JALAN-JALAN DI MANILA
Tiket ke Manila, Phillipines, ini sudah lama aku beli. Gara-gara tertarik dengan promo AirAsia dari Singapura ke Clark yang lumayan murah saat itu, langsung deh, kartu kredit keluar untuk ngebooking ;p. Tinggal cari pesawat promo juga dari Jakarta ke Singapura, yang biasanya sih lumayan sering banget. Dan voilaa… aku dapat promo Garuda Indonesia untuk Jakarta – Singapura PP berdua.
Cumaaaa, seperti yang pernah aku ceritakan dulu di SINI, akibat salah memperhitungkan waktu mendarat dan take off antara GIA dan AA, terpaksalah tiket pergi AA dan GIA ini harus dicancel :(. Gantinya dapet tiket promo lain, Cebu Pacific yang langsung terbang ke Manila dari Jakarta, dan lumayan murah juga.
Masalahnya, Cebu selalu berangkat pagi-pagi buta sekitar jam 00.30 WIB, tapi itu berarti, kami bisa tidur sepanjang perjalanan, dan nyampe sekitar jam 5.30 pagi waktu Manila. Ga rugi di waktu sih kalo kubilang. Jadikan bisa langsung mengeksplore kota Manila dari hari pertama datang, pagi-pagi ;). Perbedaan waktu antara Manila – Jakarta, 1 jam, lebih cepat di Manila.
Let’s get out from airport and explore the city culinary ^o^. Sebelum lupa, tujuan utamaku ke Manila ini cuma untuk wisata kuliner. Dari awal memang ga tertarik ke tempat-tempat wisata Manila seperti Intramuros, Santiago Fort, Gereja San Agustin atau Katedral Manila. Udah terlalu banyak diceritain juga di blog-blog lain ;p.
USD yang kami bawa tukar di moneychanger, bagian ARRIVAL HALL. Ini saran dari salah satu blogger yang sering ke Manila, mas Febry Fawzi, dia bilang rate di sana lumayan lebih bagus daripada moneychanger lain di luaran. And he’s right ;). Saat itu kami dapat rate P42.40 per USD1 (as date of 20th of June 2013)
Dari airport, sesuai panduan mas Febry, gimana cara naik Jeepney ke EDSA station, kami berdua berhasil dengan selamat mencapai EDSA ;p. Lumayan mudah kok.
Jadi begitu keluar pintu airport (bagian arrival hall), langsung jalan ke kiri arah parkiran. Begitu ada pintu keluar dan terlihat semacam bangunan aneh setengah kubah, nyebrang deh, jalan ke arah kiri lagi, dan di depan ada semacam patung binatang-binatang ato monumen gitu, yang berarti kita tinggal menunggu sampe jeepney dengan tujuan NICOLS-BACLARAN lewat. Bilang aja ke supirnya, mau turun di EDSA station MRT, dan tolong dikasih tahu kalau sudah sampai di sana. Selama ini sih supir-supir jeepney yang ditanya bisa bahasa Inggris, dan mereka ga keberatan untuk inform saat jeepney sudah sampai di tujuan. Biaya dari bandara ke EDSA station cuma P8. murah banget.
|
|||
Jeepney jurusan NICOLS-BACLARAN |
Karena hari masih pagi, berdua memilih sarapan di KFC yang kebetulan sudah buka. Padahal niat hati mau cari Jollibee, tapi karena perut udah keroncongan banget, dan masih males nyari-nyari, KFC pun jadilah untuk ngeganjel sementara ;p. Lagian menunya pasti ada beda dengan KFC Indonesia toh. Ga ada salahnya mencoba different menu of KFC Manila ;). Dan semua cerita tentang kuliner Manila, bakal aku tulis di post yang terpisah.
MRT MANILA
Selesai sarapan, karena toko-toko masih banyak yang belum buka, iseng nyobain MRT Manila, lalu turun di station-stationnya, naik lagi, begitu seterusnya. Kalau menurutku pribadi, MRT mereka ga sebagus MRT Singapura, Malaysia atau Thailand.
Banyak stationnya agak kusam, bedalah dengan station-station MRT di 3 negara yang aku sebutin di atas. Tapi untungnya bersih. Kusam di sini cuma dalam artian dinding yang sepertinya perlu dicat ulang. Terus keretanya juga ga terlalu panjang ya. Jadi tetap saja penumpang yang naik desak-desakan banget kayak penumpang Transjakarta.
3 hari di Manila, belum pernah sekalipun ngerasain duduk di MRT, selalu berdiri ;p . Tapi at least Manila udah lebih maju dari Jakarta yang even belum punya MRT samasekali ;p.
Yang sedikit bikin pusing, mereka ga menyediakan peta jalur MRT untuk turis, seperti di Bangkok, atau tertulis di dalam kereta pun juga ga. Jadi benar-benar andelin apa yang dibilang ama masinis MRT (yang lebih sering ga jelas pengucapannya) atau kami harus sering-sering melihat ke jendela saat kereta mau berhenti , untuk melihat nama station yang dilewati. Jangan sampe kelewatan ;p
Hasil yang aku dapet dari naik turun MRT di Manila, jadi tahu kalau berhenti di AYALA station, bakal bisa jelajahin deretan mall Glorietta 1-5 (agak-agak mirip Mall Kelapa Gading, yang berjejer dari 1 ampe 5 juga). Di sini ada SM Department Store yang lumayan gede, dan komplit. Ada banyak juga deretan kafe atau stand-stand kecil menjual berbagai macam minum dan makanan.
Iseng turun di CUBAO Station, dan menemukan ARANETA center. Katanya sih ini pusat komersial yang besar di daerah Quezon, Phillipines. Denger-denger luasnya sekitar 35 hektar, dan ada banyak mall di dalam, termasuk Coliseum Araneta yang menjadi pusat dari komplek ini.
Ada banyak penjual baju seperti ITC di Araneta. Ga tertarik untuk beli, karena model-modelnya juga biasa, dan ga ada suatu ciri khas Phillipines di baju-baju yang dijual. Baju begitu mah, di Jakarta juga banyak ;p
TAXI MANILA
Selain MRT , kami juga mencoba moda transportasi lain di Manila, Taxi. Awalnya sih ga ada niat naik taxi dari hotel di Quezon city ke Mall of Asia yang deket Manila Bay sono. Tapi apa daya, karena hujan deres banget, dan aku males basah-basahan kena percikan air dari jeepney ke baju, jadilah nekad naik taxi walo jaraknya jauh ;p .
Dihitung-hitung setelah sampai, ga mahal juga kok. Cuma abis P250 dengan jarak tempuh kurang lebih 25 menit, udah sepaket macet lagi. Taxi di Manila dengar-dengar ada yang suka ‘nakal’. Dalam arti mereka ga mau pakai argo, dan langsung ‘nembak’ penumpangnya saja. Apalagi kalau tahu orang asing.
Walau pun ada taxi-taxi yang begitu, tips kami berdua, dari awal mau naik, Raka udah wanti-wanti ke supir , harus pakai argo. Kebanyakan oke kok. Kalo ada yang ngeyel tetap ga mau, ya sudah tinggalin saja. Cari taxi lain. Kalo bisa cari taxi yang ada tulisan “METER SEALED AND TESTED“. Argonya udah aman nih. Bukan argo kuda yang larinya kenceng ;p
|
Mall of Asia |
Kadang-kadang udah capek seharian keluar, mau balik ke hotel jalan kaki dari station MRT terdekat, kok males ya ;p. Jadi deh kami tetep naik Taxi, yang walau pun biayanya cuma P50-70 doang, kasih de ke supir P100. Itung-itung tips ;p.
Oh iya, nyetopin kendaraan apapun di Manila, sama saja kayak di Jakarta. Ga harus di halte. Awalnya aku masih ragu-ragu pas mau nyetopin bis, jeepney, tricycle (becak) ato taxi di jalan. Kuatir kayak di Singapur yang harus di halte.
Ternyata ga masalah tuh, nyetopin even di tengah jalan juga ;p. Bener-bener deh Manila ini ibarat kembar identik ama Jakarta. Beda cuma di sifat kali ya. Kalo orang-orang Manila cendrung lebih taat aturan daripada Jakarta. Seperti aturan dilarang merokok, itu beneran jarang sekali melihat orang-orang merokok di tempat umum. Di jeepney yang sama dengan angkot aja ga ada 1 pun yang merokok. Coba angkot di Jakarta. Jiaahhh, ga supir, ga penumpang, mana mau peduli asap rokok nya ganggu orang sebelah.
Juga tentang penggunaan plastik di Manila, karena aturan UU nya sudah keluar, mereka samasekali tidak boleh menggunakan atau menjual plastik sebagai alat membawa belanjaan, otherwise penalti yang lumayan gede bakal dikenakan.
Belanja apapun di Manila, mereka selalu ngasih paperbag untuk membawa barang-barang. Jadinya supaya praktis, aku beli deh tas-tas kain yang sekarang ini banyak dijual di supermarket Jakarta, tapi harganya lumayan mahal.
Sementara di Manila harga 1 tas begitu, dgn kualitas bagus lagi, cuma P30. Malah ada yang cuma P19. Tergantung supermarket yang menjual. Pantes saja orang-orang Indonesia masih belum terbiasa memakai tas-tas begini sebagai ganti plastik. Lah UU nya juga belum keluar, dan tasnya sendiri dijual dengan harga lumayan mahal. Mana ada yang mau beli, selama mereka bisa mendapatkan plastik dengan gratis.
TRICYCLE A.K.A BECAK MANILA
Balik lagi ke angkutan umum, nyobain tricycle ato becak mesinnya Phillipines. Ini mirip dengan becak motor di Medan. Tapiiiii, gileee kecil banget dalamnya ;p. Hahahahaha… mertuaku yang tinggi besar ga bakal cukup kali 1 becak berdua.
Seru campur takut loh naik Tricycle ^o^. Apalagi kalo supirnya udah mulai ngebut. Wuuaahhhh aku langsung panik gara-gara ga bisa ngeliat ke depan, terhalang kacanya yang burem, trus klakson sahut-sahutan. Belum lagi kepikiran kalau sampai nabrak dari depan, duhh ini penumpang di dalam pasti bahaya ketusuk besi-besinya yang di beberapa bagian ada mencuat tajam. Ga tau deh apa semua becak begitu, ato cuma becak yang aku naikin doang. Rata-rata biaya naik becak ini kisaran P50 – P150 tergantung jarak dan kemampuan menawar 😉
|
Becak Mesin |
BUS MANILA
Selain itu, cobain juga naik bus untuk pergi ke daerah-daerah yang sedikit jauh di luar Manila. Bis-bis Manila lumayan bersih dan bagus kok. 3x naik bus luarkota, dan lumayan puas. Pertama waktu pergi ke Villa Escudero di San Pablo City, menggunakan bus Jac Liner, yang nyaman, bersih, AC dingin dan driver pun hati-hati membawa kendaraan. Ga serampangan dan kebut-kebutan.
Pulang dari San Pablo ke Manila, kami dapat bus yang lumayan, namanya DLTB bus, walau AC nya dingin luar biasa ga bisa dikecilin. Sempat juga naik bus Five Star dari Manila ke Clark.
Kekurangannya cuma 1. Bus-bus antarkota ini mengizinkan penjual makanan dan minuman naik untuk menjajakan jualan di dalam. Emang sih ga sampe lama ato banyak gitu. Mereka biasanya naik 1 per 1 , lalu kalo emang ga ada yang mau beli, meraka akan turun, diganti penjual yang lain.
Ini bikin bus jadi lebih lama sampai tujuan. Belum lagi mereka juga menaik dan menurunkan penumpang dari pinggir jalan. Kalo tentang harga tiket, bervariasilah ya.. Tergantung jenis bus dan jarak tempuh.
Namun, meski Manila selangkah lebih maju dalam hal MRT, tetap saja , macetnya masih merajalela di sini. Kami sempat merasakan stuck di jalan saat naik bus dari San Pablo ke Manila selama 2 jam !!
Bis cuma jalan sedikit demi sedikit saking ga bisa gerak. Bayangin yaaa. jarak yang cuma 3 km, bisa ampe 2 jam??!! Gosh, separah-parahnya Jakarta, aku belum pernah ngerasain macet segitu lama. Padahal jarak San Pablo – Manila itu bisa ditempuh 2.5 jam only. Tapi kemarin kita ngabisin waktu 4.5 jam di jalan dan itupun setelah kita nyerah dan mutusin untuk turun di halte MRT terdekat dan melanjutkan ke Quezon city naik MRT.
Pernah baca di suatu blog, tapi sorriiii, beneran lupa sumbernya, yang mengatakan kalo orang Phillipines ini suka mandi dan sangat menjaga kebersihan. And you know what, I think it’s absolutely true.
Bayangin aja, sampai hari terakhir di Manila dan Clark, ga ada, aku ulangi, GA ADA 1 pun orang-orang yang tercium bau badan atau keringet, even , saat desak-desakan di MRT. Orang-orang yang berpapasan, hampir semuanya tercium wangi, ntah itu wangi parfum ato shampoo. Yang lucunya, wangi mereka sering sama antara 1 orang dengan orang yang lain. Dan….ssstttt…sepertinya Pantene jadi merk shampoo yang paling laku di sini ;p.
Seringkali aku menghirup wangi shampoo yang 1 itu, apalagi kalau sedang berdiri di belakang cewek Pinoy. Kalau pun orang-orang ini ga tercium wangi parfum, tapi at least ga tercium bau badan. Jadi seneng deh ga usah kuatir semaput kalo lagi desak-desakan di MRT, atau saat lagi naik bus, dan tiba-tiba penjual yang beraneka macam naik menawarkan jualannya, mereka pun, samasekali ga bau 😉
CUACA DI MANILA
Dari tanggal 20-23 Juni kemarin, cuaca di Manila dan Clark sepertinya sama dengan Jakarta yang mendadak hujan lalu panas. Hanya saja panas di sini tidak semenyengat cuaca di Jakarta atau Bangkok. Mengingat aku tipe orang yang benci panas, dan samasekali ga kuat dengan panas matahari yang sering sting the skin. Kemarin itu, beneran deh ga terganggu dengan matahari Manila, yang berarti panasnya masih bisa ditahan ;p.
Anyway, overall aku ga mendapat kesan yang bener-bener bikin tertarik untuk datang lagi ke Manila atau other parts of Phillipines. Mungkin karena terlalu mirip dengan Jakarta atau karena pengalaman-pengalamanku yang sempet ga enak di negara ini ;p.
Aku juga pake pantene lho hahahaha. Manila mmg hampir sama kayak jakarta tapi manila punya BENCH yg barang2 nya murah meriah n CD daleman nya warna warni gw suka banget hahahaha
Manila…cukup sekali untuk selamanya…..bosaaaan
Dapet ticket ke Manila by AA berapa duit ya ?Hehehe
Kemarin itu lg promo….tp mendingan nunggu cebu pacific promo aja… hrgnya jauh lebih murah..lgs dr JKT lagi.. kalo naik AA turunnya di Clark…bukan Manilanya…trs suka di cancel mendadak…udah pernah digituin mereka huhhh 🙁
tanggal 4-7 feb besok mau kesana. ada tips atau masukan ke saya kah?
Kalo cm jln2 d manila, jgn brharap kota ini nyaman untuk jln2 lah.Plek plek bgt mirip ama Jkt :p Mendingan main ke san pablo, ato kota2 sktrnya.
Tapi kalo ttp mw ke Manilanya, banyakin bawa uang aja.murah2 PUOOLL barangnya ^o^
mhn masukannya mbak, tgl 4-7 feb sy berkunjung ke manila. tks
di san pablo ada apa mbak?? mas rudi.. saya juga di manila tanggal 4 s.d 5feb.
di san pablo ada villa escudero. Yang paling terkenal di sana WATERFALL RESTAURANT nya 😉 Coba baca cerita lengkapnya di blog saya, http://dcatqueen.blogspot.com/search/label/sanpablo
Horee.. senang arahan dari saya ternyata bisa diaplikasikan, Fan.
Ihiy, baca ini jadi mau balik lagi..
Iyaaaa mas, sangat berguna abis baca blogmu wkt itu 😉 ..