GA CUKUP SEMALAM BERLIBUR DI BUKITTINGGI-PADANG
Tiap tahun HSBC memberikan budget outing ke semua staffnya, untuk sejenak berlibur bareng ke tempat pilihan masing-masing branch, asal ga melebihi budget yang sudah disediakan.
Tahun ini, team Extra Small Branches + Relief Team, memilih Bukittinggi & Padang sebagai tujuan outing. Karena jumlah orang yang ikut lumayan banyak, OBAJA TOUR & TRAVEL pun dipilih sebagai tur guide selama melancong ke kampungnya Siti Nurbaya.
Travel agent sesuatu yang aku ga pernah pakai kalo sedang traveling sendiri. Ga suka aja traveling dibatasi oleh waktu ketat dan objek-objek wisata yang ditentukan. Belum lagi, tempat makan juga dipilihin, ga peduli suka ato ga. Tapiiii… ini outing kantor bruh. Jadi semua aturan mengikuti yang sudah ditetapkan kantor ;p. Apapun, traveling tetep traveling. Apalagi gratis gini ^o^.
2 hari 1 malam, bukan waktu yang banyak untuk bisa mengeksplore tempat-tempat wisata Bukittinggi dan Padang. Walau pun itinerary sudah dibikin oleh pihak Obaja, tetep saja, ada beberapa tempat yang ga bisa kami datangi karena keterbatasan waktu. Tapi 1 hal yang aku sedikit suka, ato heran tepatnya, Liong Air tumben-tumbenan ga delay pas pulang dan pergi ;p. Padahal udah kebat-kebit ini maskapai dodol bakal berulah lagi atau ga ;p.
Teteeup sih, bukan singa terbang kalau ga ada masalah. Pas nyampe di rumah, buka koper, keliatan jelas kalo isinya diobrak-abrik, dan amplop coklat berisi 2 pulpen, raib dari tasku! Untung pulpen murah . Mungkin mafia bandara yang mencuri, mengira isinya uang ditaro dalam amplop kali yak. Kasian deh loe ;p. Ketipu gitu hihihihi. Karena yang ilang pulpen, aku males buang-buang tenaga complain tentang begini. Cukup tau aja, ntah ini kerjaan oknumnya Liong Air, atau memang petugas-petugas lain di sana, yang pasti aku BELUM PERNAH SIAL atau kehilangan barang dari koper, kalo naik maskapai lain.
Back to story, sesampai di Bandara International Minangkabau, terletak di kabupaten Padang Pariaman, kami dijemput oleh rekanan travel Obaja, dengan bus pariwisata yang besar dan nyaman. Pak Acil, guide kami saat itu, bercerita dengan logat Padangnya, tentang sejarah Minangkabau, dan beberapa tempat yang kami lewati. Orangnya lucu, dan penjelasannya samasekali ga bikin suasana kayak sedang belajar dengan dosen tentang sejarah negri Minang ;p
Puncak Kiambang, bus berhenti di sini dalam perjalanan ke Bukittinggi. Cuma untuk mengisi perut sambil melihat pemandangan sawah yang cantik dari atas. Cuacanya sejuk. Sejauh mata memandang, cuma hamparan hijau yang terlihat. Sumpah cantik banget dan bikin mata adem. Apalagi kalau melihatnya sambil menikmati sepiring lontong gulai pakis yang uueennnaaakkkkk dan pedes pulak ^o^, dan menyeruput es kelapa muda batok. Hmm…mulai jatuh cinta dengan kota ini 😉
Keluar dari Puncak Kiambang, kami menuju Air Terjun Lembah Anai ;). I wrote separately at another post about this beautiful waterfall. Foto-foto dan cerita lengkap, bisa klik di SINI.
Pandai Sikek, salah satu pusat kerajinan tenun yang terkenal di kabupaten Tanah Datar. Dengan latar belakang Gunung Singgalang, aku lebih tertarik menikmati pemandangan alamnya daripada belanja kain-kain tenun, mukena, tas, alas kaki, dan aneka bentuk pahatan dan ukiran yang dijual sebagai souvenirs.
Bukannya kenapa-kenapa, tapi itu barang-barang kan gede, terus aku cuma bawa koper kecil. Lah mau disimpen di mana nanti? Daripada exceed bagasi, mending ga usah beli ;p. Tapi kalo diliat-liat sih, barang-barang yang dijual bagus kualitasnya, jahitannya rapi dan harga miring pastinya. Ga heranlah, ini pusat pembuatannya.
Jelas saja harga masih dari tangan pertama. Jadi kalau datang ke Bukittinggi, dan mau puas-puasin belanja kain dan souvenirs berlualitas bagus, datang saja ke Pandai Sikek ini. Dijamin, kalap 😉
Lobang Jepang & Ngarai Sianok, cerita sejarah di mana orang-orang pribumi dulu dipaksa bekerja dan disiksa hingga mati di Lobang Jepang, juga aku tulis terpisah di postingan yang lain ;). Lengkap dengan foto-foto yang bisa diliat di SINI.
Next, icon Bukittinggi yang sudah lama berdiri, Jam Gadang, terletak hanya 2 menit jalan kaki dari hotel tempat kami menginap. Masih terlihat kokoh, dan setia menunjukkan waktu bagi setiap orang yang lewat.
Jam Gadang terletak di tengah alun-alun, yang banyak dipenuhi penjual setiap paginya. Macam-macam, mulai dari kaos, kacamata, souvenirs, balon, mainan anak-anak, makanan, dan banyak lagi. Sampai bingung mau melihat yang mana, karena saat kami lewat, seruan-seruan untuk mampir ke lapak mereka, seperti ga ada habisnya.
Kami putuskan untuk masuk ke Pasar Atas, melihat-lihat kain atau mukena yang dijual. Lagi-lagi aku males belanja, karena memang bukan barang-barang ini yang mau aku beli saat itu. Tapi seru juga melihat teman-teman keukeuh menawar harga, sampai akhirnya baju gamis bordiran seharga Rp 275,000, bisa dibeli dengan hanya Rp 150,000 ;p. Hahahaha… hebat skill bargaining nya ;)…
Barulah esok, kesampaian juga singgah di Pusat Oleh-Oleh Shirley, di pusat kota Padang. Awalnya sih pengen beli keripik sanjay khas Padang dengan merk Christine Hakim, tapi menurut teman yang kebetulan asli sana, sekarang ini keripik sanjay merk Shirley lagi booming. Rasanya juga lebih enak dari Christine Hakim.
Pas tester dicoba, beneeerrr, lebih enak ^o^. Ada banyak pilihan rasa, dan jenis penganan. Even, ada rasa keripik pedes durian jugaa!! Penasaran dong pengen nyicip, dan rasanya, JUARAAAA!!!. Keripik pedesnya tetep terasa, tapi dengan tambahan aroma durian di setiap gigitan. Harga cuma Rp 16,000 seperempat kilo.
Keripik sanjay yang original juga enak. Price depends on weight. Mulai dari Rp 16,000 untuk yang seperempat kilo, sampai Rp 32,000 untuk yang setengah kilo. Jadi bisa dibilang, aku ngabisin uang jajan semua untuk membeli cemilan-cemilan ini ;p
Puas belanja, kali ini kami mau city tour. Di mulai dengan melihat Gunung Padang dari kejauhan. Katanya sih, di sinilah pertamakali Siti Nurbaya dan Samsul Bahri bertemu. Dan di sana juga makamnya Siti Nurbaya berada. Sayangnya hanya bisa melihat dari jauh, karena naik ke gunung untuk melihat makam, jelas mustahil. Mengingat sore itu kami sudah harus ke bandara untuk balik ke Jakarta.
Oleh si guide, kami sempet dikasih lihat jembatan Siti Nurbaya, yang berhadap-hadapan dengan Gunung Padang. Jembatannya sih biasa aja. Hanya karena letaknya berhadapan dengan gunung tempat mereka bertemu itu, makanya dinamakan Jembatan Siti Nurbaya. Mendengar ulang kisah Siti Nurbaya ini, jadi pengen nonton ulang serialnya yang dulu sempet diputer TVRI ;p.
Dalam perjalanan city tour, kami melewati beberapa tempat yang dulunya sempet hancur karena gempa Padang tahun 2009. Salah satunya Hotel Ambacang, yang kini berubah nama menjadi Hotel Axana. 100 % baru dengan renovasi total.
Tapi menurut branch cabang lain yang juga memilih Padang untuk destinasi outing, mereka malah menginap di hotel ini selama di kota Padang. Dan katanya nih, sedikit spooky suasana kamarnya ;p. Hihihi… bisa jadi sih, masih kebayang korban-korban yang meninggal di reruntuhan bangunan lama.
Selain hotel Ambacang ato Hotel Axana, bank Mandiri dan beberapa bank lain, juga hotel-hotel yang sempet hancur karena gempa, juga kami lewati. Beberapa sudah kembali tegak berdiri, tapi ada juga hotel yang sampai sekarang pun masih dalam tahap renovasi. Mungkin keterbatasan biaya yang membuat hotel itu ga bisa pulih secepat teman-temannya yang lain.
Terakhir, kami duduk-duduk menghabiskan waktu di tepi Pantai Padang. Istilahnya sendiri menurut si Bapak Acil (tur guide kita), Taplau, ato Tapi Lauik.
Dan agak ke ujungnya, ntah benar, atau hanya lucu-lucuan si bapak aja, ada sebutan lain, pantai Portugal, kepanjangan dari, ‘perkumpulan orang tua gatal’ ;p . Hahaha…’gatal’ di sini maksudnya mata keranjang ya ;p.
Tapi memang sih, aku sempet melewati tepian pantai yang penuh dengan payung warna warni, tapi anehnya, itu payung kok rendah banget..;p Seolah mau menutupi perbuatan apapun yang sedang dilakukan di bawah. wkwkwkwkw…
Jagung bakarnya enaakkk..Sambelnya lumayan menggigit |
Grup kami sendiri, hanya menghabiskan waktu duduk-duduk sambil memandangi ombak tinggi menghempas pantai, ditemani kopi panas dan cemilan-cemilan lain seperti jagung bakar, mie rebus atau tutut. Ombaknya lumayan tinggi, pantes saja ga ada orang yang berani berenang di pantai ini.
Batu-batu pemecah ombak disusun rapi dengan jarak beberapa meter. Sayangnya karena saat itu gerimis, ga semua dari peserta tur mau turun dari dalam bus. Dan memang sih, hujan gerimis yang biar kecil tapi lumayan lama ini, cukup mengganggu, bikin acara tur ga maksimal. Akibatnya, Danau Maninjau dan laut di mana Malinkundang konon menjadi batu, batal divisit. Sayang banget…
Sebenarnya, masih banyak objek wisata menarik lain di Sumatera Barat ini. Belum lagi kulinernya. Agghhh… next time beneran harus balik dan bikin planning lagi kesini.
Fann, foto nya gedein dongg….pake template blogspot yang bisa bikin foto lgs gede gitu Fan, soalnya foto2nya bagus2 gitu…
Mba…aku gaptek..;p Gimana caranya yak? Ini foto2 bukannya kalo diklik, otomatis gede? hahahaha..maaf ya… ga ngerti nih…
Viewnya bagus… eh aku pernah dikasih kripik baladonya ternyata asal padang ya ( maklum makan ngak lihat bungkusnya )… Jagung bakarnya benar-benar menggoda…
Tapi keripiknya ga pedes kalo menurutku ;p Jadi ga gitu doyan… Ternate makanannya cendrung pedes ato ga Fi?
Kebanyakan orang ternate sih sukanya pedas…
Aaaahhh…kayaknya aku bakal suka dengan Ternate kalo memang makanannya pedes 😉
ini nih yang jadi cita-cita aku, foto di depan jam gadang hahaha
aku udah ngebayangin kalau hotel yang renov total pasti apik, ehmm tapi ini bekas reruntuhan gempa, tak bisa dipungkiri pasti ada rasa aneh-aneh yang bakalan muncul.
terus aku mau ke pasar atas buat kulineran, pokoknya yang sekitaran jam gadang itu
ngeliat kontur daerah bukit tinggi, pasti adem ya, mungkin kayak puncak kali ya. Penasaran aku
sejuuuuk mba… makanya aku sukaaa kalo stay di bukittinggi.. krn memang adeeeem cuacanya.. semoga yaa sampe skr msh adem.. krn dah lama juga dari terakhir aku kesana