06:39fajar rois
Jujur nih,,,bikin merinding waktu baca..apalagi waktu ngeliat foto sumur doa dan ngeliat asma Allah…semakin merinding…tapi terlepas dari itu semua ada hikmah yg melimpah dari kejadian tahun 2004 silam ini…
26 November 2017 ● 19:54Fanny Fristhika Nila
Ya mas… Kdg manusianya aja yg ga mau tau. Pdahl hikmah itu bisa cepet dtgnya, bisa jg stlh bbrp tahun.. Kalo aku tau bakal begitu, aku mungkin ga bakal marah2 ke papa disuruh pindah kuliah 🙁
28 November 2017 ● 06:26Elisabeth Murni
Saya baca kisah ini saja ikutan merinding, mbak. Nggak tau bisa kuat nahan nangis enggak kalau bisa menjejakkan kaki di Museum Tsunami ini. Masih ingat dulu ikutan nangis lihat beritanya.
kalau di Jogja juga ada museum sisa hartaku yang isinya sisa-sia erupsi merapi, itu juga nggak kalah sedihnya. Dan dari semua ini kita manusia harus belajar pasrah sama kehendak Tuhan dan terus mendekat kepadaNya.
27 November 2017 ● 13:57Fanny Fristhika Nila
Bener mba.. Sedih lah.. Apalagi aku yg bnyk kehilangan teman kuliah di sana.. Inget itu, ya inget mereka
28 November 2017 ● 06:23tesyasblog
Dua kali ke Banda Aceh dan enggak bisa kesini karena tutup. Penasaran deh pengin merasakan langsung ada di dalamnya.
27 November 2017 ● 19:56Fanny Fristhika Nila
Bagus mba.. Hrs dtg k aceh. Yg aku ga kuat, cm panasnya yg luar biasa.. Anakku sampe sakit krn ga kuat kena panas
28 November 2017 ● 06:20Bekasicity
Sama, baru sekali dateng ke Aceh pas ke sini malah tutup. 🙁
30 November 2017 ● 00:13Fanny Fristhika Nila
untung pas aku ksana sedang buak 😀
09 Desember 2017 ● 15:03Mas Kris
Bener-bener peristiwa yang ga terlupakan. Pagi-pagi bangun dengar berita Tsunami di Aceh. Apalagi waktunya pas sama peringatan hari lahir yang ke-17.. jadi berasa kado yang pahit waktu itu.. 🙁
27 November 2017 ● 22:58Fanny Fristhika Nila
Sedih yaa.. Apalagi pas liat di tv, serasa ga percaya, sampe swalayanbyg jaya di masanya, pantee pirak bisa rata ama tanah 🙁
28 November 2017 ● 06:19Raisa
Salah satu provinsi yang pengen aku datangi banget ini.
29 November 2017 ● 19:58Nangroe Aceh Darussalam. Semoga kesampean kesini.
Aaaaah aku nggak bisa ngebayangin ketika tsunami dulu :'( .
ini museumnya keren deh arsitekturnya.
Fanny Fristhika Nila
Pak ridwan kamil keren deh ngerancangnya yaaa :). Hrs dtg mba kalo ksana
14 Desember 2017 ● 11:49Bang Aswi | @bangaswi
Sedih. Sayang saat ke Banda Aceh kemarin tidak sempat mampir ke Museum Tsunami. Ini memang masalah waktu yang begitu singkat, harus langsung berangkat ke Lhoknga dan dilanjut ke Lamno.
03 Desember 2017 ● 12:41Fanny Fristhika Nila
uwaaahhh lamno…. itu kampung guru agamaku.. pgn bgt bisa kesana… orang2nya cakep2 yaa, matanya ada yg biru 😀
09 Desember 2017 ● 14:54Ratna Dewi
Aku merinding dengar ceritamu 15 tahun yang lalu, Mbak. Dan mungkin kalau berkunjung langsung ke museumnya juga merinding dan ikut merasakan bagaimana mencekamnya saat dan setelah tsunami dulu ya.
08 Desember 2017 ● 19:42Fanny Fristhika Nila
banget mbaa… sedih aja inget semua temen yg jd korban… 🙁 .. aku masih beruntung karna telanjur pindah
09 Desember 2017 ● 14:47evrinasp
pas masuk ke museum tsunami di pintu awal aku merinding mbak, pak ridwan kamil bisaan mendesignnya, berasa banget suasana tsunaminya
09 Desember 2017 ● 11:22Fanny Fristhika Nila
keren memang design pak RK.. suka banget aku liatnya… dari awal masuk udh berasa merinding ya mba
09 Desember 2017 ● 14:46Rach Alida Bahaweres
Aku ke Aceh tapi belum sempat kemana-mana nih mba. Ya Allah ikut merinding pastinya ya kalau ke musem tsunami ini 🙁
10 Desember 2017 ● 08:51Fanny Fristhika Nila
Waaah kenapa ga kemana2 mba. Coba jelajahin aceh, banyak yg menarik di sana 🙂
14 Desember 2017 ● 11:42Dee - HDR
Nggak kebayang air laut masuk ke daratan setinggi pohon kelapa :'(
16 Desember 2017 ● 15:20Merinding baca tulisanmu kak…
Fanny Fristhika Nila
aku mungkin blm bisa ceritain yg lbh detilnya, krn ga ngerasain sendiri :(. tp kalo denger temen2 yg selamat, yg ngerasain lgs, itu nangis mba 🙁
17 Desember 2017 ● 15:17anik
semoga tak ada lagi bencana baik di aceh maupun di indonesia. aamiin
21 Desember 2017 ● 21:11Fanny Fristhika Nila
Aamiin :). Kalopun hrs ngalamin, semoga masih dikasih keselamatan
22 Desember 2017 ● 09:41ayahblogger
Kengerian tsunami ini pun saya dapat dari saudara di aceh. Bersyukurnya abang angkat yang bertugas sebagai TNI di sana aman. Cuma ada keluarga yang menjadi korban dan belum ditemukan. Semoga aceh semakin baik kedepannya.
31 Desember 2017 ● 08:56Fanny Fristhika Nila
Aamiin.. Semoga ga terjadi lg tsunami di sana yaa
01 Januari 2018 ● 22:34Acipa(h)
Selalu ada alasan di balik keinginan orangtua ya Mbak 🙂
Rasa-rasanya museum tsunami Aceh ini salah satu museum yang bikin sedih pas jelajahnya, so far baru nyobain museum gunung merapi sih, semoga berkesempatan ke sana 🙂
11 Januari 2018 ● 20:06Fanny Fristhika Nila
semoga bisa ke museum yg di aceh mba… itu pasti sediiih banget kalo masuk… yg museum merapi aku jg blm prnh.. tp 10 bulan setelah merapi meletus, aku sempet ke sana.. waktu itu museumnya blm ada.. tp motor dan mobil yg angus itu udh dipajang.. sedih banget ya ngeliatnya
14 Januari 2018 ● 01:21Sandi Iswahyudi
cakep mbak, selain ke masjid agung yang di Aceh, juga pengen ke sini, suka ngelihat yang sumur doa. Kalau dari sini, ke tugu 0 Km deket ya mbak 😀 daripada dari Jatim haha
19 Januari 2018 ● 20:44Fanny Fristhika Nila
Hahahaha.. Sayangnya pas ke banda aku ga ke sabang mas. Jd ga bisa ke tugu 0.. Pgn balik lg lah pokoknya ke aceh.
26 Januari 2018 ● 10:49Khoirur Rohmah
Hai Mbak Fanny
07 Desember 2018 ● 12:01Ini adalah kali pertama saya berkunjung ke Blog mbaknya yang abis disebut di blog Mbak Nita
Makanya agak bingung tadi mau baca artikel mana, hheee
mau ngefollow, baru stlah baca artikelnya. soalnya mo klik kanan link utk sosmednya ga bisa
abis ini kufollow juga bisa bisa jalin silaturrahmi hheee
.
Aku jadi tahu isinya lebih dekat dari postingan ini mbak, sbelumnya cukup tahu hanya di media lain, tapi detailnya dapat disini, hheee
TFS yah mbak
Salam kenal dari Bumi Jember
Fanny Fristhika Nila
Haaai mbaaa. Seneng deh ada temen baru lagi :). Semoga tulisanku bisa bikin bayangin gmn museum tsunaminya yaaa 🙂
13 Desember 2018 ● 15:43Khoirur Rohmah
ehhh bisa ding abis di klik lagi, hheee
07 Desember 2018 ● 12:14nggak perlu di klik kanann
huwaahhhh
*maluuukk *pundung dipojokan
Fanny Fristhika Nila
Hahahaha no prob mba. 🙂
13 Desember 2018 ● 15:44Kuliah Online
Suatu saat saya akan berkunjung ke Aceh. Aaamiin
07 Oktober 2022 ● 16:22Fanny Fristhika Nila
Aaamiiin, sayapun pengiiin banget bisa kesana lagi
08 Oktober 2022 ● 18:51Lala
Merinding dan sukses meneteskan air mata baca tentang Tsunami Aceh yang diabadikan dalam museum. Ada banyak cerita duka yang sangat mengerikan. Aku inget, saat itu masih SMP dan sedang liburan sekolah. Nonton berita bareng-bareng di rumah nenek. Semua terhenyak karena ada berita Tsunami Aceh.
Aku pun bersyukur karena mba Fanny tetap mengikuti saran papah meski sempat terjadi pergolakan batin. Rasanya memang kalau ortu kasih arahan dan titah pasti ada hikmah baik di dalamnya.
Aceh yang sekarang semakin cantik dan menawan. Semoga saja part penutupan artikel ini bisa terus diterapkan dalam keseharian 😇. Berbaik sangka sama pencipta apapun kondisinya, hingga ujiannya. Pasti selalu terselip hikmah baik.
01 Februari 2025 ● 06:24Fanny Fristhika Nila
Iya mba Lala. Apapun yg udah ditetapin Allah, memang selalunya baik untuk kita. Hanya terkadang manusianya aja yg sok tahu, merasa paling benar. Padahal Allah yg paling tahu apa yg terbaik utk kita
03 Februari 2025 ● 12:21