TEMPAT WISATA DIENG, NEGERI DI MANA DEWA DEWI BERTAKHTA
TEMPAT WISATA DIENG NEGERI DI MANA DEWA DEWI BERTAKHTA ~ Dari dulu, aku pengen banget ke Dieng. Alasan awal bukan karena objek-objek wisata indah di sana, melainkan karena suhunya yang dingin, bahkan bisa sampai minus di bulan Juli atau Agustus!! Sebagai penyuka tempat-tempat dingin, destinasi seperti gunung, dataran tinggi, negara-negara 4 musim, selalu jadi tujuan utamaku traveling.
Perjalanan keliling Jawa kali ini, membuka kesempatan untuk bisa singgah di Dieng. Keluar dari wisata BATURADEN kami langsung menuju dataran tinggi tertinggi nomor 2 di dunia setelah Tibet, Dieng. Perjalanan kurang lebih 4 jam. Jalanannya sendiri sih bagus. Tapi 2 jam sebelum masuk daerah Dieng, kontur jalan terus menanjak curam.
Yang bikin ketar-ketir, kami sampai di sana malam ;p. Trus kabut turun!! Hahaha, selamat mengandalkan insting dan fokus tinggi sewaktu driving 😉 . Belum lagi, di sebelahnya jurang. Untung aja mata suamiku masih tajem.. Kabutnya juga ga sembarangan sob… Jarak pandang hanya 2 meter waktu kami sampai.
Masalah berikutnya, Fylly rewel luar biasa. Antara dia mau susu (tapi air panasnya ga adaaaa!!) atau, dia mabok darat karena jalan yang berkelok-kelok. Mampir ke Alfamart yang ada di kanan jalan, ga mau beli apa-apa, cuma mau minta air panas doang. Kami beli kalau perlu.
Ternyata, mereka ga menjual air panas. Tapi mungkin karena kasian dengan Fylly yang udah melas banget mukanya, salah satu dari mba yang jaga di sana, langsung inisiatif balik ke kos-an, yang kebetulan di sebrang Alfamart, hanya untuk mengambil termos. Thank God, orang-orang di sini amat sangat ramah ternyata.
Kami masih harus naik sekitar 1 jam. Udah bingung aja kenapa ini ga sampe-sampe. Malah ya, baru sadar udah di Dieng pas melewati baliho bertuliskan, “SELAMAT JALAN”. Hehhhhh!!! Kapan nyampe nya, udah selamat jalan aja. Wkwkwkwkw… Dan baru sadar kalo kami sudah di Dieng ;p.
Penginapan yang belum di booking samasekali, jadi masalah kedua. Tapi Dewi Fortuna sepertinya selalu kasihan dengan orang yang traveling membawa bayi .. Buktinya, turun dari mobil, nanya penduduk lokal yang duduk-duduk di tepi jalan tentang penginapan yang bisa disewa, dia langsung nawarin rumah temannya yang kebetulan lagi kosong dan bisa disewa hanya dengan Rp 400,000 semalam!!
Tapi cerita tentang homestay yang kami inapin, bakal aku tulis terpisah di post berikutnya ;).
SUNRISE DI SIKUNIR, DIENG
Karena hanya menginap 1 malam di Dieng, rencana wisata kami atur secermat mungkin. Objek pertama yang dituju apalagi kalau bukan, sunrise di Sikunir ^o^.. Kami bangun jam 3.30 subuh, diantar oleh pak Kadi, orang yang tadi menawarkan rumah temennya untuk disewa.
Pak Kadi berangkat naik motor, sementara kami membuntuti dari belakang dengan mobil. Suhu saat itu sekitar 5 derajat celcius, dan si Bapak kliatan santai banget bawa motornya !! Kami berdua aja sampai ga hidupkan AC mobil ;p.
Dari penginapan ke Sikunir, sekitar 6 km. Jalannya nanjak, dan lumayan jelek, penuh lubang di mana-mana. Kabut sedikit turun saat datang, walau ga setebal saat tiba di Dieng kemarin malam. Sampai di parkiran mobil dan membayar tiket masuk Rp 4,000 per orang, pak Kadi bertanya kami mau berhenti di puncak yang mana. Puncak 3, yang paling rendah, 2 yang medium ato 1 yang paling tinggi. Dengan PD, aku langsung menjawab, Puncak 1 😀 .
Perjalanan mendaki puncak, dalam kondisi gelap gulita, jalan setapak berupa tanah dan bebatuan, membuat langkah lebih sulit melangkah. Berkali-kali aku terpeleset, meskipun pak Kadi berbaik hati membantu menerangi jalan di depan dengan senternya.
Dan, dengan malu harus aku akuin, kondisi tubuh yang ga pernah olahraga sebelumnya, kini dipaksa untuk menanjak lumayan curam dengan medan yang masih alami begitu, plus lagi aku belum makan malam dan sarapan sejak sampai ke Dieng kemarin saking capeknya, bikin sukses nyaris pingsan dan muntah di jalan ;p
Untungnya, masih nyaris.. Akupun, terpaksa nebelin muka dan bilang ke Pak Kadi kalau melihat sunrisenya dari puncak yang paling rendah aja ;p
Sesampai di atas, semburat sinar matahari yang mulai naik, langsung bikin kami berdua yang tadinya ga bisa berdiri tegak, melek dan merinding melihat ciptaan Nya ;).
Udara dingin samasekali ga terasa, karena badan yang mulai menghangat akibat pendakian. Puncak di mana kami berdiri, lumayan ramai saat itu. Sehingga harus bergantian untuk mengambil foto. Penjaja makanan dan minuman kecil juga laku diserbu orang-orang yang mungkin kelaperan seperti aku ;p.
Kami termasuk beruntung dapat melihat sunrise di pagi itu. Karena hari-hari sebelumnya, Dieng diguyur hujan sehingga kabut turun lebih tebal saat pagi hari. Akibatnya, sunrise jadi ga bisa terlihat. Aakh.. nikmat mana lagi yang dipungkiri kalo begini 😉
Perjalanan turun ke bawah jelas lebih cepat daripada naik. Dan dengan langit yang yang sudah terang benderang, baru keliatan pemandangan seperti apa yang terhampar di kiri, kanan dan depan. Danau di kejauhan dekat parkiran, kebun-kebun kentang, pohon cabe , juga ada serombongan pengamen yang menyanyi dengan kostum eye catching. Kami sempetin deh foto dulu, dengan imbalan seikhlasnya ke mereka 😉
PUSAT OLEH-OLEH TRISAKTI, DIENG
Pak Kadi membawa kami ke pusat oleh-oleh Trisakti, untuk membeli oleh-oleh khas Dieng buat temen sekantor dan di rumah.
Pusat Oleh-Oleh Trisakti di Dieng |
“Lebih enak pagi-pagi gini Mba, belum rame, trus ntr Mba bisa puas jalan-jalan keliling tempat lain. Di sini ini juga murah.”
Begitu kata Pak Kadi waktu kutanya di mana membeli oleh-oleh khas Dieng. Ga tau juga sih apa bener tempat ini paling murah atau tidak, yang pasti barang-barang yang kami cari semuanya ada. Toh aku juga ga membeli banyak ;p
SUMUR JALATUNDA, DIENG
Kami sempetkan balik ke rumah, menjemput papa mama dan packing sekalian untuk lanjut perjalanan ke Solo. Pak Kadi masih kami pakai sebagai guide di Dieng.. Sebenernya ya, tanpa guide pun bisa menjelejah tempat-tempat wisata Dieng. Karena semuanya terletak berdekatan satu sama lain. Tapi dipikir-pikir, ga ada salahnya juga memakai jasa pak Kadi, karena dia tahu banyak tentang Dieng dan yang terpenting, ramah banget 😉
Sumur Jalatunda yang letaknya agak jauh dari tempat wisata lain. Untuk menuju ke sana, harus melewati jalanan yang hanya sedikit lebih bagus daripada jalan ke Sikunir. Sumur ini cendrung terlihat seperti danau kecil. Diameternya lebih dari 90 meter, ntahlah kedalamannya.
Kami hanya bisa melihat dari atas, karena untuk turun ke bawah, lumayan curam dan berbahaya bagi orang luar. Sesampai di atas, ada 3 orang penjual batu, yang menunggu pengunjung seperti kami.
Penjual batu??
Iya, mereka menjual batu seharga Rp 500 per butir, untuk dilempar ke tengah-tengah sumur. Katanya nih, siapa yang bisa melempar tepat ke tengahnya, akan terkabul apa yang diinginkan ;p Hahahahaha, aku ga percaya hal-hal klenik begitu, tapi untuk mencoba melempar batu ke tengah, kenapa ga??
Itung-itung berbagi rezeki dengan si penjual batu. Kasihan kalo ga ada yang beli. Dan di antara kami semua, ga ada 1 pun yang bisa melempar batu tepat di tengah. Semuanya pasti hanya sampai pinggiran sumur.
Mama mertua ikut melempar batu 😉 |
Mitos lain tentang Sumur Jalatunda ini, menurut si penjaga sumur, dia pernah melihat seorang putri dan ular besar yang muncul dari dalam air yang hijau, dan masuk kembali. Terserah deh mau percaya atau ga, tapi merinding juga jika denger ceritanya malam-malam ;p.
Tempat yang satu ini nyaris saja kami lewatkan.. Ternyata beberapa waktu lalu, kawah candradimuka Dieng, sempat ditutup karena jalanannya rusak parah! Untung saja para penjual batu di Sumur Jalatunda memberi tahu kalau jalan ke kawah ini sekarang sudah bagus.
Ga ada pungutan apapun saat masuk ke dalam. Dari atas, kepulan asap belerang sudah tebal kami lihat. Rada ragu mau turun ke bawah, takut asapnya berbahaya. Tapi si guide mengatakan kalau kawah ini samasekali aman.
Turunan ke bawah sedikit curam, tapi at least sudah bagus. Bau asap belerang masih dalam batas tolerable lah. Sesampai di bawah, terlihat sebuah kawah yang ga begitu besar, tapi masih aktif mengeluarkan uap belerang. Serem melihatnya. Aku sempet menanyakan, apa pernah ada yang jatuh dan menjadi korban di sini? Jawabnya…..
“Yang namanya kawah, setiap tahun pasti meminta korban Mba. Di kawah ini juga sama. Selalu aja ada korban di sini. Ntah jatuh karena ga hati-hati, ato apalah. Kalo jatuh kesini Mba, 1 menit aja, tulang kita langsung ancur.”
Hihhh, mendengar penjelasan si Mas penjaga kawah, aku langsung merinding.
Dekat dengan kawah Candradimuka, ga nyangka ada sebuah sumur yang disebut Sumur Adem Semar. Sewaktu airnya disentuh, gilaaaa, sedingin es, jernih, dan ga berbau samasekali. Padahal letaknya tepat depan-depanan ama si kawah panas yang aktif menggelegak.
Trus, di samping sumur adem semar , juga terdapat sebuah tempat yang dinamakan Batu Pertapaan. Ada aja ya orang yang mau bertapa di tempat begini…
Puas melihat kawah Candradimuka, ga lupa kami memberikan sedikit uang ala kadarnya ke mas penjaga kawah. Dia ga mematok harga, hanya kerelaan dari masing-masing pengunjung 🙂
KAWAH SIKIDANG, DIENG
Ada banyak sekali kawah di Dieng. Sebagian masih berbahaya, tapi banyak juga yang dibuka untuk umum. Salah satunya, Kawah Sikidang. Dari segi luas, jelas kalahlah kawah Candradimuka yang kami datangi barusan. Kawah Sikidang ini juga lebih komersil, tiket masuknya dipatokin, dan kawasannya sendiri sudah sangat rame, baik oleh pengunjung, juga oleh para pedagang yang berjualan di dekat pintu masuk.
Untuk melihat kawahnya, masih harus jalan sedikit jauh. Sambil melewati banyak sekali orang, juga ada jasa pemotretan langsung jadi dengan mengendarai kuda atau motor trail. Lumayan murah, cukup membayar Rp 5,000 saja jika menggunakan kamera sendiri dan tidak di cetak, atau Rp 10,000 kalo ingin dicetak. Pastilah kami mau foto-foto di atas motor trail ;p .
Pedagang di pintu masuk Kawah Sikidang |
Pas datang kemarin, kebetulan ada sekelompok perempuan cantik, yang sedang berpose menggunakan baju-baju model etnik. Awalnya aku pikir mereka model majalah yang sedang melakukan pemotretan. Tapi ternyata mereka ada di sana memang untuk berfoto bersama pengunjung. Tentu saja dengan bayaran tertentu ;p.
Hmmm… karena suasana yang terlalu crowded, kok aku jadi kurang suka ya ama kawahnya. Jauuhhh lebih bagus kawah Candradimuka. Apalagi kawah Sikidang juga ga bisa diliat jelas. Wong asapnya mengepul tebel banget gitu… Ga terlalu mau lama-lama di sini, kami putuskan pindah ke objek wisata Dieng berikut.
Menuju Kawah Sikidang |
Ga kliatan apa-apa sebenernya di sini ;p |
Pengecualian untuk candi yang banyak terdapat di Dieng, ga didatangin. Hahahaha, aku ga terlalu demen ngeliat yang namanya CANDI. Borobudur saja cukup sekali dilihat, ga akan mau kesana lagi.
DIENG PLATEAU THEATER
Sebuah bangunan besar bertuliskan kata-kata Theater, menarik perhatianku. Pak Kadi mengatakan bahwa teater ini memutar film tentang sejarah Dieng. Langsung tertarik mendengarnya.
Filmnya ga begitu lama, hanya 15 menit. Dibuka dengan sejarah pertamakali Dieng terbentuk. Dari letusan gunung berapi, terbentuklah kawasan Dieng. Arti Dieng sendiri berarti Tempat Dewa, bener-bener menggambarkan suatu tempat tinggi, asri dan hijau, dengan awan yang seolah terlihat rendah, layaknya negeri di atas langit.
Dari film pendek, aku jadi tahu kalo Dieng pernah mengalami bencana meletusnya kawah Sinila tahun 1979. Ratusan penduduk meninggal. Suhu di daerah ini bisa mencapai 0 derajat saat bulan Juli dan Agustus. Tapi hebatnya, di film ini, penduduk digambarkan hanya memakai sarung saat suhu menjadi drop :D.
Film ditutup dengan nyanyian Tanah Air Beta, yang sumpah bikin aku merinding dan semakin bangga dengan kekayaan tanah Indonesia 🙂
TELAGA WARNA DAN TELAGA PENGILON, DIENG
Dua telaga yang berdekatan, menjadi objek terakhir yang kami lihat. Karena ingin memotret keduanya secara berdampingan, dituntun oleh Pak Kadi melewati jalan setapak sempit melalui belakang theater. Melewati rimbunnya pohon, menanjak, dengan jalan yang semakin terjal tapi masih bisa dilalui, dan…..
YUHUUUUU, 2 telaga kembar yang cantik itu ada di depan mata. Sebuah batu besar yang langsung menjorok ke arah jurang, menjadi tumpuan pijakan saat melihat 2 telaga di kejauhan. Yang 1 berwarna hijau kebiruan (Telaga Warna) dan 1 nya coklat bak cermin (Telaga Pengilon).
|
Nanjak keatas melihat 2 telaga kembar |
Masih naik terus 😉 |
Kebun kentang yang kita lewati dalam perjalanan ke atas |
Pemandangan dari atas batu ^o^ |
Pemandangan di sekeliling saat itu berupa hamparan kebun hijau dengan sedikit kabut yang mulai turun. Berharap dalam hati, aku bisa menginjakkan kaki ke sini lagi suatu saat nanti ^o^
Aahh.. serasa ga puas hanya menginap semalam di Dieng. Tapi perjalanan kami masih panjang. Dan dalam hati, pasti, aku bakal kembali ke Dieng ^o^
|
Takuuuttt banget sebenernya naik ke sini. Belakang langsung jurang daleemmm.. |
Pak Kadi ;), Guide baik hati.. |
Kentang..kentang di mana-mana 😉 |
Bangunan yang lagi dibangun itu, nantinya menjadi tempat melihat danau kembar 😉 |
Related link to Dieng Story:
terharu baca mbak2 yg lgs inisiatif ke kos an nya ngambil air panas 🙂
btw, guest house 400 ribu nya semoga ok yah, ditunggu review nya :))
iya mba… orang-orang yang aku temui slama perjalanan, baik-baik bgt… Tp kalo boleh bandingin nih, orang jawa tengah jauh lebih ramah-ramah 🙂 senyuuumm trs. Yg penginapan2 di review stlh cerita wisatanya selesai 😉
Eh baru tau lho kalo dataran tinggi dieng ini merupakan tertinggi ke 2 di dunia.
Aku + temen2 juga ngak ada yg bisa lempar batu sampai tengah di jalatunda hehehee
iya mas, yg aku baca no 2 tertinggi stlh Tibet 😉 Eh tp mas-mas yang jual batu ada yg bisa loh… kyknya latihan tiap hari ;p
sama kayak di Kelimutu ga bisa ngelempar batu juga :))
belum pernah ke Kelimutu mba ;p ada ritual melempar batu ke tengahnya juga ya…
Dataran tertinggi kedua di dunia yang ditinggali manusia 😀
Lebih lengkap yang dibilang Winda 😉
serunya jalan naik gunung,,,eh akhirnya kesampean juga ke diengnya..
iyaa… ^o^ walopun ga bisa sampe puncak ;p
aah jadi kangen sikunir. sunrise nya nagih :”)
iyaaa…ntr pasti ah, balik kesana lagi ^o^
Saya berharap tempat ini masih sejuk sampai ke hari ini..
kalau begitu perubahan iklim tidak akan ketara kalau berada Dieng…
manalah tahu ada rezeki dan boleh juga sampai ke situ sauatu hari nanti
kalo dieng alhamdulillah masih bang… bolehlah nanti coba kesana… suhu terdinginnya saat agustus. itu bisa tertutup es saat pagi