RASA VS PELAYANAN…DI IKAN BAKAR MASTO
Hari kedua di Medan, aku udah janjian dengan teman-teman sekolah zaman di Aceh untuk buka puasa bareng. Jadilah kami arranged tempat buat ketemuan plus makan-makan tentunya.
Awal-awal, rada bingung mau makan di mana. Secara yang 1 pengen menu murah meriah, satunyanya lagi minta harus ada musholla, dan aku tentunya mau yang belum pernah dicoba, plus enak. Harga nomor sekian.
Ide untuk bukber di Nelayan atau Wajir Seafood langsung ditolak mentah-mentah, karena menurut mereka itu mahal. Terakhir diputuskan bukber di Warung Bebek Pawito, daerah Ringroad. Tapi gara-gara ambil keputusan terlalu lama, yang bikin baru berangkat jam 5 sore, alhasil ya ga dapetlah meja di warung Pawito. Padahal sempat seneng saat melihat kayaknya masih sepi, tapi ternyata meja-meja yang kosong itu sudah status RESERVED guys ;p.
Akhirnya, ke Warung Nenek yang ada di dekat situ. Hasilnya sama, full booked! Di sini sudah mulai cemas ga bisa kumpul-kumpul. Thank God, restoran ketiga yang kami masuk, IKAN BAKAR MASTO, masih bisa menerima rombongan kami yang ber-15 ini.
ANEKA SEAFOOD DI IKAN BAKAR MASTO
Sesuai nama, menu yang disajikan kebanyakan berbau ikan bakar. Mulai dari gurame, kakap, bawal, nila dll.
Semua sepakat memesan kakap bakar, gurame bakar, ayam penyet, untuk para kurcaci yang ga doyan ikan ;p. Ditambah sayur tumis kangkung tauco, dan capcay seafood sebagai pelengkap. Minuman, hanya memesan yang biasa, teh, aqua, melon, alpukat dan es kelapa selasih.
Lokasi restoran Ikan Bakar Masto terletak di area Ringroad. Ada 2 tingkat, dan lumayan luas. Atap dari rumbia memberi kesan saung-saung ala Sunda. Angin sepoi-sepoi bisa masuk melalui jendela yang ga berkaca. Sengaja memilih tempat di atas yang lesehan, biar lebih santai dan anak-anak juga lebih akrab bermain.
Mendekati buka puasa, pelayannya meletakkan puding-puding coklat yang bisa dimakan kalau mau saja, karena berbayar. Ga mahal sih, hanya Rp 3,000. Rasa ga istimewa. Sama aja kayak puding instan yang tinggal rebus dan dituang ke cetakan ;p
|
Puding Biasa Banget |
Menu kami datang agak sedikit lama. Awalnya nasi (Rp 4,000) dan ikan bakar. Dengan 2 pilihan sambel, terasi dan kecap.
Begitu dicicip, sukaaa deh rasa ikan bakarnya ;). Baik yang gurame (Rp 47,000) atau kakap (Rp 40,000), keduanya dimasak sempurna. Daging ikan lembut, trasa manis, dan ga hambar. Bukti kalo bumbunya meresap sampai ke dalam. Yang paling aku suka, sambel terasi nan pedes dan menggigit ^o^. Sambal kecap karena terasa manis, aku ga begitu doyan. Kecuali dicampur dengan potongan cabe rawit supaya pedesnya lebih nyamber ;p .
Ikan Bakarnya Ennaaakk ^o^ |
Tumis kangkung tauco (Rp 12,000) juga ga kalah enak. Kangkung yang masih seger, dan crunchy saat disantap, ditaburi gorengan kacang tanah, bikin makan lebih lahap. Bumbu tumisan pas, ga terlalu asin gara-gara tauco. Juga terasa pedas karena dari awal memang minta dibikin yang pedas menyengat ;p Klop banget saat dimakan dengan nasi putih panas.
Tumis Kangkung Yang Kries Saat Digigit |
Capcay seafood ( Rp 21,000), enak, walo masih kalah dengan tumis kangkung tadi. Potongan brokoli, buncis, jagung muda, kol dan cumi, menyatu dengan kuah gurih, dan sedikit kental. Ludes sampai potongan terakhir.
Capcay Seafood |
Ayam penyet (Rp 12,000) pesanan anak-anak aku icip sedikit, lumayan lah. Daging ayam berasa garing di luar, dan lembut dalamnya. Makan bersama sambel terasi yang menggigit, bikin lebiih josss 😉
Ayam Goreng Penyet |
MINUS POIN DARI IKAN BAKAR MASTO
Kalau ada yang bisa dikomplain tentang restoran ini, itu mungkin servis mereka yang lama banget!! Bayangin yaa, aqua yang kami pesan, yang pastinya cuma tinggal diantar doang tanpa repot-repot bikin atau merebus air, malah datang pas semua makanan habis, itupun setelah temenku turun tangan ke bawah ambil sendiri. Selama itu juga kami harus megap-megap nahan pedes, ato nyicipin jus temen-temen lain yang udah datang.
Komplain kedua, ada beberapa pesanan, yang sampai semua makanan di meja habis, tetep ga nongol-nongol. Cumi goreng tepung dan 1 porsi ayam penyet untuk anak temenku, yang akhirnya terpaksa ngalah makan ikan bakar.
Padahal pelayan yang menghandle meja, sudah dikasih tau berkali-kali kalau cumi goreng dan ayam masih ada yang belum datang. Hanya jawaban “iya..iya” saja yang kami dapat. Sampai akhirnya karena terlalu lama, dan terlanjur kesal, 2 pesanan itupun dicancel.
Bad service ketiga, saat minta bill. Pelayan sambil ketawa bilang, “siap, bill akan diantar segera”. Tunggu punya tunggu, 20 menit kok dia ga nongol-nongol ya… Terpaksa deh, aku juga yang harus turun ke bawah untuk bayar langsung ke kasir.
Eh, pas di tengah jalan, ketemu pelayan yang bilang “siap” tadi. Sambil cengar cengir dia cuma bilang, “Maaf lupa”. Makin ngeselin saat sudah depan kasir dan bersiap bayar, bisa-bisanya kwitansi pesanan kami hilang ntah kemana. Maksudnya apa cobaaa?!
Si mba kasir memanggil pelayan tadi dan suruh dia cari bonnya sampai ketemu. Sementara kamiii lagi-lagi harus menunggu 20 menit-an, yang untungnya ditemukan juga, dalam laci si kasir. Gubrakk… Rasa pengen ngegaruk si mba kasir ;p.
Setelah mengalami sendiri itu semua, sepertinya aku tahu kenapa restoran ini rada sepi walau pun makanan enak. Dengan servis selama dan seberantakan itu, siapapun jadi males untuk datang lagi, kalau mereka bisa datang ke tempat lain yang menyajikan rasa makanan sama sedap dengan servis yang jauh lebih cepet 😉
Tinggalkan Balasan