JOURNEY TO HO CHI MINH CITY 13 – 15 DESEMBER 2011 (PART 1)
DAY 1
Iseng browsing AIRASIA, dan tiba-tiba tertarik dengan promo ke Ho Chi Minh city, aku langsung booking 2 tiket PP ke kota itu . Buta sama sekali dengan negara ini, tapi aku dan Raka dapat cukup banyak info dari para bloggers yang sudah pernah kesana. So, jadilah tanggal 13 Des 2011 kemarin kami packing dan siap untuk menjelajah Ho Chi Minh ;). Pesawat delay 30 menit, sehingga kita berangkat pukul 17.00 WIB. Dasar emang lagi beruntung, ternyata yang jadi team leader pramugara/ri nya Mas Hayyat, sodaraku sendiri :D. Jadi deh kita dapat makanan gratis selama penerbangan .
Pukul 19.30 pesawat landing di bandara International Tan Son Nhat , Ho Chi Minh. Untuk info, ga ada perbedaan waktu antara Ho Chi Minh city dan Jakarta. Setelah semua urusan bagasi dan imigrasi selesai, kami langsung mencari money changer untuk menukar sedikit USD yang dibawa. Aku hanya menukar sedikit, USD 20, karena beranggapan bahwa rate di luar bandara pastilah lebih bagus. Di bandara kita mendapat rate VND 21,100 untuk setiap USD 1.
Keluar dari bandara, langsung dijemput oleh pihak hotel Seventy Hotel, tempat kita stayed selama di HCM. Bayarnya hanya USD 14. Sebenernya sih ini harga yang lumayan mahal, karena kalo kita lebih memilih menggunakan taxi sendiri, biasanya hanya USD 8. Tapi secara aku dan suami belum tau samaskali jalan-jalan di sana, ga mau ambil resiko aja sih ditipu oleh si supir dan malah ended up membayar lebih mahal. Perjalanan ke hotel hanya sekitar 40 menit-an.
Seventy Hotel ada di jalan 70 Bui Vien, District 1. Hotel ini sendiri aku pilih melalui HostelWord dan reviews dari semua turis-turis yang pernah kesana, mengatakan bahwa hotel ini sangat bagus, bersih, dan dekat kemana-mana. Bener aja, dengan harga USD 22 per malam, kami mendapat kamar bagus, yang bersih banget, AC Dingin, ada WI-FI, sendal kamar, hair dryer, handuk, peralatan mandi, shower air panas, pegawainya sangat ramah , helpful, bisa berbahasa Inggris dan juga include free breakfast.
Sepintas District 1 mirip dengan daerah Kuta di Bali. Di mana banyak bule-bule berkeliaran, nongkrong di cafe-cafe yang ternyata buka sampai pagi. Karena laper, kami kliling-kliling sebentar sebelum akhirnya memilih KIM’S Cafe untuk memesan PHO Panas, kuliner sup khas Vietnam, berupa bihun yang gurih, seger, dan enak banget.
Btw, untuk info para pelancong muslim, makanan di HCM memang kebanyakan tidak halal. Tapi di beberapa tempat di district 1 ini, tetep ada kok yang menjual makanan-makanan halal untuk para muslim. Sebagai referensi aja, aku ada attach tulisan tangan yang didapet dari pegawai hotel Seventy, dan artinya kira-kira ‘Ayam, Daging Sapi ok, tapi tidak untuk daging babi’. Kertas itu yang kita tunjukin stiap kali memesan makanan di HCM.
Untuk semangkuk Pho panas, harganya VND 42,000 dan shake papaya yang aku pesen seharga VND 25,000. Barney hanya memesan air mineral yang harga nya VND 6000. Murah banget dan porsinya juga guedee.
DAY 2.
Kami merencanakan untuk mengambil full day trip yang disediakan oleh hotel. Tapiiiii, dasar sial karena telat bangun, jadi ga bisa ikut tour nya yang diadain pukul 08.15 pagi. Untungnya, masih ada tur lain yang dimulai jam 08.30, tapi a half-day tour to Chu Chi Tunnels. Itupun kita tetep ga sempet untuk breakfast karena waktunya hanya tinggal 5 menit lagi berangkat. Biayanya sekitar VND 160,000 per person, dan dimasukin ke tagihan hotel. Pesertanya ga begitu banyak. Ada 1 keluarga dari Malaysia, 2 org Australia, 1 orang Jerman ditambah kami berdua dari Indonesia, serta supir dan tour guide. Guide untungnya bisa ngomong Inggris, tapi jujur aksennya bikin aku pusing nangkep omongan dia ;p.
Perjalanan ditempuh selama 1.5 jam. Kita melewati taman-taman Ho Chi Minh yang bagus, terawat, bersih, banyak orang-orang lokal dan bule yang lagi berolahraga di sana. Tapi kendaraan di Vietnam sangat di dominasi oleh motor-motor yang luar biasa banyaknya. Mereka membawa motor dengan kecepatan tinggi, plus helm yang samaskali tidak SNI banget. Baru 1 hari di sini, dan udah ada 3 tabrakan yang aku liat ;p.
Ok, back to story, Entrance fee atau tiket masuk ke Objek Wisata Chu Chi Tunnels, seharga USD 4 per person. Awalnya kami dibawa untuk menonton film dokumenter tentang perang Vietnam.
Lalu diajak keliling hutan melihat-lihat kawah yang terbentuk dari letusan bom Amerika, dan lubang-lubang persembunyian gerilyawan Vietnam yang kecil-kecil. Sampe bingung, gila ih, mereka imut-imut banget bisa masuk ke lubang sekecil ini 😮
Jujur pada mulanya aku ragu bisa masuk ke lubang sekecil itu. Tapi pak suami membuktikan kalo dia aja bisa masuk ke dalam, apalagi aku yang badannya lebih kecil ;p. Kami juga masuk ke dalam bunker bawah tanah yang ternyata sempitnya Nauzubillah min Zalikkkkk… Ukuran badanku 154 cm dan berat badan 45 kg, itupun masih harus merangkak selama di dalam. Padahal si Tour Guide dengan santainya seperti kucing, bisa merangkak dengan cepat. Berkali-kali dia juga menawarkan untuk ‘EXIT’ or ‘KEEP GOING’ dan berkali-kali juga aku dan peserta lain menjawab ‘KEEP GOING’. Gila aja, ngebayangin prajurit-prajurit Vietnam dulu bisa tahan untuk survive di tempat yang panas, sempit, dan rendah seperti itu selama bertahun-tahun, masa kita ga sanggub untuk 15 menit aja??!!
Setelah keluar dari Bunker, sumpah ini kaki dan badan kayak terbuat dari karet saking lemasnya cuy ;p. Ditambah kenyataan kami belum makan pagi samasekali, so, perjalanan tadi bener-bener menguras tenaga.
Tips: Makan pagi dulu sebelum ke Chu Chi Tunnels. Tapi berkah yang kami dapet, si tour guide membawa peserta ke sebuah pondok dan di sana kami disuguhin singkong rebus panas, yang dicocolin ke saus kacang tumbuk plus gula dan secangkir teh Vietnam. Whoooaaaa, aku jadi tau rasanya ‘amat sangat bersyukur’ itu seperti apa. Dan jadi tau juga singkong rebus enak banget dimakan dengan bubuk kacang + gula seperti itu. Pengen bikin sendiri di rumah.
Selain itu kita juga melihat jebakan-jebakan dan senjata-senjata buatan Vietnam yang menurutku ‘cukup sadis’ sih. Mereka sepertinya paling suka dengan jebakan model tombak-tombak tajam ditancepin ke tanah, bagian yang tajem menghadap ke atas, trus atasnya ditutupin ama rumput-rumput yang dikasih tanda tertentu, sehingga kalo penduduk lokal yang melihat, mereka langsung tahu kalau itu jebakan. Tapi American Soldiers bakalan terjebak. Dan pastinya, kalau sampai rumput itu diinjak, ucapin ‘good bye dunia’ karena dijamin pasti mati stelah badannya tertusuk tombak-tombak di bawah :(.
Intinya, Vietnam guerrillas paling jago berperang di hutan dan dalam tanah seperti itu. Salut luar biasa untuk mereka. Jadi heran film Rambo 1,2,3 dan entah sampe berapa itu, cerita tentang kemenangan Rambo trus kan? Bukan orang-orang Vietnamnya? Kenyataaannya bertolak belakang sih.. ;p
Sepulang dari Chu Chi Tunnels, kami diturunin kembali depan hotel. Karena perut dari tadi baru dimasukin singkong rebus doang, jadi deh keliling cari makan dulu. Tapi sebelum itu muterin jalan nyari money changer, berhubung duit VND udah sedikit.
Awalnya nih, ada banyak saran di Internet untuk menukarkan uang di money changer-money changer di kota dari pada di bandara. Karena ratenya lebih bagus. Secara logika sih biasanya emang begitu. Tapi KENYATAAN yang aku dapat, amat sangat susah menemukan money changers di kota yang ratenya lebih bagus dari BANDARA!! Di Bandara aku cuma tuker USD 20 dgn rate VND 21,100. Tapi di luaran ratenya hanya VND 20,000.
Gosh, sumpah nyesel banget cuma nukerin USD 20 di Bandara. Tapi dewi fortuna masih berpihak ke kami. Pak suami ngusulin untuk tuker di salah satu Bank yang kami lewatin. Aku udah pesimis pada awalnya. Sebagai pegawai salah satu Bank asing di Jakarta, aku tahu rate di Bank ga pernah lebih bagus daripada money changers. Ternyata, Bank yang kami datangi, ratenya bisa VND 21,010.. Wuuuahh langsung deh happy dapet rate bagusan :D. Segera tukar USD 100.
Tapi utk info aja, nilai Denominasi USD 100 dan USD 50 harganya lebih tinggi dari pada denominasi USD 20, 10 dan 5. Even denom USD 1 dihargai lebih kecil. Ya udah..ga papa, yang penting masih di rate VND 21,000.
Untuk lunch kali ini, tertarik mencoba kuliner halal Indian food Baba’s Kitchen. Masih di daerah Bui Vien District 1. Di palangnya udah dikasih tanda HALAL jadi tenang makan di sana. Pesen 1 porsi set menu lengkap SOUTH INDIAN THALIS untuk ku, dan NORTH INDIAN THALIS untuk Raka.
Per porsinya seharga VND 120,000. Agak mahal tapi sebanding ama yang didapat. Nasi, plus curry chicken, Naan bread, 3 macam saus kari, 1 porsi salad India yang rasanya asem bener, 1 porsi soup yang rasanya hambar dan ada jahe-jahenya gitu, 1 porsi bubur manis sebagai dessert, dan 3 jenis acar.
Yang ada, makananku banyak sisanya. Tapi si penjual ramah banget, sampe datang ke meja, menanyakan bagaimana masakannya.. Dan ketika melihat punyaku masih bersisa banyak, langsung deh dia bilang ‘These foods maybe too spicy for you’
Hahahaha dalam hati aku mau ketawa.. Pedes dari Hongkong. Ada rasa juga engga. Belum tau dia , pedes buatku itu kalo cabe rawit merahnya ada 10 butir ke atas.
Akhirnya setelah kekenyangan, kita putusin untuk ambil tur naik becak ngelihat-lihat:
- Reunification Palace,
- katedral Notre-dame,
- Ben Than Market,
- Kantor pos,
- mampir sebentar di Hard Rock dan foto-foto di depan kantor kita ber2, ANZ dan HSBC (1 becak utk 1 org)
Tips Naik tur Becak: Pastikan deal harga yang jelas dengan abang becaknya. Kami deal dengan harga VND 100,000 per Orang. Ternyata setelah selesai, dia bilang VND 100,000 itu per jam per orang. Jadilah kita ber2 harus bayar VND 300,000 per orang untuk 3 jam. So totalnya VND 600,000 -_-. Ini salah satu jenis scam yang banyak terjadi di Ho chi minh city.
Lanjut lagi ke cerita. Biaya masuk ke Reunification Palace VND 30,000 per orang. Istana yang 1 ini masih tetep digunakan untuk meeting atau acara-acara perayaan seperti wedding atau birthday party. Di dalamnya bener-bener terawat , dengan ruangan-ruangan rapat yang besar, tempat tidur, bioskop kecil untuk menonton film dokumenter Vietnam, dan di basement ada peralatan kerja kuno yang dipakai staf-staf istana jaman dulu.
Dari Reunification Palace , tinggal nyebrang ke Notre-Dame Cathedral Ho Chi Minh City dan kantor pos. Puas foto-foto di tempat keren ini, mampir juga ke Hard rock Cafe, ANZ dan HSBC, lalu lanjut ke Saigon River. Uang masuknya free. Baru bayar kalo ada niat untuk ambil tour dengan kapal mengelilingi sungai Saigon.
Terakhir baru deh, kami dianter ke Ben Than Market untuk belanja oleh-oleh buat orang rumah. Rameee banget di dalam.
Tapi kondisi pasar teratur dan bersih. Dari awal kita sudah diberi tahu untuk berani nawar gila-gilaan di sini. So setelah tawar menawar yang alot, jadi juga membeli 17 pcs magnet kulkas dengan harga VND 13,000 per piece-nya (harga pembuka VND 30,000) , lalu beli 19 biji t-shirt dengan harga VND 40,000/pc , dan 3 set tatakan gelas dengan harga VND 200,000 semuanya. Murah-murah banget kan ^o^. Yang pasti setelah hari itu, kami langsung tepar begitu masuk hotel. Mandi trus tidur tanpa sempet dinner lagi, saking capek dan pegelnya nih badan ;p.
*nyatet semua poin pentingnya*
Tahun depan bakalan ke sana sendirian 🙂
Aku jg kangen ama HCMC.. Tapi kalo ke vietnam lagi, aku pgnnya ke hanoi, sapa dan halong bay mas.. harus bisa nih…itu penasaran bgttt ama tempatnya
wkwkwkw mbaaa.. betewe Barney itu panggilan buat papanya Filly kah? hahahaha
Kalau saya ogah masuk di tempat kecil kayak gitu, semacam pobhia saya, bisa panik.
Betewe emang sejarah Vietnam itu kayaknya lumayan ekstrim ya bahkan dibanding Indonesia.
Pahlawan-pahlawan di sana semacam raja hutan semua ehehehehe
Dan saya ngiler liat singkong rebusnya hahaha
akupun ga masuuuk hahahahaha takut juga mbaaaa ;p.. raka yg berani masuk ke lubang.. eh tapi kalo terowongannya aku amsuk wkwkwkwkw
Takutlah nak masuk Chu Chi Tunnel tu Fanny. Ada apa di dalam tu….
Ruangan2 tempat di mana mereka menyimpan barang, atau menyusun strategi kak. Sempit, rendah. Memang yg claustrophobic jangan masuk lah
akhirnya mampir juga ke tulisan pertama di blog mbak Fanny.
Ini dulu migrasi dari blogspot ke wordpress ya mb? foto fotonya nampak kecil
berarti kalau aku besok besok coba naik becak di Vietnam kudu agak galak dikit nih, minta penjelasan yang sejelas-jelasnya, kadang kita iya iya aja gitu, ehh tau tau pada saat endingnya ada embel-embel per jam, kan pengen emosi kalau gini
kayaknya boleh juga dicobain buat nuker duit di Bank lokal di sana ya, selama ini aku nukernya mesti di Indo, kalau rate di sana bagus mending pas nyampe di negaranya aja
Iyaa ini pindahan dari BP ke WP. Makanya foto ga bisa diapa2in, jadi keciiil 😂. Ya sudahlaah.
Bener mba, pokoknya kalo ke Vietnam, tegas deh ttg harga. Harus hitam di atas putih, tulis dulu biar mereka ga bisa ngelak Macam2. Memang ih scammer di sana banyak bgttt