WISATA THAILAND: MELIHAT SEJARAH KELAM GOLDEN TRIANGLE – CHIANG RAI ~ Terbangun dari  tidur nyenyak di kamar  yang bertema THAI BOXING, pagi ini, aku dan Winda siap untuk menjelajah Chiang Rai ;). Dari awal memutuskan ke kota ini, alasannya hanya 1, Chian Rai kota yang  sejuk. Dan memang bener, lokasi geografis yang tinggi, membuat hari-hari kami di sana ga terlalu kepanasan, which was good, karena aku, benci panas 😀

Apalagi, setelah confirmed membeli tiket pesawat Airasia tujuan KL-Chiang Rai, transit via Bangkok, apa yang kami temukan di website tentang tempat-tempat wisatanya, membuat semakin ga sabar untuk langsung mengexplore  kota cantik ini.

Jadi….kemana saja 2 cewe yang beda banget style travelingnya ini selama 3 hari 2 malam di Chiang Rai? 1 di antaranya adalah….

MENGUNJUNGI GOLDEN TRIANGLE

Destinasi wisata pertama yang kami datangi. Menuju ke sini cukup gampang. Dari hotel tempat  stayed, Red Rose, tinggal naik song thew atau tuktuk menuju Terminal Bus 1. Dari sana, cari aja poolnya minivan GREEN BUS, yang ada di platform paling ujung. Tinggal pastikan ke supir apa dia  menuju Golden Triangle, dan naik deh.

Minivan ini biasanya bakal ngetem sampai semua seat keisi. Bagian dalamnya bersih, wangi dan dingin. Biaya ke Golden Triangle, one way sih cuma Bath 50 per orang.

Kalau mau lebih murah menuju Golden Triangle bisa, ada bus yang mirip-mirip kopaja, juga menuju Golden Triangle. Tapi tahu sendiri, aku picky kalo naik kendaraan umum ;p. Sebisa mungkin harus cari yang bagus dan nyaman. Bus-bus jelek dan kotor gitu udah last choice banget deh, kalo emang ga ada lain pilihan lain yang lebih bagus 😀

Minivan Green bus yang kita naiki

Perjalanan ke Golden Triangle kurang lebih 2 jam-an. Beberapa kali kami melihat  beberapa kendaraan distop oleh polisi untuk diperiksa kartu identitasnya. Malah arah balik lebih sering lagi. Tapi maklumin aja, karena polisi-polisi  ini berusaha mencegah imigrant gelap dari Myanmar yang masuk ke Thailand melalui Chiang Rai.

Dulunya, Golden Triangle merupakan pusat perdagangan opium antara Thailand, Myanmar dan Laos. Sekarang sih benar-benar sudah menjadi sejarah. Dari tempat ini kami bisa melihat  Myanmar dan Laos yang hanya dipisahkan oleh sungai Mekong. Mau nyebrang kesana juga bisa, tapi aku ga tertarik. Lagian dari apa yang dibaca, kota perbatasan Tachilek (di Myanmar) dan di Laos ga begitu menarik. Kecuali kalau kalian hanya ingin menambah chop passport baru dari 2 negara itu, atau hanya ingin foto-foto di perbatasan, sebagai bukti udah nginjakin kaki di Laos dan Myanmar, ya silahkan ;p

Kios-kios yang menjual tiket kapal untuk nyebrang

Kasino termegah di perbatasan dekat Myanmar

Sampai di Golden Triangle, kami berdua langsung semangat nyari objek foto, apalagi begitu nemu 2 patung gajah raksasa yang bisa dinaikin sampai  ke atas, free. Namun disediakan juga  kotak amal bagi sesiapa  yang mau mendonasikan sedikit uangnya 🙂

Patung gajah keberuntungan katanya 🙂

Ga jauh dari   patung gajah, di sebelah kiri, terlihat  sebuah patung Budha yang megah dan besar. Langsung terlihat  dari jarak jauh saking gedenya.

Bagi yang mau mencari dan membeli souvenir khas Laos, Myanmar atau Golden Triangle, langsung saja nyebrang dan bakal nemu deretan kios-kios  yang menjual aneka barang. Soal harga sih masih masuk akal kubilang. Tapi ga usah banyak-banyak belanja di situ, karena barang-barang di Night Bazaar, jauuuh lebih lucu dan murah-murah :D.

Dan ga terasa loh, cuma keliling  tempat begini, aku dan Winda ngabisin hampir 2 jam. Dari Golden Triangle, kami  siap melangkah ke tujuan berikutnya, HALL OF OPIUM, yang bakal aku tulis di postingan berikut 😉